Biografi Al-Imam As-Suyuthi
  • Judul: Biografi Al-Imam As-Suyuthi
  • sang penulis: Aqil Mustavid
  • Sumber: alif.id
  • Tanggal Rilis: 23:12:23 1-9-1403

Imam as-Suyuthi adalah keajaiban dalam ilmu-ilmu keislaman. Kenapa? Ia juaranya menulis kitab. Jumlahnya tiada yang mengalahkan: ratusan. Saking terkenalnya ulama ini, nama istri dan nama anaknya tidak dikenal. Ia juga seorang pengembara yang tiada bandingnya. Kegemarannya dalam mengembara, mencari ilmu maksud saya, membuat ia punya 600 guru. Bagaimana perjalanan dan laku hidupnya? Saya menuliskannya untukmu. Semoga bermanfaat.

Nama lengkapnya adalah Abdurrahman bin Abi Bakar bin Muhammad bin Saabiquddien bin al-Fakhr Utsman bin Nashiruddien Muhammad bin Saifuddin Khadhari bin Najmuddien Abi ash-Shalaah Ayub ibn Nashiruddien Muhammad bin asy-Syaich Hammamuddien al-Hamman al-Khadlari al-Asyuuthi.

Lahir bakda Maghrib, hari Ahad malam, bulan Rajab tahun 849 Hijriyah, yakni enam tahun sebelum bapaknya wafat.

Asal Usul Beliau

Jalaluddien as-Suyuthi berasal dari lingkungan cendekiawan sejak kecilnya. Bapaknya berusaha mengarahkannya ke arah kelurusan dan keshalihan. Adalah beliau hafal Alquran di usianya yang sangat dini dan selalu diikutkan bapaknya di berbagai majlis ilmu dan berbagai majlis qadhinya.

Bapaknya, yakni Kiai Abu Bakar, telah memintakan kepada Imam Ibnu Hajar al-‘Asqalani supaya mendo’akannya diberi berkah dan taufiq. Bapaknya melihat dalam diri anaknya seperti yang didapati dalam diri Ibnu Hajar, hingga ketika beliau minum, sebagian diberikan kepada anaknya dan mendo’akannya agar ia seperti Ibnu Hajar, menjadi ulama yang trampil dan tokoh penghafal (hadis).

Bapaknya wafat saat ia (Imam Suyuthi) baru berumur lima tahun tujuh bulan. Tetapi Allah telah memeliharanya dengan taufiq dari-Nya dan mengasuhnya dengan asuhan-Nya. Ini terbukti dengan telah ditakdirkan Allah Ta’ala untuknya al-‘Allamah Kamaaluddien bin Humam al-Hanafi pengarang Fathul Qadir untuk menjadi guru asuhnya. Hingga hafal Alqur’an dalam umur delapan tahun, kemudian menghafal kitab al-’Umdah lalu Minhajul Fiqhi dan Ushul, serta Alfiyah Ibnu Malik. Dan mulai menyibukkan diri dengan ilmu pada tahun 864 H, yakni ketika berumur 15 tahun.

Menimba ilmu Fikih dari Syaikh Sirajuddin al-Balqini. Bahkan mulazamah kepada beliau hingga wafatnya. Kemudian mulazamah kepada anak beliau, dan menyimak banyak pelajaran darinya seperti al-Haawi ash-Shaghir, al-Minhaaj, syarah al-Minhaaj dan ar-Raudhah. Belajar Faraidl dari syaikh Sihaabuddien Asy-Syaarmasaahi, dan mulazamah kepada asy-Syari al-Manaawi Abaaz Kuriya Yahya bin Muhammad, kakak dari Abdurrauf pensyarah al-Jami’ ash-Shaghir.

Kemudian menimba ilmu bahasa Arab dan ilmu hadis kepada Taqiyuddien asy-Syamini al-Hanafi (872 H).

Lalu mulazamah kepada syekh Muhyiddien Muhammad bin Sulaiman ar-Rumi al-Hanafi selama 14 tahun. Dari beliau ia menimba ilmu tafsir, ilmu ushul, ilmu bahasa Arab dan ilmu ma’ani. Juga berguru kepada Jalaaluddien al-Mahilli (864 H) dan ‘Izzul Kinaani Ahmad bin Ibrahim al-Hanbali. Dan membaca Shahih Muslim, asy-Syifa, Alfiyah Ibnu Malik dan penjelasaannya pada Syamsu as-Sairaami.

Imam Suyuthi tidak mau meninggalkan satu cabang ilmu pun kecuali ia berusaha untuk mempelajarinya, seperti ilmu hitung dan ilmu faraidl dari Majid bin as-Sibaa’ dan Abudl Aziz al-Waqaai, serta ilmu kedokteran kepada Muhammad bin Ibrahim ad-Diwwani ar-Ruumi. Hal ini sesuai dan didukung oleh keadaan waktu itu di mana dia dapat menimba ilmu dari banyak syaikh. Ia tidak pernah merasa cukup dengan ilmu yang telah dimilikinya, baik ilmu bahasa maupun ilmu dien, demikian pula ia tidak merasa cukup dengan para ulama yang telah ia temui.

Bahkan ia bepergian jauh sekedar untuk mencari ilmu dan riwayat hadis, hingga ke negeri Maghribi (Tanjung Harapan, sebelah ujuh barat pulau Afrika), ke Yaman, India, Syam Mahallah (di Mesir Barat), Diimath (sebuah kota di tepi sungai Nil, Mesir), dan Fayyum (Mesir) serta negeri-negeri Islam lainnya. Telah menunaikan ibadah Hajji dan telah minum air Zamzam dengan harapan supaya dapat seperti Syaich al-Balqini dalam menguasi ilmu Fiqih serta dapat seperti Ibnu Hajar dalam menguasai ilmu hadis.

Demikianlah imam yang mulia ini, mengadakan perjalanan yang tidak tanggung-tanggung dengan segala kesusahannya hanya untuk dapat menimba ilmu. Banyak sekali gurunya. Bahkan disebutkan oleh syekh Abdul Wahhab asy-Sya’rani dalam kitab Thabaqat bahwa gurunya lebih dari 600-an orang.

Sesuai dengan banyaknya syekh dan jauhnya perjalanannya dalam menimba ilmu, hal itu didukung pula oleh kemampuannya untuk semaksimal mungkin dalam memanfaatkan perpustakaan Madrasah Mahmudiyah. Berkata al-Maqrizi, bahwa di dalam perpustakaan ini terdapat segala jenis kitab-kitab Islam, dan madrasah ini merupakan sebaik-baik madrasah yang ada, yang dinisbatkan kepada Mahmud bin al-Astadaar, yang berdirinya pada tahun 897 H.

Kitab-kitab dalam perpustakaan tersebut merupakan kitab yang paling lengkap dari yang ada sekarang di Kairo, yang merupakan koleksi dari Burhan Ibnu Jama’ah dan kemudian dibeli oleh Mahmud al-Astadaar dengan uang warisannya.  Setelah ia wafat, dan kemudian ia waqafkan.

Matanglah kepribadian as-Suyuthi, dan sempurnalah pembentukan ilmunya pada taraf syarat mampu untuk berijtihad. Beliau seorang yang mudah mengerti, kuat hafalannya, dianugerahi Allah dengan otak yang cerdas. Di samping itu beliau adalah seorang yang ‘abid (ahli ibadah), zuhud, tawaduk.

    As-Suyuthi tidak pernah mau menerima hadiah raja. Pernah ia diberi hadiah raja Ghuuri seorang budak perempuan dan uang banyak sebesar seribu dinar. Maka dikembalikannya uang itu sedangkan budak perempuan itu dimerdekakannya dan menjadikannya sebagai pelayan di hujrah Nabawi.

As-Suyuthi berkata kepada sang penguasa itu, “Jangan berusaha memalingkan hanya dengan memberi hadiah semacam itu. Allah telah menjadikanku merasa tidak butuh dari hal-hal semacam itu.”

Oleh karena itu beliau rahimahullah, dikenal sebagai seorang yang berani tapi beradab, semangat dalam menegakkan hukum-hukum syari’at dan mengamalkannya tanpa memihak kepada seorang pun. Tidak takut dalam kebenaran celaan orang yang mencela.

Ia telah diminta untuk memberikan fatwa serta urusan-urusan yang bersangkutan dengan kehakiman, maka beliau tetap berusaha untuk adil dan menerapkan hukum-hukum agama tanpa mempedulikan kemarahan pemerintah maupun penguasa.

Bahkan jika ia melihat ada Qadhi (hakim) yang mentakwilkan hukum sesuai dengan kehendak penguasa, bertujuan menjilat mereka maka beliau menentangnya dan menyatakan pengingkarannya serta cuci tangan darinya. Menerangkan kesalahannya, dan meluruskannya, seperti yang dikemukakannya dalam kitab al-Istinshaar bil Wahid al-Qahhar.

Beliau terlalu disibukkan dengan memberi pelajaran dan berfatwa sampai umur 40 tahun, kemudian beliau lebih mengkhususkan untuk beribadah dan mengarang kitab. Dan karangan Imam Suyuthi rahimahullah lebih dari 500 buah karangan.

Berkata Imam Suyuthi, “Seandainya aku mau, maka aku mampu untuk menyusun kitab yang membahas tiap masalah dengan segala teori dan dalil-dalil yang kami nukil, qiyasnya, keterangannya, bantahan-bantahannya, jawaban-jawabannya, muwazanahnya antara perselisihan berbagai mazhab tentang masalah itu, dengan fadhilah Allah, tidak dengan daya dan kemampuanku. Karena sesungguhnya tidak ada kekuatan kecuali dari Allah.”

Kitab-Kitabnya

Adapun kitab-kitab yang disusun oleh imam Suyuthi rahimahullah antara lain sebagai berikut:

    1. Al-Itqaan fi ‘Uluumil Qur’an
    2. Ad-Durrul Mantsuur fit Tafsiril Ma’tsuur
    3. Tarjumaan al-Qur’an fit Tafsir
    4. Israaru at-Tanziil atau dinamakan pula dengan Qathful Azhaar fi Kasyfil Asraar
    5. Lubaab an-Nuqul fi Asbaabi an-Nuzuul
    6. Mifhamaat al-Aqraan fi Mubhamaat al-Qur’an
    7. Al-Muhadzdzab fiima waqa’a fil Qur’an minal Mu’arrab
    8. Al-Ikllil fi istimbaath at-Tanziil
    9. Takmilatu Tafsiir asy-Sayich Jalaaluddien al-Mahilli
    10. At-Tahiir fi ‘Uluumi Tafsir
    11. Haasyiyah ‘ala Tafsiri al-Baidlawi
    12. Tanaasuq ad-Duraru fi Tanaasub as-Suwari
    13. Maraashid al-Mathaali fi Tanaasub al-Maqaathi’ wal Mathaali’
    14. Majma’u al-Bahrain wa Mathaali’u al-Badrain fi at-Tafsir.
    15. Mafaatihu al Ghaib fi at-Tafsiir
    16. Al-Azhaar al-Faaihah ‘alal Fatihah
    17. Syarh al-Isti’adzah wal Kasmalah
    18. Al-Kalaam ‘ala Awalil Fathi
    19. Syarh asy-Syathibiyah
    20. Al-Alfiyah fil Qara’at al ‘asyri
    21. Khimaayal az-Zuhri fi Fadla’il as-Suwari
    22. Fathul Jalil li ‘Abdi Adz Dzalil fil Anwa’il Badi’ah al- Mustakhrijah min Qaulihi Ta’ala: Allaahu Waliyyulladziina aamanu
    23. al-Qaul al-Fashih Fi Ta’yiini adz-Dzabiih
    24. al-Yadul Bustha fi as-Shalaatil Wustha
    25. Mu’tarakul Aqraan Fi musykilaatil Qur’an

Semua itu judul-judul buku yang berkenaan dengan Tafsir, adapun yang berkenaan dengan ilmu hadits, antara lain adalah sebagai berikut:

    1. Ainul Ishaabah Fi Ma’rifati ash-Shahaabah
    2. Durru ash-Shahaabah Fi man Dakhala Mishra Minash Shahaabah
    3. Husnul Muhaadlarah
    4. Riihu an-Nisriin Fi man ‘Aasya Minash Shahaabah Mi ata Wa ‘isyriin
    5. Is’aaful Mubtha’ bi Rijaalil Muwaththa’
    6. Kasyfu at-Talbiis ‘an Qalbi Ahli Tadliis
    7. Taqriibul Ghariib
    8. al-Madraj Ila al-Mudraj
    9. Tadzkirah al-Mu’tasi Min Hadits Man haddatsa wa nasiy
    10. Asmaa`ul Mudallisiin
    11. al-Luma’ Fi Asmaa`i Man Wadla’
    12. ar-Raudlul Mukallal Wa Waradul Mu’allal fi al-mushthalah

Wafatnya

Imam as-Suyuthi rahimahullah wafat pada hari Jum’at, malam tanggal 19 Jumadal Ula tahun 911 H. Sebelumnya beliau menderita sakit selama tujuh hari dan akhirnya wafat dalam umur 61 tahun. Dikuburkan di pemakaman Qaushuun atau Qaisun di Kairo. (Sumber bacaan: Kitab adriib ar-Raawi Fi Syarh Taqriib an-Nawawy karya as-Suyuthy)