Ibnu Sina dan Asal Usul Namanya yang Jarang Diketahui
  • Judul: Ibnu Sina dan Asal Usul Namanya yang Jarang Diketahui
  • sang penulis: Ulummudin
  • Sumber: alif.id
  • Tanggal Rilis: 0:25:25 2-9-1403

Nama Ibnu Sina sudah tidak asing lagi di telinga umat Islam. Ia dikenal sebagai bapak kedokteran dunia berkat jasanya dalam perkembangan bidang medis. Sosok luar biasa ini terlahir dengan nama Abu Ali Husain bin Abdullah bin Sina. Ia merupakan seorang ilmuwan muslim Persia yang lahir tahun 980 M di Afsana, sebuah desa dekat Bukhara, Uzbekistan. Ketika itu, daerah tersebut masuk Persia Raya.

Sejak kecil, kecerdasannya sudah sangat menonjol. Buktinya, pada umur 10 tahun, ia sudah mampu menghafal al-Qur’an. Selain dibekali pondasi agama, Ibnu Sina juga tertarik untuk mempelajari ilmu-ilmu umum. Di usia belasan tahun, ia sudah mendalami berbagai bidang ilmu dari mulai filsafat, matematika, hingga kedokteran. Kecakapan Ibnu Sina ini didukung oleh kota tempat tinggalnya saat itu yakni Bukhara. Kota tersebut menjadi salah satu pusat ilmu pengetahuan yang ada di Khorasan.

Iklim kebebasan akademik di Bukhara sangat berpengaruh terhadap perkembangan intelektual Ibnu Sina. Ia menjadi remaja yang haus akan ilmu. Melalui filsafat, ia mengasah logika dan pikirannya. Namun, dalam ilmu kedokteran, ia menemukan ketertarikan yang sangat dalam. Hingga akhirnya, pada usia 18 tahun, ia sudah menjadi seorang dokter yang masyhur di kota Bukhara.

Keruntuhan dinasti Samaniyah mendorong Ibnu Sina untuk mengembara dan melintasi kota-kota lain di Persia. Kota-kota yang pernah disinggahinya adalah Gorgan, Rey, Isfahan, dan berakhir di Hamedan yang terletak di wilayah barat Iran.

Selama tinggal di kota-kota tersebut, ia belajar dan menuliskan karya-karyanya. Karyanya yang paling terkenal tentu saja Qanun fi al-Tibb yang telah menjadi rujukan dalam bidang kedokteran di barat selama berabad-abad selain Kitab al-Sifa dan al-Isharat wa la-Tanbihat sebagai magnum opusnya di bidang filsafat.

Hamedan menjadi kota terakhir dimana Ibnu Sina menghabiskan sisa hidupnya. Di kota ini, ia terus melakukan inovasi dan percobaan demi kemajuan dunia medis. Hal tersebut terlihat jelas apabila kita mengunjungi mouseloum Ibnu Sina yang berada di kota ini. Di dalamnya, selain terdapat makam beliau, juga ada museum yang menampilkan aktifitas beliau terkait dengan dunia medis seperti tanaman yang digunakan hingga diolah menjadi obat.

Bahkan, wafatnya Ibnu Sina diperingati sebagai hari dokter di Iran. Pada hari tersebut, makam beliau akan ramai dikunjungi. Masyarakat akan berdoa dan menaburkan bunga atau mengucurkan air mawar di atas makamnya. Itu adalah bentuk penghargaan terhadap sosok ilmuwan besar yang sangat berjasa dalam dunia  kedokteran.    

Ibnu Sina yang di barat dikenal sebagai Avicenna, di Iran sendiri ia disebut dengan nama Abu Ali Sina. Ada yang menarik dari sebutan Ibnu Sina karena ayahnya bernama Abdullah, bukan Sina. Nama ini diambil dari nama kakeknya. Nama Sina diambil dari nama dalam bahasa Avesta, kitab suci agama Zoroaster. Nama tersebut berhubungan dengan simbol medis dalam tradisi kedokteran Persia. Ternyata, dalam mitologi Iran kuno, Simorgh, yang biasanya digambarkan sebagai burung adalah simbol medis atau pengobatan.

Sementara itu, Simorgh dalam Avesta, bahasa yang digunakan dalam kitab suci Zoroaster disebut Sein. Sedangkan, Sein dalam bahasa Persia apabila diucapkan menjadi Sina. Oleh karenanya, tak heran di Persia, seorang dokter juga kadang disebut Sina. Selain itu, sekolah kedokteran di Iran juga biasa disebut dengan “Sekolah atau fakultas Sinai”.

Yang menarik, kata “medicine” dalam bahasa Inggris itu berasal dari bahasa Avesta “Maza Saina”. Maz memiliki arti obat, sedangkan Saina berarti Simorgh. Hal ini menjadi masuk akal karena baik bahasa Inggris maupun Avesta atau Persia kuno berasal dari rumpun bahasa yang sama yakni Indo-Eropa.

Jadi, penyebutan Abu Ali Husain bin Abdullah dengan nama panggilan Ibnu Sina bukan tanpa alasan. Sina adalah kata yang digunakan untuk menyebut seorang dokter yang berakar dari mitologi Iran kuno, yakni Simorgh.