Perempuan
  • Judul: Perempuan
  • sang penulis: quraish shihab
  • Sumber: quraishshihab.com
  • Tanggal Rilis: 22:22:31 1-9-1403

“Dan segala sesuatu Kami ciptakan berpasang-pasangan

supaya kamu mengingat kebesaran Allah” (QS. az-Zâriyât

[51]: 49).

Perempuan diciptakan Allah berpasangan dengan lelaki

untuk mendampinginya, demikian pula sebaliknya.

Perempuan pastilah yang terbaik untuk mendampingi

lelaki, demikian juga sebaliknya, karena tidak ada

ciptaan Tuhan yang tidak sempurna dalam pontensinya

mengemban tugas serta fungsi yang diharapkan darinya.

Tanpa perempuan, masa muda lelaki menjadi gersang, masa

matangnya menjadi hampa, dan masa tuanya menjadi

penyesalan.

Allah menciptakan perempuan–baik sebagai istri, ibu,

atau anak–untuk dicintai dan dihormati, demikian pula

sebaliknya.

Nabi Muhammad saw. bersabda: “Dicintakan oleh Allah

buat aku dari apa yang terhidang di dunia ini,

perempuan dan wewangian…” “Tidak ada yang menghormati

perempuan, kecuali seorang terhormat dan tidak ada yang

menghinanya, kecuali yang bejat.”

Mencintai perempuan adalah salah satu aspek fitrah

manusia, dan karena itu semua rincian tuntunan al-

Qur’an dan Sunnah menyangkut perempuan, bahkan manusia,

tecermin melalui prinsip di atas.

Jangan pernah berkata bahwa asal kejadian lelaki lebih

unggul ketimbang perempuan, sekali lagi jangan, karena

kedua jenis itu diciptakan min nafsin wâhidah/dari

jenis yang sama (QS. an-Nisâ’ [4]: 1) dan min dzakarin

wa untsâ (QS. al-Hujurât [49]: 13), yakni lahir melalui

seorang lelaki bersama seorang perempuan, yaitu hasil

pertemuan sperma dan ovum.

Lelaki makhluk bersperma dan perempuan makhluk berovum,

namun keliru bila dianggap bahwa keduanya seperti dua

unit independen yang masing-masing berdiri sendiri.

Tidak! Keduanya saling berkaitan dan saling

membutuhkan. Mereka (istri) adalah pakaian untuk kamu

dan kamu pun (suami) adalah pakaian untuk mereka (QS.

al-Baqarah [2]: 187).

Allah telah menganugerahi keduanya potensi yang cukup,

yang menjadikan keduanya mampu melaksanakan aneka

kegiatan kemanusiaan yang umum dan khusus. Sehingga,

kalau kehidupan di bumi didasari atas pilihan,

keikhlasan, kesetiaan, kecerdasan berpikir, dan

kebenaran tingkah laku, maka kedua jenis manusia ini

sama dalam bidang-bidang tersebut. Sesekali lelaki yang

unggul, dan di kali lain perempuan. Dalam keberhasilan

atau kegagalan, balasan baik atau buruk, masing-masing

dapat memperolehnya. Begitu maksud QS. Âli-‘Imrân [3]:

195 dan an-Nisâ’ [4]: 124.

Memang ada perbedaan antara keduanya, itu juga adalah

fitrah yang dirancang Allah agar terjadi hubungan

harmonis, bahkan cinta kasih antara keduanya. Lelaki

dan perempuan memunyai hak dan kewajiban seimbang walau

tidak sama.

Jangan pernah berkata bahwa kekuatan jarum jahit yang  

melebihi benang menjadikannya lebih unggul daripada

benang, karena tanpa benang, jarum tidak dapat

berfungsi. Jahit-menjahit tidak akan terjadi kalau

hanya jarum atau hanya benang yang tersedia. Karena

itu, harus ada pembagian kerja dan demikian jugalah

Islam mengatur hal itu melalui tuntunannya, yang

disesuaikan dengan sifat dan kodrat masing-masing.

Fungsi menciptakan bentuk. Karena gelas dirancang untuk

berfungsi sebagai alat minum, maka bibirnya dijadikan

tebal dan halus, berbeda dengan pisau yang dirancang

untuk memotong. Berbahaya menjadikan pisau sebagai alat

mimum, dan pasti gagal yang menjadikan gelas alat

memotong.

Perempuan memunyai hak dan wewenang atas hasil usahanya

sebagaimana lelaki pun demikian (QS. an-Nisâ’ [4]: 32).

Islam tidak melarangnya bekerja, selama dia membutuhkan

pekerjaan itu atau pekerjaan itu membutuhkannya, dan

selama terpelihara dirinya dan lingkungannya dari

segala yang  mengundang hal-hal yang bertentangan

dengan nilai-nilai budaya dan agama. Demikian, wa Allâh

A’lam.