Mencari-cari kesalahan
  • Judul: Mencari-cari kesalahan
  • sang penulis: Mujtaba Musavi Lari
  • Sumber: Psikologi Islam
  • Tanggal Rilis: 10:52:45 2-10-1403

Ketidaktahuan Atas Kesalahan Sendiri

Salah satu perilaku manusia yang paling lemah adalah

ketidaktahuan atau kejahilannya atas kesalahan-

kesalahannya sendiri. Dalam banyak hal jiwa tidak tahu

akan suatu sifat yang tidak dikehendaki, yang

akibatnya secara tidak sadar mengambil sifat semacam

ini sebagai dasar kesengsaraan. Ketika seseorang

menjadi budak kejahilannya, ia membunuh ruh moralitas

di dalam dirinya. Setelah itu menjadi korban berbagai

kecenderungan dan beragam nafsunya yang

mengasingkannya dari kebahagiaan dan kesenangan. Di

bawah keadaan seperti ini, baik petunjuk maupun

nasehat yang bersifat membangun tidak akan

berpengaruh.

Kebutuhan pertama bagi keselamatan diri adalah

menyadari kelemahan-kelemahan anda. Satu-satunya jalan

agar manusia dapat menyingkirkan akhlak-akhlak

buruknya dan menolong dirinya dari berbagai bahaya

dalam kepribadiannya yang dapat mengarahkannya kepada

penderitaan, adalah jika ia menyadari akhlak-akhlak

semacam ini.

Suatu telaah yang hati-hati atas watak-watak jiwa

manusia untuk mendidik umat manusia, merupakan langkah

penting menuju integritas rohani dan perilaku.

Renungan diri membuat seseorang menyadari berbagai

kelemahan dan hal-hal positifnya, menghapus sifat-

sifat yang tidak dikehendaki, dan menjernihkan cermin

jiwanya dari noda dosa-dosa dengan mengadakan

penyucian akhlak.

Kita melakukan suatu kesalahan yang tidak dapat

diampuni ketika secara ceroboh tidak mengetahui

cerminan sesungguhnya dari diri kita di dalam cermin

perbuatan-perbuatan kita. Adalah tanggung jawab kita

untuk menemukan watak kita sendiri untuk secara tepat

menunjukkan sifat-sifat yang tidak dikehendaki yang

tanpa terasa telah tumbuh di dalam diri kita. Tidak

syak lagi, kita akan mampu mencabut akar-akar sifat

semacam ini, bahkan menahannya agar tidak muncul dalam

kehidupan kita dengan tenis menerus berjuang

melawannya. Bagaimanapun juga, pencapaian sifat-sifat

mulia memerlukan kesabaran melalui kerja keras yang

tiada akhirnya. Masalah ini bukanlah sesuatu yang

mudah untuk dilaksanakan.

Bagi kita, untuk mencabut akar-akar kebiasaan yang

berbahaya dan merusak, tidak mungkin hanya sekadar

menyadarinya tetapi juga harus memiliki kehendak yang

kuat ke arah sana. Lebih baik lagi bila kita

mengerahkan tindakan-tindakan kita juga pemikiran kita

menjadi lebih lurus dan lebih produktif. Hasil-hasil

dari setiap langkah dalam proses ini akan membawa kira

maju ke tahap selanjutnya.

Dr. Carl menulis:

Cara yang paling efektif untuk mengubah program harian

kita menjadi program yang dapat diterima adalah dengan

memeriksanya secara cermat setiap pagi dan meninjau

kembali hasil-hasilnya setiap malam. Kemudian dengan

cara yang sama pula kita menyelesaikan tugas tertentu

pada kesempatan khusus; kita harus memasukkan ke dalam

jadwal kita mengenai langkah-langkah tertentu sehingga

orang lain dapat memanfaatkannya dari berbagai

aktivitas kita. Dalam tingkah laku kita harus fair dan

adil.

Rendahnya perilaku adalah sebagaimana kejijikan

terhadap tubuh yang kotor. Maka, pentingnya

membersihkan tubuh kita dari kotoran seperti

mensucikan akhlak kita dari noda. Beberapa orang

melakukan gerak badan sebelum dan atau sesudah tidur;

demikian juga pentingnya merenungkan akhlak dan

pemikiran kita sepenting gerak badan ini. Dengan

mempelajari cara ini kita harus bertindak dan berupaya

untuk memperhatikan batas-batas kira yang ditandai,

kita dapat melihat kenyataan kira sendiri tanpa adanya

penghalang. Keberhasilan kita dalam membuat keputusan

secara langsung berhubungan dengan batin kita sendiri.

Adalah wajib atas setiap orang, baik-tua atau muda,

kaya atau miskin, terpelajar atau jahil, untuk

mengetahui apa yang telah dilakukan dalam pengeluaran

dan pendapatan harian, sebagaimana para saintis

menulis tentang hasil-hasil eksperimen mereka. Dengan

menggunakan cara seperti ini secara cermat dan sabar,

jasmani dan rohani kita akan berubah ke arah yang

lebih baik.

Sindiran dan Para Penghina

Adalah fitrah manusia dalam mencari kesalahan,

kekeliruan dan rahasia orang lain serta mengkritik dan

mengecam mereka atas dasar kelemahan-kelemahan ini.

Namun dalam banyak hal, berbagai kesalahan dan

kelemahan orang-orang ini sangat melampaui sifat-sifat

mulia mereka. Mereka tidak tahu akan hal ini dan

mendudukkan diri mereka di atas berbagai kemalangan

orang lain.

Menghina orang lain merupakan suatu sifat jahat yang

mengotori kehidupan manusia dan menurunkan watak

perilakunya.

Unsur-unsur yang mendorong manusia untuk menjatuhkan

orang lain menjadi lebih berbahaya ketika disertai

dengan kesombongan, keangkuhan, dan egois. Kerumitan-

kerumitan perilaku ini menghasut manusia untuk membuat

keputusan-keputusan yang keliru dan berpikir bahwa

mereka adalah orang-orang yang benar.

Orang-orang yang suka mengkritik orang lain telah

menyia-nyiakan usahanya dengan cara-cara yang tidak

dapat diterima oleh akal maupun hukum. Mereka terlalu

bernafsu melihat berbagai kesalahan temannya untuk

menghina dan merendahkan mereka, mereka tidak tahu

bahwa dengan berbuat demikian mereka sebenarnya

membuang kesempatan untuk melihat kesalahannya

sendiri, atau membimbing dirinya kepada hidayah dan

kebenaran. Orang-orang yang tidak teguh hatinya tidak

melihat adanya syariat atau tidak menghormati martabat

orang lain; mereka tidak dapat hidup secara harmonis

dengan orang-orang yang paling dekat dengan mereka.

Ketika orang-orang ini tidak dapat menemukan sasaran

untuk menghina; mereka pun kembali kepada para sahabat

dan teman mereka; dengan alasan tadi orang-orang ini

tidak mampu mendapatkan sahabat-sahabat yang

sesungguhnya, yang cinta dan rasa hormatnya dapat

mereka rasakan.

Di sepanjang hidupnya manusia memperoleh kemuliaan;

oleh karena itu, orang-orang yang suka menghina orang

lain tidak bisa menyadari jumlah kerusakan yang mereka

lakukan terhadap diri mereka sendiri, mereka tidak

dapat menghentikan diri mereka dari reaksi sosial

terhadap perbuatan-perbuatan salah mereka. Perbuatan-

perbuatan salah yang mereka lakukan tidak lain akan

menimbulkan kebencian, permusuhan dan kejijikan.

Mereka merasa bersalah, tetapi sebagaimana dikatakan,

“Tidaklah mungkin mengembalikan burung ke sarangnya

bila ia telah terbang jauh”.

Orang-orang yang ingin hidup bermasyarakat dengan

orang lain harus menentukan berbagai tugas dan

tanggung jawabnya sendiri, salah satu darinya adalah

dengan selalu mencari sifat-sifat luhur dan

perbuatan-perbuatan baik orang lain agar dapat

memuliakan mereka. Ia juga harus menjauhkan dirinya

dari sifat-sifat yang menghina martabat orang lain dan

yang bertentangan dengan dasar-dasar cinta, karena

cinta hanya tumbuh dan hidup di dalam rasa saling

menghormati dan saling menaati di antara kedua

kelompok. Orang yang memiliki kebiasaan menyembunyikan

berbagai kelemahan orang-orang dan teman-teman yang

dicintai akan merasakan hubungan yang lebih stabil.

Sertakanlah puji-pujian jika seseorang hendak menarik

perhatian orang-orang yang ia cintai kepada titik-

titik lemahnya sehingga orang tersebut mempunyai

kesempatan untuk berubah. Tentu saja perlu bagi

individu yang bermaksud menunjuki perhatian temannya

kepada sifatnya yang tidak menyenangkan dengan

menggunakan keahlian khusus agar tidak menghina atau

“menyakiti perasaannya”.

Menurut seorang pendidik:

Adalah mungkin menarik perhatian pendengar anda kepada

kesalahan-kesalahannya dengan suatu pandangan sekilas

atau gerak isyarat, biasanya tidak perlu untuk

berbicara secara langsung. Jika anda berkata kepada

seseorang, ‘Anda membuat kesalahan’, maka ia tidak

akan pernah setuju dengan anda karena anda telah

menghina akalnya, kemampuannya untuk berpikir dan

kepercayaannya. Menentangnya secara terang-terangan

akan membuatnya melawan tindakan anda tanpa

membetulkan berbagai pandangannya, meskipun anda

buktikan kepadanya secara meyakinkan bahwa anda benar.

Bila anda sedang berbincang-bincang dan tidak

mengawalinya dengan, ‘Saya akan membuktikannya

kepadamu,’ atau ‘Saya akan membenarkan itu’, ini

berarti anda lebih cerdas atau lebih pandai dari orang

yang anda ajak bicara. Tindakan mengoreksi pemikiran

seseorang merupakan tugas yang sulit, maka kenapa

menambah lagi kesulitan dengan mengikuti prosedur yang

salah dan menciptakan rintangan yang tidak dapat

diubah. Bila anda mengusulkan untuk membuktikan

sesuatu, adalah penting bahwa orang-orang tersebut

tidak menyadari niat anda. Anda harus memulai tujuan

anda dengan langkah-langkah yang tepat tanpa

memberikan kesempatan kepada siapa pun untuk

mengetahui maksud anda. Ingatlah kata-kata berikut

ketika anda berupaya dalam bidang ini: ‘Ajarlah orang

tanpa harus menjadi guru.’

Ajaran Agama Terhadap Sifat Menyindir

Al-Quran memperingatkan penyindir terhadap nasib

mereka yang suram, dan memperingatkan mereka tentang

berbagai akibat perbuatan jahat mereka. Tertulis dalam

Al-Quran:

“Sengsaralah setiap pemfitnah, pencemar nama baik”.

lslam mewajibkan kepada kaum Muslimin untuk

memperhatikan aturan-aturan akhlak dan tingkah laku

yang baik guna memelihara persatuan lslam juga

melarang memfitnah dan menyindir untuk menghindari

permusuhan dan lemahnya hubungan persaudaraan. Oleh

karena itu, adalah tugas setiap Muslim untuk

memperhatikan hak-hak orang lain dan menjauhkan diri

dari sifat menghina dan merendahkan mereka.

Imam Ja’far Ash-Shadiq a.s. berkata:

Seorang beriman menjadi lebih tenteram hatinya di

dekat seorang beriman yang lain lebih daripada orang

kehausan ketika menemukan air yang sejuk.

(Al-Kafi, jilid II, hal. 247)

Imam Al-Baqir a.s. berkata:

Cukuplah suatu kesalahan seseorang ketika mencari

kesalahan-kesalahan orang dan tidak tahu bahwa ia

mengalaminya, mengkritik orang lain karena sesuatu hal

yang ia sendiri mengerjakannya, atau menyakiti sahabat

karibnya yang oleh sebab itu tidak prihatin padanya.

(AI-Kaji, jilid II, hal. 459)

Datuk mereka, Imam Ali a.s. berkata:

Hindarilah persahabatan dengan orang-orang yang

mencari kelemahan-kelemahan orang lain, karena

persahabatan dengan mereka akan menjadikan tidak aman

dari makar-makar mereka.

(Ghurar Al-Hikam, hal. 148)

Kendati sebagian dari fitrah manusia adalah menolak

kritikan, namun kita harus penuh perhatian terhadap

kritik yang bersifat membangun. Di bawah bayang-bayang

nasehat yang membangun kita mampu mempersiapkan

berbagai unsur guna meningkatkan diri kita, Insya

Allah.

Amirul Mukminin Ali a.s. mengingatkan kita akan

kenyataan tersebut di atas ketika beliau berkata:

Biarlah orang yang paling dekat denganmu menjadi

orang-orang yang membimbingmu untuk (menemukan)

kelemahan-kelemahanmu, dan membantumu melawan berbagai

inspirasi mu yang keliru.

(Ghurar AI-Hikam, hal. 558)

Berikut ini adalah dari buku karya Dr. Dale Carnegie,

How to Win Friends and Influence People:

Kita harus mendengarkan kritik dan menerimanya, karena

jangan sampai kita mengharapkan dua per tiga hari

tindakan dan pemikiran kira benar. Albert Einstein

mengakui bahwa sembilan puluh sembilan persen dari

gagasan dan kesimpulannya salah. Ketika seseorang

hendak mengkritik saya, saya lihat diri saya menjadi

defensif bahkan tanpa mengetahui apa yang ingin ia

katakan; namun ketika hal ini terjadi, setelah itu

saya membenci diri saya sendiri. Kita semua lebih

menyukai pujian dan sanjungan dan menolak celaan dan

kritikan tanpa memperhatikan tingkat ketepatan dan

keakuratan berbagai ulasannya. Sesungguhnya kita

bukanlah anak bukti dan logika, tetapi anak perasaan.

Berbagai pikiran kita menjadi seperti perahu layar

yang dilambungkan oleh gelombang perasaan di tengah

laut yang gelap. Saat ini banyak di antara kita yang

percaya diri, tetapi dalam usia empat puluh tahun kita

akan melihat ke belakang mengenai diri kira dan kita

pun tertawa terhadap berbagai tindakan dan pemikiran

kita.

Imam Ali a.s. berkata:

Barangsiapa yang mencari kesalahan orang lain harus

memulai dari dirinya.

(Ghumr Al-Hikam, hal, 659)

Dr. H. Shakhter berkata:

Sebagai ganti dari mengeluh terhadap berbagai ucapan

atau tindakan orang lain, lebih baik merenungkan

berbagai problem dan penderitaan anda sendiri, dan

bila mungkin memperbaikinya. Adalah wajib atas tiap

orang di antara kita untuk merenungkan berbagai

problem kita, menemukan kesalahan-kesalahan dan

kelemahan kita, dan memecahkannya jika mampu.

(Roshd e Shakhsiat)

Orang yang bodoh mencoba menyembunyikan kelemahan-

kelemahannya dan tidak berusaha untuk

menghilangkannya.

Menurut Imam Ali a.s.:

Adalah suatu kebodohan dalam diri seseorang yang

membuatnya memperhatikan kesalahan-kesalahan orang

lain dan tidak melihat apa yang tersembunyi tentang

kesalahannya sendiri.

(Ghurar Al-Hikam, hal. 559)

Dr. Auibuty berkata:

Karena kebodohan kita, kita sering tidak mengetahui

kelemahan-kelemahan kita dan menyembunyikannya di

balik kerudung kejahilan dan ketidaksadaran yang

membujuk diri kita dengan cara ini. Adalah

mengherankan, bagaimana manusia mencoba menyembunyikan

kelemahan-kelemahan mereka dari mata orang lain tanpa

pernah mencoba untuk menghapusnya. Namun ketika salah

satu dari kesalahan mereka terungkap dan mereka tidak

dapat menyembunyikannya, mereka pun menciptakan ribuan

alasan untuk memuaskan diri mereka dan orang lain.

Orang-orang ini mencoba untuk menutupi harga diri

tentang berbagai kesalahan mereka di mata orang lain,

mereka lupa bahwa hari demi hari gengsi terhadap

kesalahan semacam ini akan menjadi lebih nyata.

Tepatnya seperti benih yang tumbuh menjadi pohon yang

perkasa.

(Dar Jostojuye Khushbakhti)

Mempelajari kepribadian adalah satu-satunya cara yang

diterima oleh para psikolog untuk mendiagnosis dan

mengobati berbagai macam penyakit. Imam Ali a.s.

menasehati manusia dengan cara yang sama. Beliau

berkata:

Adalah wajib bagi orang yang berakal untuk menunjukkan

secara tepat tentang berbagai kelemahannya dalam

agama, pendapat, perilaku dan akhlak, serta

mengumpulkannya di dalam hati mereka atau dalam

.sebuah buku dan berupaya untuk menghapusnya.

(Ghurar Al-Hikam, hal. 448)

Juga menurut seorang psikolog:

Duduklah dengan santai di dalam sebuah ruangan yang

tenang dengan pikiran yang bersih dan pintalah

keluargamu agar tidak mengizinkan orang lain

mengganggumu. Tempat yang lebih menyenangkan dan lebih

mengistirahatkanmu adalah tempat yang lebih baik;

karena apa yang ingin kita lakukan memerlukan hukum

dasar yang tidak mengizinkan pemikiran anda terganggu

dengan hanya berkonsentrasi pada sasaran utama. Juga,

jangan sampai tubuh anda dibelokkan oleh kebutuhan-

kebutuhan jasmaniah anda.

Ambillah beberapa kertas buram yang murah dan sebuah

pena yang dapat menulis dengan mudah. Saya menyebut

kertas buram yang murah agar mengizinkan anda untuk

menggunakan jumlah yang besar tanpa mengkhawatirkan

biayanya. Saya juga menyebut pena yang mudah karena

anda akan dikelilingi oleh ribuan faktor rohani dan

psikologis ketika anda mempelajari diri anda, anda

akan membutuhkan sebuah pena yang tidak akan

mengganggu anda.

Buatlah sebuah daftar tentang berbagai jenis perasaan

dan reaksi yang anda alami di dalam diri anda pada

hari ini dan hari sebelumnya. Sekarang tinjaulah

kembali masing-masing darinya, berpikirlah secara

mendalam tentangnya, selanjutnya tulislah segala hal

yang datang ke dalam pikiran anda mengenai berbagai

perasaan ini tanpa adanya syarat-syarat atau batasan-

batasan. Janganlah khawatir jika hal ini banyak

memakan waktu.

Bila anda telah menuliskan semua tindakan, pemikiran,

perasaan dan reaksi, bawalah pikiran anda ke naluri

cinta diri, keterasingan, kesombongan… dan seterusnya.

Sekarang cocokkanlah setiap tindakan atau pemikiran

dengan naluri yang mendorongnya dengan menanyakan

pertanyaan-pertanyaan yang sederhana kepada diri anda:

naluri manakah yang mendorong tindakan atau ucapan

ini?

Tujuan psikologis dari analisis diri ini adalah untuk

mengizinkan penderita merubah banyaknya kepribadian

rohaninya sebanyak semangat hidupnya, dan berbagai

kekuatan rohani yang bersifat membangun dapat

menghapus berbagai reaksi psikologis dan berbagai

keadaan bingung. Dengan cara ini ia akan secara sadar

merasa bahwa ia adalah seorang pribadi yang baru. Oleh

karenanya, ia akan menyadari tujuan-tujuan dan makna-

makna baru dalam kehidupan dan mampu mengambil jalan

baru dalam kehidupan bagi dirinya yang lain daripada

kehidupan sebelumnya.