Sayid Mohammad Baqir Shafti, ulama besar dan marja Syiah
  • Judul: Sayid Mohammad Baqir Shafti, ulama besar dan marja Syiah
  • sang penulis:
  • Sumber: parstoday
  • Tanggal Rilis: 5:18:11 2-9-1403

Di kesempatan kali ini kami akan mengenalkan kepada Anda salah satu ulama besar Syiah, Sayid Muhammad Baqir Gilani al-Shafti yang dikenal dengan sebutan Hujjatul Islam Mutlak, karena keilmuan dan jasa besarnya kepada masyarakat Syiah.

Sayid Mohammad Baqir Gilani al-Shafti dilahirkan tahun 1181 di desa Chirza di Provinsi Zanjan. Ayahnya adalah seorang sayid terkenal dan ulama yang merakyat serta salah satu keturunan Imam Musa al-Kadhim as. Mohammad Baqir setelah menempuh pendidikan dasar di bawah asuhan ayahnya, di usia 16 tahun, ia meninggalkan keluarganya dan menuju Karbala untuk melanjutkan pendidikannya.

Sayid Mohammad Baqir menetap di Karbala selama satu tahun dan belajar di kuliah umum Allamah Vahid Behbahani dan Allamah Bahrul Ulum. Kemudian ia menuju kota Najaf dan belajar di Hauzah Ilmiah Najaf selama enam tahun di bawah bimbingan para guru besar seperti Sheikh Ja'far Kashif al-Ghita. Selanjutnya ia pergi ke Hauzah Ilmiah Kadhimaian untuk menimba ilmu dibawah bimbingan ulama terkenal seperti Sayid Mohsen A'raji. Kemudian Sayid Mohammad Baqir tinggal beberapa waktu di kota Qom dan Kashan serta belajar dari ulama besar seperti Mirza Qomi dan Mullah Mehdi Naraqi. Kemudian di tahun 1216, Sayid Mohammad Baqir menuju kota Isfahan.

Sayid Mohammad Baqir atau Sayid Shafti hidup penuh kesederhanaan. Ia seorang warga desa yang haus akan ilmu dan hikmah, serta menghabiskan siang dan malam masa mudanya untuk menimba ilmu, dan telah menderita kesulitan karena jauh dari tanah air dan kemiskinannya. Ketika dia datang ke Isfahan setelah bertahun-tahun menempuh pendidikan, tasnya terbuat dari emas dan kawat, dan sebaliknya dadanya penuh dengan ajaran Ahlul Bait as. Ia memulai kehidupan zuhudnya di Sekolah Chaharbagh di kota ini.

Kebesaran dan pengetahuannya semakin terlihat oleh para siswa setiap hari, tetapi kelompok belajarnya yang berkembang membuat kesal pemilik sekolah. Jadi dia pergi ke sekolah lain dan menyebarkan penelitian dan pengajarannya di tempat lain. Sedikit demi sedikit, karena keberanian dan akhlak Sayid Shafti, masyarakat mulai menyambtunya, dan sejak para ulama besar dan ahli hukum pada masa itu mengakui kemampuannya di bidang fikih, ushul fikih, al-Quran dan hadis serta ilmu-ilmu keislaman lainnya, maka peluang bagi majaiyah Sayid Baqir Shafti terbuka lebar.

Sayid Mohammad Baqir Shafti sangat mencintai dan memiliki perhatian besar terhadap kewajiban. Ibadah khusyu'nya di tengah malam menjadi pelajaran bagi teman dekatnya. Salah satu orang dekat Sayid Mohammad Baqir terkait hal ini menulis,"Saat shalat, tubuhnya gemetar hebat (karena takut kepada Allah). Dari tengah malam hingga pagi, ia sibuk beribadah dan berdoa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Selama shalat, dia memiliki suasana hati yang istimewa dan menangis dengan keras. Di akhir hidupnya, para dokter menganggap berbahaya bagi mereka untuk banyak menangis dan melarang Sayid melakukan ini, tetapi air mata tetap mengalir tak terkendali dari matanya."

Kecintaan besarnya terhadap Ahlul Bait as dan ajarannya sangat dikenal masyarakat. Ia akan sangat terpengaruh ketika mendengar musibah Ahlul Bait as, bahkan para pembaca syair duka Ahlul Bait berusaha untuk hadir lebih sedikit dihadapan beliau.

Kami mengatakan bahwa Sayidd Mohammad Baqir Shafti, karena keberanian, kesalehan dan kejujurannya, menghadapi nasib langka orang-orang di Isfahan dan memperoleh banyak pengaruh dan popularitas. Kepercayaan masyarakat terhadap kebaikan dan sifat amanahnya menyebabkan para saudagar banyak menyumbangkan hartanya kepada Sayid Shafti. Sayid juga mengelola properti yang ada bersamanya sesuai dengan kebiasaan Baitul-Mal dan membelanjakan hasilnya untuk orang-orang yang membutuhkan dan urusan material dan spiritual kaum Syi'ah.

Dikatakan bahwa tidak ada orang yang membutuhkan akan kembali dengan tangan kosong saat meminta bantuan kepadanya. Juga, Sayid juga membuka toko roti dan toko daging dan memberikan kiriman uang kepada lebih dari seribu orang miskin untuk mendapatkan roti dan daging yang mereka butuhkan dari toko-toko ini. Sedikit demi sedikit Sayid Shafti memperoleh kekayaan sedemikian rupa sehingga sebagian orang menganggapnya sebagai ulama Syiah terkaya, tetapi perlu diketahui bahwa kekayaan ini bukanlah kekayaan pribadinya, melainkan kekayaan yang diberikan umat Islam kepada Sayid karena kepercayaan dan keyakinan mereka, jadi bahwa dia bisa membelanjakan untuk urusan umat Islam.

Hujjatul Islam Shafti kini menjadi salah ulama Syiah paling berpengaruh dan terkuat. Ia tidak pernah lelah mengurusi urusan umat Islam dan menyelesaikannya, dan menghabiskan sebagian besar waktunya untuk menyelesaikan masalah sosial dan pribadi warga. Agama Islam bukan saja memiliki ajaran dan pengaturan bagi kehidupan pribadi dan ibadah manusia, tapi juga untuk sisi sosial, politik dan ekonomi manusia jua memiliki ajaran yang teliti.

Oleh karena itu, umat Syiah senantiasa merujuk kepada ulama untuk menyelesaikan urusan sosial dan ekonominya, termasuk menyelesaikan friksi dan meminta keputusan, dan yang berperkara dan yang terhukum semuanya mematuhi keputusan hakim syar'i. Tentu saja, kadang-kadang karena kondisi mencekik di masyarakat, kemungkinan seperti itu tidak ada bagi para ulama, tetapi selama masa Sayid Shafti di Iran, khususnya di Isfahan, situasinya sedemikian rupa sehingga raja tidak dapat secara terbuka mencegah tindakannya karena dukungan dan sambutan rakyat serta keberanian dan stabilitas Sayid Shafti sendiri. Oleh karena itu,Sayid melakukan tugas sosialnya dengan sekuat tenaga, termasuk menghakimi di antara orang-orang.

Seorang bijak yang berpikiran mendalam dan mujtahid berpengetahuan, Sayid Mohammad Baqir Shafti bersikeras pada penerapan hukum-hukum ilahi dan selalu berkata, hukum dan syariat ilahi harus dilaksanakan, dan meskipun ditentang pemerintah, dia masih menerapkan syariah ilahi, dan dia tidak mengijinkan penguasa zalim untuk memberi pendapat dan campur tangan dalam hal ini. "Hudud" disebut hukuman yang didefinisikan dalam syariah untuk kejahatan tertentu. Dalam pandangan Tuhan, "penegakan hukum" adalah salah satu cara yang paling penting dan vital untuk menjaga kesehatan masyarakat dari polusi dan kejahatan. Sayid Mohammad Baqir Shafti adalah salah satu ulama yang dengan berani dan gigih mulai menerapkan hukum ilahi dan tertulis bahwa ia menerapkan hampir seratus hukum dengan tangannya sendiri.

Salah satu jasa berharga Sayid Shafti kepada dunia Syiah adalah membangun masjid megah di Isfahan, yang kemudian dikenal sebagai Masjid Sayid. Bangunan ini dibangun pada tahun 1240 H dan karena kebesaran dan arsitekturnya yang unik, masjid ini dianggap sebagai salah satu masjid paling langka di Iran. Suatu hari, Fath Ali Shah melihat bangunan yang belum selesai dari masjid besar ini dan berkata, Anda tidak memiliki kekuatan untuk menyelesaikan bangunan besar ini, jadikanlah saya mitra dalam penyelesaian masjid. Sayid tidak menerima dan menjawab, tanganku ada di perbendaharaan Allah Swt. Sementara sebagian besar masjid besar di dunia dibangun oleh raja, Tuhan memberi Sayid Shafti kesempatan untuk menyelesaikan pembangunan masjid ini tanpa bantuan raja dan penguasa. Sayid shalat di masjid ini hingga akhir hayatnya yang mulia dan ribuan orang ikut serta dalam shalatnya karena popularitasnya di kalangan masyarakat.

Hajjatul Islam Sayid Muhammad Baqir Shafti adalah seorang ulama yang cakap dan sadar akan perkembangan zaman. Dia melawan tirani penguasa Isfahan dan mengekspos dan mencerahkan rakyat dalam berbagai masalah politik dengan keberanian besar. Terlepas dari perbedaan yang dia miliki dengan pemerintah, Sayid juga sangat waspada terhadap konspirasi asing. Dalam situasi di mana duta besar Inggris ingin memanfaatkan perbedaan antara ulama dan pemimpin pemerintah pada 1253 H dan melemahkan pemerintah Iran, Sayid menyadari niat rahasia Inggris dan dengan kewaspadaan menggagalkan seluruh konspirasi ini.

Pada tahun 1257 H, salah seorang ulama bernama Muhammad Taqi bin Abi Thalib Yazdi dimarahi raja karena hal-hal yang dikatakannya menentang kekafiran dan penindasan, dan ia berlindung di wilayah kekuasaan marja Syi'ah. Raja yang tidak bisa mentolerir kebesaran marjaiyah Syi'ah, mengirim pasukannya ke Isfahan dengan tujuan untuk mendobrak kesucian marjaiyah dan menangkap Muhammad Taqi Yazdi. Khan Qajar menyerang kediaman Sayid Shafti di Isfahan dan menangkap ulama dan pakar fiki,Yazdi, dan kekayaan Sayid Shafti, yang sebenarnya adalah properti yang telah dipercayakan Muslim kepada otoritas mereka untuk dibelanjakan demi agama, dicuri dan pasukan ini dalam keadaan mabuk kembali ke Tehran.

Perilaku buruk Shah sangat menyakiti marjaiyah Syiah dan mereka berdoa, "Ya Allah ! Jangan ijinkan kehinaan lebih besar kepada anak-anak Zahra (as)." Allah Swt mengabulkan doa hamba-Nya yang saleh ini dan tak lama kemudian, marja Syiah ini meninggal di usia 85 tahun dan jenazahnya dimakamkan di Masjid Sayid yang sebelumnya telah ditentukan. Meski jenazah ulama berpengaruh Syiah ini terkubur di bawah tanah, tapi jiwanya terbang ke duni abadi. Ia ridha kepada Tuhan dan Tuhan pun ridha kepadanya.