Dunia Anak Siapa Menentukan(bagian2)
  • Judul: Dunia Anak Siapa Menentukan(bagian2)
  • sang penulis:
  • Sumber: ikmalonline.com
  • Tanggal Rilis: 10:30:44 2-10-1403

Orang Tua dan cita-cita anak

Sebagian orang tua memiliki cita-cita duniawi yang belum terlaksana, hal ini kadang memicu mereka untuk menuangkan cita-cita itu kepundak anak. Sementara keadaan anak tidak selalu sesuai dengan cita-cita orang tua. Memaksakan cita-cita kepada anak tanpa melihat potensi dan keinginan anak maka akan menciptakan sebuah penjara bagi anak. Dalam hal ini perlu tarik ulur, perlu dialog dengan anak, perlu penyesuaian dan adanya rasa saling mengerti antara orang tua dan anak.

Ada kemungkinan seorang anak yang salah dalam memenuhi potensi diri, dalam hal ini anak dan orang tua bersama-sama pergi ke orang yang kompeten dalam hal ini, misalnya pergi ke seorang psikolog terpercaya. Hasil darinya orang tua  bersama-sama anak dalam mencapai cita-cita anak, dalam rangka membangun dunia anak, cita-cita duniawi yang juga diarahkan untuk kepentingan ukhrawi.

Orang tua bukan menjadi penentu tapi berperang sebagai seorang pembimbing dan seorang pelatih. Dia mungkin punya cita-cita yang belum tuntas, tapi anak lebih berhak dalam menentukan arah pilihan cita-cita yang akan ia tambatkan.

Jadi Anak memilih dan menciptakan dunianya dengan bimbingan orang tua sesuai tata aturan yang sudah ditentukan Allah SWT.

Anak dan Takdir Tuhan

Beberapa mungkin masih salah paham dengan menilai semua bergantung kepada takdir Tuhan. Kami sudah berusaha tapi mau bagaimana takdir Tuhan tidak mengijinkan”.

Pilihan anak memang berhubungan dengan takdir Tuhan, tapi hal itu tidak berdiri sendiri tanpa ada campur tangan ikhtiar dari manusia itu sendiri, juga tidak keluar dari sunnatullah. Konsep kausalitas tetap berlaku. Takdir Tuhan itu berperang sebagai pemberi fasilitas, tenaga, biaya dan kesempatan. Namun manusia juga menentukan karena fasilitas ini hanya faktor pendukung, faktor penentu adalah manusia itu sendiri. Inilah salah satu alasan mengapa amalan manusia menjadi berharga atau tidak berharga dimata Tuhan.

 

CATATAN:

[1] Qs Al Araf: 169.