Peziarah Arbain Jalan Kaki dari Kota Najaf Menuju Karbala
  • Judul: Peziarah Arbain Jalan Kaki dari Kota Najaf Menuju Karbala
  • sang penulis:
  • Sumber: kantorberitaabna
  • Tanggal Rilis: 23:16:37 1-9-1403

Tanggal 20 Safar, yang tahun ini jatuh pada hari Rabu, 6 September 2023 diperingati sebagai Hari Arbain Imam Husein as oleh Umat Muslim dan pecinta Ahlul Bait as di seluruh dunia.

Jutaan peziarah dari berbagai daerah dan kota di Irak dan negara-negara Muslim lainnya, termasuk dari Republik Islam Iran mengunjungi kota Karbala untuk menghadiri acara Arbain.

Arbain adalah peringatan mengenang 40 hari Kesyahidan Imam Husein as, Cucu tercinta Baginda Nabi Muhammad Saw yang dibantai bersama keluarga dan sahabat-sahabatnya oleh pasukan Yazid di padang Karbala pada tanggal 10 Muharram 61 H.

Pawai Arbain ini telah mencetak rekor dunia dan menjadi acara keagamaan paling ramai sepanjang sejarah. 20-27 juta peziarah melakukan perjalanan dari Najaf ke Karbala setiap tahunnya.

Long March Arbain dari Najaf ke Karbala yang berjarak sekitar 80 km juga menjadi pawai terpanjang dalam sejarah. Di sepanjang jalan ini, masyarakat Irak juga membagikan makanan dan minuman gratis kepada peziarah.

Menu-menu makanan yang disajikan secara gratis itu juga beragam. Di antaranya adalah daging panggang, ayam panggang, ikan bakar, dan aneka makanan ringan lainnya.  

Peristiwa pembantaian Imam Hussein as, keluarga dan para sahabatnya pada 10 Muharam 61 Hijriah dikenal sebagai Tragedi Asyura. Meski telah berlalu berabad-abad, namun peristiwa heorik itu tidak pernah berkurang urgensi dan kedudukannya, bahkan semakin berlalu, pesan Asyura justru semakin tersebar luas.

Kebangkitan Imam Hussein as melawan pemerintahan tiran Yazid bertujuan untuk menjaga kelangsungan agama Islam yang terkena erosi kerusakan di berbagai sendi kehidupan masyarakatnya. Oleh karena itu, motivasi perjuangan Imam Husein demi menjaga kesucian Islam dari berbagai penyimpangan yang dilakukan penguasa lalim di masanya.

Imam Husein as bangkit melawan Yazid bin Muawiyah bukan karena menghendaki kekuasaan, tapi karena ketulusannya membela ajaran agama Islam dan mengembalikan umat kakeknya dari berbagai penyimpangan ke arah Islam murni, yaitu Islam Muhammadi Saw. (RA)