Suatu hari Sayyidina Ali bin Abi tholib
sedang berjalan melewati para sahabatnya yang
sedang membicarakan tentang muru’ah
(kemurahan hati). Kemudian beliau berkata
kepada mereka, “Kemana saja kalian (yang
mencari kesana kemari tentang makna dari
sesuatu) yang telah disebutkan dengan jelas
didalam Al-Qur’an?”
Mereka bertanya, “Wahai Ali, dimanakah letak
ayatnya?”
Beliau menjawab, “Allah swt Berfirman,
إِنَّ اللّهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالإِحْسَانِ
“Sesungguhnya Allah Menyuruh (kamu) berlaku
adil dan berbuat kebajikan.” (QS.an-Nahl:90)
Adil adalah menempatkan sesuatu pada
tempatnya. Sementara ihsan adalah memberi
kelebihan (kebaikan).”
Dari kisah ini, kita dapat menemukan hal yang
sangat menarik dalam Islam. Bahwa ternyata
adil saja tidak cukup. Allah Memerintahkan
kita untuk berbuat adil dan juga ihsan.
Ihsan adalah memberi kebaikan yang lebih.
Karena hidup di dunia tak bisa dengan prinsip
hitam putih. Terkadang kita harus flexibel
dan bisa menyesuaikan.
Contohnya, ada seorang pegawai yang telah
lama setia bekerja dan membantu kita selama
bertahun-tahun. Dan kita selalu memberinya
gaji yang sesuai. Sampai disini kita telah
berlaku adil dan memberikan haknya. Namun
ketika kita memberi lebih dari gaji yang
telah ditentukan, maka itulah yang disebut
muru’ah (kemurahan hati).
Islam ingin mengajak kita menjadi seorang
yang memiliki hati yang pemurah. Tidak saklek
dalam menghadapi segala hal.
Contoh yang paling realistis adalah dalam
urusan hak suami istri. Membangun rumah
tangga yang harmonis tidak cukup dengan
prinsip melaksanakan hak dan kewajiban, “yang
penting aku sudah memberikan haknya!”. Karena
dalam rumah tangga, adil dan memberi hak saja
tidaklah cukup.
Pernikahan tidak hanya bicara tentang hak dan
kewajiban. Tapi keharmonisan itu dapat
dibangun dengan prinsip “aku ingin
membahagiakan pasanganku”. Maka setiap
pasangan harus berkata terhadap dirinya, “Ini
memang bukan kewajibanku, tapi aku ingin
memberikan yang terbaik untuk pasanganku.”
Jika kedua pasangan berlomba untuk saling
memberi yang terbaik dan saling ingin
membahagiakan satu sama lain maka disitulah
letak keharmonisan yang sesungguhnya.
Keduanya tak lagi fokus untuk menuntut hak
masing-masing, tapi fokus untuk menyenangkan
hati pasangannya.
Semoga kita termasuk orang-orang yang
memiliki hati pemurah dan selalu ingin
menyenangkan hati orang lain. Karena tidak
ada perbuatan yang lebih baik dari
menggembirakan hati saudaranya.