Dalil Konsep Keadilan Sahabat (2)
  • Judul: Dalil Konsep Keadilan Sahabat (2)
  • sang penulis: ben ainullah
  • Sumber: muslimmenjawab.com
  • Tanggal Rilis: 4:29:46 2-9-1403

Islam memandang bahwa semulia-mulianya manusia di hadapan Allah swt adalah yang paling bertakwa kepadaNya. Kaidah ini bersifat haqiqi yang artinya berlaku di mana pun dan kapan pun. Tak terkecuali pada masa nabi Muhammad saw dan para sahabatnya.

Menyakini keadilan sahabat bukanlah satu hal yang keliru, sebab kita semua menyadari bahwa terpeliharanya Islam hingga saat ini, salah satunya adalah terdapat peran para sahabat. namun jika hal itu dijadikan mutlak pada seluruhnya, maka perlu ketelitian dalam hal ini; pertama harus jelas terlebih dahulu apa definisi yang dimaksud dari kata “sahabat” itu sendiri. Kedua, apa dalilnya jika seluruh sahabat itu adil.

Pada seri yang lalu telah kita bahas seputar definisi sahabat menurut para ulama. Kali ini kita akan mencoba melihat salah satu dalil yang digunakan oleh sebagian dalam menopang konsep keadilan seluruh sahabat.

Adalah surat Al-Fath ayat 29, yang berbunyi:

مُحَمَّدٌ رَّسُوْلُ اللّٰهِ ۗوَالَّذِيْنَ مَعَهٗٓ اَشِدَّاۤءُ عَلَى الْكُفَّارِ رُحَمَاۤءُ بَيْنَهُمْ تَرٰىهُمْ رُكَّعًا سُجَّدًا يَّبْتَغُوْنَ فَضْلًا مِّنَ اللّٰهِ وَرِضْوَانًا ۖ سِيْمَاهُمْ فِيْ وُجُوْهِهِمْ مِّنْ اَثَرِ السُّجُوْدِ ۗذٰلِكَ مَثَلُهُمْ فِى التَّوْرٰىةِ ۖوَمَثَلُهُمْ فِى الْاِنْجِيْلِۚ كَزَرْعٍ اَخْرَجَ شَطْـَٔهٗ فَاٰزَرَهٗ فَاسْتَغْلَظَ فَاسْتَوٰى عَلٰى سُوْقِهٖ يُعْجِبُ الزُّرَّاعَ لِيَغِيْظَ بِهِمُ الْكُفَّارَ ۗوَعَدَ اللّٰهُ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ مِنْهُمْ مَّغْفِرَةً وَّاَجْرًا عَظِيْمًا ࣖ

Muhammad adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia bersikap keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka. Kamu melihat mereka rukuk dan sujud mencari karunia Allah dan keridaan-Nya. Pada wajah mereka tampak tanda-tanda bekas sujud. Demikianlah sifat-sifat mereka (yang diungkapkan) dalam Taurat dan sifat-sifat mereka (yang diungkapkan) dalam Injil, yaitu seperti benih yang mengeluarkan tunasnya, kemudian tunas itu semakin kuat lalu menjadi besar dan tegak lurus di atas batangnya; tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang mukmin). Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan di antara mereka, ampunan dan pahala yang besar.

Pendekatan dalil: Ayat di atas dimulai dengan bentuk pengagungan dengan menyebutkan “Muhammad adalah utusan Allah”, kalimat tersebut merupakan penjelasan bagi ayat sebelumnya (ayat 28) yang berbunyi:

هُوَ الَّذِيْٓ اَرْسَلَ رَسُوْلَهٗ بِالْهُدٰى وَدِيْنِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهٗ عَلَى الدِّيْنِ كُلِّهٖ ۗوَكَفٰى بِاللّٰهِ شَهِيْدًا

Dialah yang mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan agama yang benar agar dimenangkan-Nya terhadap semua agama. Dan cukuplah Allah sebagai saksi.

Maka dalam ayat tadi terdapat pujian agung kepada nabi Muhammad selaku utusan Allah dan juga orang-orang yang bersamanya dengan menyebut “dan orang-orang yang bersama dengan dia bersikap keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka”. Sifat yang digambarkan pada ayat tersebut serupa dengan yang tertera pada surat Al-Maidah ayat 54, yang berbunyi:

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا مَنْ يَّرْتَدَّ مِنْكُمْ عَنْ دِيْنِهٖ فَسَوْفَ يَأْتِى اللّٰهُ بِقَوْمٍ يُّحِبُّهُمْ وَيُحِبُّوْنَهٗٓ ۙاَذِلَّةٍ عَلَى الْمُؤْمِنِيْنَ اَعِزَّةٍ عَلَى الْكٰفِرِيْنَۖ يُجَاهِدُوْنَ فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ وَلَا يَخَافُوْنَ لَوْمَةَ لَاۤىِٕمٍ ۗذٰلِكَ فَضْلُ اللّٰهِ يُؤْتِيْهِ مَنْ يَّشَاۤءُۗ وَاللّٰهُ وَاسِعٌ عَلِيْمٌ

Wahai orang-orang yang beriman! Barangsiapa di antara kamu yang murtad (keluar) dari agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum, Dia mencintai mereka dan mereka pun mencintai-Nya, dan bersikap lemah lembut terhadap orang-orang yang beriman, tetapi bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad di jalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah yang diberikan-Nya kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Mahaluas (pemberian-Nya), Maha Mengetahui.

Jadi orang-orang yang bersama nabi tadi digambarkan sebagai yang bersikap keras terhadap kafir dan lemah lembut diantara sesama mu’min. Juga digambarkan dengan banyak beramal dengan ikhlas mengharap karunia Allah dan sebagainya hingga akhir ayat.

Yang menjadi persoalan dalam hal ini apakah semua kriteria tersebut terwujud dalam setiap pribadi sahabat nabi ataukah tidak. Sebagai bahan untuk merenunginya, perhatikan dengan baik beberapa hal berikut:

Pertama, tidak mungkin jika ayat tersebut merupakan pujian bagi seluruh sahabat, sebab disebutkan beberapa kriteria dalam ayat itu, sebagaimana diantaranya Allah menyifati mereka dengan keras terhadap orang-orang kafir dan lemah lembut diantara sesama mu’minin, sedangkan kenyataan dalam sejarah kita menemukan terjadinya peperangan yang mengakibatkan banyak korban diantara mereka sendiri paska wafatnya nabi, yang artinya gugurlah sifat lemah-lembut diantara sesama mu’minin sehingga dengan ini tidak mungkin ayat ini mencakupi seluruh sahabat.

Kedua, pada penggalan akhir ayatnya Allah swt berfirman:

وَعَدَ اللّٰهُ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ مِنْهُمْ مَّغْفِرَةً وَّاَجْرًا عَظِيْمًا

Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan di antara mereka, ampunan dan pahala yang besar.

Terdapat lafaz (مِنَ) pada ayat tersebut yang merupakan Tab’idhiyyah, yang berarti menunjukkan sebagian dari mereka bukan seluruhnya.

Kesimpulannya ialah bahwa ayat ini tidak menunjukkan kepada seluruh sahabat melainkan hanya sebagian dari mereka yang memiliki kriteria tadi. Wallahu A’lam Bisshawab.