Ayatullah Mauhudi Kermani, dalam sambutannya pada acara
pembukaan seminar menyatakan terdapat beragam pendapat
dan pandangan mengenai perempuan, yang bahkan satu sama
lain saling menegasikan. Beliau berkata, “Dalam dunia
pemikiran Barat, satu pertanyaan sampai sekarang belum
bisa tertuntaskan dan masih juga mereka perdebatkan,
apa hak perempuan dan laki-laki sama atau tidak?
sementara pemikiran Barat pembahasan mengenai hak-hak
perempuan yang telah diberikan Tuhan atas mereka justru
sepi dan mereka abaikan. Karenanya, harus kita akui,
sampai saat ini perempuan masih juga berada dalam
keterzaliman Barat.”
“Salah satu keterzaliman perempuan dalam dunia Barat
adalah kemuliaan dan kehormatan mereka yang tidak
mendapatkan penyikapan semestinya. Terutama dalam
masalah kehormatan dan hijab.” lanjutnya.
Ulama yang juga menjadi khatib Jum’at Tehran tersebut
lebih lanjut mengatan, ‘Ketika dikatakan kepada Imam
Husain As, untuk apa bangkit dan melakukan perlawanan,
sebab apapun yang akan dilakukan, pasti akan mengalami
kekalahan. Sama halnya yang disampaikan kepada Imam
Khomaini saat memimpin revolusi Islam, yang beliau
jawab, jangankan Syah, Amerikapun bisa diusir dari
Iran. Karenanya, seberapapun pelik dan sulitnya
mengatasi masalah hijab yang banyak diabaikan ini, kita
tetap tidak boleh tinggal diam.”
“Pandangan yang menyebutkan, kita tidak bisa berbuat
apa-apa untuk bisa membuat masyarakat patuh akan aturan
hijab, adalah pandangan yang berbahaya. Kita tetap
harus optimis dan membangun harapan, bahwa ini bisa
kita lakukan. Kita bisa belajar banyak dari Nabi
Muhammad Saw yang seorang diri menghadapi kondisi
sosial yang rusak, yang masalah bukan hanya pengabaian
pada masalah hijab. Allah Swt menguatkan Nabi, bahwa
tetaplah berbuat, karena sesungguhnya Allah Swt
bersama dengan mereka yang gigih mengajak pada
kebaikan.” tambahnya.
Ayatullah Kermani kemudian mengingatkan bahwa masalah
hijab bukan masalah pribadi, tetapi menyangkut masalah
sosial. Beliau berkata, “Hijab bukan masalah individu,
bukan privacy dan kepentingan pribadi, tapi menyangkut
masalah sosial yang akan menjadi tanggungjawab bersama.
Kalau maksiat yang dikerjakan diam-diam dan secara
sembunyi-sembunyi oleh seseorang atau sekelompok orang,
masyarakat tidak akan dimintai pertanggungjawaban dan
tidak memiliki kewajiban untuk mencari tahu dan
mencegahnya, namun masalah hijab yang diabaikan,
muslimah yang sengaja tidak mengenakan jilbab ditempat
umum, ini adalah maksiat yang dikerjakan secara
terang-terangan, ini adalah tindakan yang mencemarkan
wajah Islam, yang semua lapisan masyarakat akan
dimintai pertanggungjawaban jika mendiamkannya, dan
masing-masing punya kewajiban untuk mencegahnya.”
“Nabi Muhammad Saw sendiri mengingatkan, pembiaran
perempuan dan generasi muda untuk melakukan maksiat dan
dosa dan tidak melakukan langkah apapun untuk
mencegahnya akan menjadi masalah besar dikemudian hari,
yang justru akan lebih berat untuk diatasi dan
dicarikan jalan keluarnya. Oleh karena itu, perintah
amar ma’ruf dan nahi mungkar menjadi penting
kedudukannya.” tambahnya.
“Kita harus bersyukur, dengan kemenangan revolusi
Islam, kebiasaan dan adat masyarakat kita telah banyak
mengalami perubahan terutama dengan semakin
diperhatikannya aturan-aturan Islami. Namun kalau
kondisi ini tidak dijaga, maka sangat besar
kemungkinannya, masyarakat akan kembali pada kebiasaan
jahiliyah, yang mengabaikan hijab dan aturan Islam.”
ungkapnya lebih lanjut.
Ayatullah Kermani juga mengingatkan pandangan-pandangan
salah yang berkembang di masyarakat, terutama
propaganda-propaganda yang sesat dari pemikitan Barat.
Beliau berkata, “Sebagian orang berkata, salah satu
cara untuk mengatasi masalah sosial, adalah dengan
membiarkan anak muda melakukan apa saja yang
dikehendakinya dengan sebebas-bebasnya yang kemudian,
suatu waktu akan bosan dengan sendirinya, sehingga
tidak akan lagi mengulangi perbuatan maksiat dan
kesia-siaan. Ini adalah pandangan yang salah, sebab
akibat dari ajakan ini adalah kerusakan yang justru
sulit untuk dibenahi.”
“Lihat saja buktinya, pergaulan bebas yang diterapkan
dunia Barat. Dengan adanya pembebasan untuk melakukan
pergaulan seks dengan sebebas-bebasnya justru membuat
lembaga pernikahan menjadi kurang berarti dan tidak
lagi menarik bagi anak-anak muda. Tidak sedikit rumah
tangga justru hancur berantakan dengan diperlakukannya
prinsip ini.” ujarnya.
Ayatullah Kermani menambahkan, “Dunia kampus dan
persekolahan harus benar-benar dicegah dari arus
pemikiran seperti itu. Suasana yang diciptakan dalam
dunia kampus harus benar-benar bersifat akademik dan
mendidik. Peserta didik harus dikuatkan keimanannya
dalam masalah agama, khususnya dalam masalah hijab dan
pergaulan sosial. Konsenstrasi mereka harus difokuskan
pada pengembangan diri, bukan malah terjebak dalam
pergaulan yang rusak, dan melakukan hal-hal yang sia-
sia dan dapat merusak masa depan mereka.”
Pada bagian lain sambutannya, Ayatullah Kermani
memberikan usulan atas solusi mengatasi persoalan hijab
di masyarakat. Beliau berkata, “Salah satu solusi yang
bisa dijalankan dan dikembangkan, adalah penyampaian
kepada masyarakat akan kemuliaan perempuan dalam
pandangan Islam. Kemuliaan perempuan itu terjaga
melalui hijab dan jilbab yang dikenakannya, dan
kemuliaan itu akan ternodai dengan pengabaian pada
keduanya.”
“Musuh-musuh Islam tidak akan pernah diam untuk
mengupayakan kehancuran umat Islam. Salah satu langkah
mereka, adalah menjauhkan umat Islam dari ajaran Islam
yang akan membuat mereka jaya. Diantaranya dengan
menyebarkan stigma-stigma negatif mengenai jilbab yang
dikenakan kaum muslimah. Ini adalah perang budaya, yang
harus kita hadapi dengan sungguh-sungguh.” tambahnya.
“Muballigh-muballigh Islam harus dibekali ilmu yang
mendalam mengenai hal ini, yang dengan itu akan mereka
sampaikan kepada masyarakat akan pentingnya hijab dan
penghormatan terhadap kemuliaan perempuan. Hal ini
harus terus disampaikan di masjid-masjid, kantor-kantor
dan yayasan-yayasan. Agar masalah hijab bukan hanya
dipandang sebagai masalah pribadi dan menjadi kewajiban
bagi kaum perempuan saja, tapi menjadi masalah kita
bersama.”
Seminar Nasional “Hijab dan Kemuliaan Perempuan” yang
diselenggarakan atas kerjasama 90 yayasan ini akan
berlangsung selama dua hari.