Sosok Ayatullah Hamadani (Bagian Pertama)
  • Judul: Sosok Ayatullah Hamadani (Bagian Pertama)
  • sang penulis:
  • Sumber: safinahonline.com
  • Tanggal Rilis: 23:36:10 1-9-1403

Ayatullah Husain Nuri Hamadani dilahirkan pada tahun 1304 Hijriah Syamsiah dalam keluarga yang religius di kota Hamadan. Ayah beliau adalah Almarhum Hujjatul Islam wal Muslimin Haji Syekh Ibrahim Nuri Hamadani yang termasuk ulama yang bertakwa di Hamadan dan sezaman serta sahabat Ayatullah al-Uzhma Akhund Mulla Ali Hamadani.

Beliau memulai pendidikan agamanya dari usia tujuh tahun. Pelajaran kaidah dan sastra Persia, Gulistan Sa’di, Insya’ sam Sepai Ma’alim al-Ushul beliau dapatkkan dari ayahnya sendiri. Selanjutnya,pada tahun 1321 Hijriah Syamsiah beliau melanjutkan studinya di Madrasah Akhund Hamadani dan sekitar satu tahun setengah beliau memperdalam agama di sana. Namun kesemangatan dan ketertarikan serta potensi yang luar biasa yang beliau miliki membuat beliau tidak berlama-lama tinggal di Hamadan dan menariknya untuk segera berangkat ke kota Qom dan tinggal di kota pusat perkembangan ilmu-ilmu ahlul bait. Dan dengan menangung pelbagai kesulitan dan penderitaan, beliau memanfaatkan pelajaran-pelajaran yang disampaikan oleh guru-guru mulia di Hauzah ‘Ilmiah Qom.

Sebagaimana dijelaskan bahwa Ayatullah Nuri Hamadani memulai pelajaran-pelajaran dasar di bawah asuhan ayahnya lalu ia melanjutkan studinya di sisi para tokoh Hamadan,khususnya Ayatullah al-Uzhma Akhund Mulla Ali Hamadani. Dan kemudian setelah memasuki Hauzah ‘Ilmiah Qom, beliau dibimbing oleh rentetan ulama dan Ayatullah ternama, di antaranya: Ayatullah Hujjat Kuhkamrehi, Allamah Thabathaba’i, Ayatullah Burujurdi dan Imam Khomaini. Dalam sebuah pernyataan, Ayatullah Nuri Hamadani menuturkan silsilah gurunya seperti ini:

Salah satu guru penting saya adalah Ayatullah al-‘Uzhma Sayid Muhammad Damad dan sekitar dua belas tahun saya mengikuti pelajaran fikih dan ushul beliau. Ada beberapa orang yang terkenal sebagai murid-murid istimewa Ayatullah Damad. Beliau adalah seorang yang sangat teliti dan sangat peduli terhadap murid-muridnya. Saya masih menyimpan tulisan dan catatan tangan dari pelajaran beliau. Saya tulisan pelajaran-pelajaran beliau lalu saya tunjukkan tulisan tersebut kepada beliau lalu beliau menelaahnya dan dengan penuh ketelitian beliau memberikan hasyiyah (catatan pinggir) dan sekarang saat saya melihat kembali hasyiyah tersebut, maka itu sebagai kenangan yang mendidik dan penting.

Guru kami Ayatullah Sayed Damad dari sisi tawaduk, ikhlas dan kesederhanaan hidup nyaris tiada tandingannya. Saya tidak pernah lupa suatu peristiwa.Yaitu,suatu hari beliau menyampaikan pelajaran tentang wudu. Dalam masalah wudu, seseorang harus berusaha menuangkan air wudu sendiri alias wudu sendiri tanpa bantuan orang lain. Tentu dalam hal memanfaatkan bantuan orang lain dalam wudu itu memiliki tingkatan-tingkatan dan sebagian tingkatannya justru membatalkan wudu dan sebagiannya lagi tergolong makruh. Lalu beliau membacakan riwayat dari kitab “Wasa’il”. Dikisahkan dalam riwayat itu bahwa Imam Ridha menemui Al-Makmun yang dalam keadaan berwudu dengan dibantu seseorang ajudannya yang menuangkan air di tempat yang digunakan Al-Makmun berwudu. Melihat fenomena itu, Imam Ridha as berkata:
لا تشرک بالله يا اميرالمؤمنين

Jangan engkau sekutukan Allah wahai Amirul Mukminin

Perkataan Imam Ridha yang menyebut Al-Makmun dengan julukan “Amirul Mukminin” mengguncang jiwa Ayatullah al-Sayed Damad lalu beliau menangis dengan keras dan tidak mampu melanjutkan pelajaran hari itu. Beliau perihatin bahwa suasana di zaman Imam Ridha membuat beliau memanggil Al-Makmun dengan sebutan Amirul Mukminin.

Luar biasa keikhlasan beliau. Tangisan beliau membuat semua muridnya terpengaruh dan beliau tidak mampu melanjutkan pelajaran hari itu lalu beliau membenahi sorban dan ‘amamah (penutup kepalanya) lantas meninggalkan majelis.

Dan di antara guruku yang berjasa dalam peningkatan ilmuku adalah Allamah Thabathaba’i. Saya mempelajari “Asfar” bersama beliau lima tahun. Kehebatan beliau dari sisi akhlak, kesempurnaan spiritual dan pendidikan murid-murid sudah menjadi rahasia umum dan tidak perlu dijelaskan lagi.

Salah satu guru mulia saya yang lain adalah Ayatullah al-Uzhma Sayed Muhammad Hujjat Kuhkamrei. Saya mengikuti pelajaran-pelajaran beliau beberapa waktu. Pelajaran beliau di Qom saat begitu istimewa. Beliau adalah ustad yang begitu mulia dan sangat enak dan jelas uraiannya.

Beliau sangat bersemangat dan punya gaya khas saat menyampaikan pelajaran. Beliau biasanya mengklasifikasi materi pelajaran yang disampaikannya sehingga mudah ditulis. Metode beliau merupakan pelajaran berharga bagi kita supaya kita mengatur dan mengklasifikasi materi pelajaran. Misalnya, saat menjelaskan pelajaran bai’ fudhuli (jual beli fudhuli), beliau mengatakan bahwa dalam ba’i fudhuli ada beberapa pola pikir: pola pikir/dasar Syekh Anshari, pola pikir/dasar Akhund Khurasani yang diambildari hasyiyah Akhund terhadap kitab Makasib, pola pikir/dasar Sayed Muhammad Kazhem Yazdi, pola pikir/dasar Syekh Muhammad Husain Kompani Isfahani dan pola pikir/dasar dirinya sendiri. Ada lima sampai enam pola pikir/dasar…(bersambung)