Arbain Imam Husain as, juga dikenal sebagai Arbaeen, adalah budaya yang sangat penting untuk dipelajari oleh umat Muslim. Peristiwa Arbain memperingati hari ke-40 setelah syahidnya Imam Husain as as, cucu Nabi Muhammad, dalam Pertempuran Karbala pada tahun 680 M. Peristiwa ini memiliki makna budaya dan agama yang mendalam karena mencerminkan nilai-nilai pengorbanan, kesyahidan, dan kesabaran.
Arbain adalah fenomena budaya luar biasa yang menarik jutaan orang dari seluruh dunia ke kota Karbala di Irak. Ini dianggap sebagai ziarah tahunan terbesar di dunia, bahkan jumlah peziarah melebihi ziarah haji ke Mekah. Ziarah ke Karbala selama Arbain adalah tampilan unik dari iman, kesatuan, dan pengabdian.
Jika direnungkan, Arbain Imam Husain as memiliki banyak segi. Ini berfungsi sebagai sarana untuk merefleksikan spiritualitas dan wahana untuk mengungkapkan duka atas pengorbanan Imam Husain as as dan para sahabatnya. Suasana pada saat ini penuh kekhidmatan, ketika para peziarah memulai perjalanan refleksi diri, mencari pengampunan dan peningkatan spiritual.
Prosesi Ziarah Ini seakan menjadi praktik nyata ayat Al-Quran Surat Al-Insan ayat 8-9
وَيُطۡعِمُوۡنَ الطَّعَامَ عَلٰى حُبِّهٖ مِسۡكِيۡنًا وَّيَتِيۡمًا وَّاَسِيۡرًا *
اِنَّمَا نُطۡعِمُكُمۡ لِـوَجۡهِ اللّٰهِ لَا نُرِيۡدُ مِنۡكُمۡ جَزَآءً وَّلَا شُكُوۡرًا*
Dan mereka memberikan makanan yang disukainya kepada orang miskin, anak yatim dan orang yang ditawan, (sambil berkata), “Sesungguhnya kami memberi makanan kepadamu hanyalah karena mengharapkan keridhaan Allah, kami tidak mengharap balasan dan terima kasih dari kamu.
Ziarah itu sendiri merupakan bukti kuatnya ikatan budaya yang menghubungkan kaum muslimin. Para peziarah datang dari berbagai latar belakang, budaya, dan kebangsaan, namun mereka bersatu dalam kecintaan mereka kepada Imam Husain as dan komitmen mereka untuk menjunjung tinggi nilai-nilainya. Perjalanan ke Karbala menumbuhkan rasa kebersamaan dan solidaritas di antara para peziarah, yang berbagi pengalaman, cerita, dan doa sepanjang perjalanan.
Selama ziarah Arbain, kota Karbala berubah menjadi pusat kegiatan budaya. Jalanan dihiasi dengan spanduk, bendera, dan simbol yang mewakili Imam Husain as dan prinsip-prinsipnya. Prosesi tradisional yang disebut “Ziyarah” berlangsung, di mana para peziarah berbaris menuju tempat suci Imam Husain as, membacakan doa dan senandung duka.
Selain ibadah, aspek budaya dalam Arbain juga sangat menonjol. Komunitas lokal menyediakan makanan, air, dan tempat tinggal bagi jutaan peziarah, menunjukkan semangat keramahtamahan dan kemurahan hati yang berakar dalam budaya daerah tersebut. Beragam pentas dan puisi tradisional ditampilkan, menyampaikan kisah-kisah Imam Husain as dan membangkitkan rasa hubungan emosional.
Arbain Imam Husain as juga berfungsi sebagai wadah untuk mendorong inisiatif sosial dan amal. Banyak jamaah yang memanfaatkan kesempatan ini untuk terlibat dalam tindakan amal dan kesukarelaan, memberikan bantuan medis, mendistribusikan makanan, dan menawarkan bentuk bantuan lain kepada sesama jamaah. Semangat memberi ini mencerminkan ajaran Imam Husain as dan meningkatkan persatuan dan kasih sayang di antara masyarakat.
Kesimpulannya, Arbain Imam Husain as bukan hanya sebuah perayaan keagamaan tetapi juga sebuah fenomena budaya yang sangat penting bagi umat Islam. Ini adalah masa peringatan, refleksi, dan solidaritas, di mana jutaan orang berkumpul untuk menghormati pengorbanan Imam Husain as. Aspek budaya Arbain, termasuk ziarah, aktivitas budaya, dan kegiatan amal, berkontribusi pada kekayaan permadani acara ini. Melalui Arbain, warisan Imam Husain as dan nilai-nilai yang dipegangnya terus menginspirasi dan membentuk identitas budaya kaum muslimin di seluruh dunia.