Ketidaktahuan Atas Kesalahan Sendiri
Salah satu perilaku manusia yang paling lemah adalah
ketidaktahuan atau kejahilannya atas kesalahan-
kesalahannya sendiri. Dalam banyak hal jiwa tidak tahu
akan suatu sifat yang tidak dikehendaki, yang
akibatnya secara tidak sadar mengambil sifat semacam
ini sebagai dasar kesengsaraan. Ketika seseorang
menjadi budak kejahilannya, ia membunuh ruh moralitas
di dalam dirinya. Setelah itu menjadi korban berbagai
kecenderungan dan beragam nafsunya yang
mengasingkannya dari kebahagiaan dan kesenangan. Di
bawah keadaan seperti ini, baik petunjuk maupun
nasehat yang bersifat membangun tidak akan
berpengaruh.
Kebutuhan pertama bagi keselamatan diri adalah
menyadari kelemahan-kelemahan anda. Satu-satunya jalan
agar manusia dapat menyingkirkan akhlak-akhlak
buruknya dan menolong dirinya dari berbagai bahaya
dalam kepribadiannya yang dapat mengarahkannya kepada
penderitaan, adalah jika ia menyadari akhlak-akhlak
semacam ini.
Suatu telaah yang hati-hati atas watak-watak jiwa
manusia untuk mendidik umat manusia, merupakan langkah
penting menuju integritas rohani dan perilaku.
Renungan diri membuat seseorang menyadari berbagai
kelemahan dan hal-hal positifnya, menghapus sifat-
sifat yang tidak dikehendaki, dan menjernihkan cermin
jiwanya dari noda dosa-dosa dengan mengadakan
penyucian akhlak.
Kita melakukan suatu kesalahan yang tidak dapat
diampuni ketika secara ceroboh tidak mengetahui
cerminan sesungguhnya dari diri kita di dalam cermin
perbuatan-perbuatan kita. Adalah tanggung jawab kita
untuk menemukan watak kita sendiri untuk secara tepat
menunjukkan sifat-sifat yang tidak dikehendaki yang
tanpa terasa telah tumbuh di dalam diri kita. Tidak
syak lagi, kita akan mampu mencabut akar-akar sifat
semacam ini, bahkan menahannya agar tidak muncul dalam
kehidupan kita dengan tenis menerus berjuang
melawannya. Bagaimanapun juga, pencapaian sifat-sifat
mulia memerlukan kesabaran melalui kerja keras yang
tiada akhirnya. Masalah ini bukanlah sesuatu yang
mudah untuk dilaksanakan.
Bagi kita, untuk mencabut akar-akar kebiasaan yang
berbahaya dan merusak, tidak mungkin hanya sekadar
menyadarinya tetapi juga harus memiliki kehendak yang
kuat ke arah sana. Lebih baik lagi bila kita
mengerahkan tindakan-tindakan kita juga pemikiran kita
menjadi lebih lurus dan lebih produktif. Hasil-hasil
dari setiap langkah dalam proses ini akan membawa kira
maju ke tahap selanjutnya.
Dr. Carl menulis:
Cara yang paling efektif untuk mengubah program harian
kita menjadi program yang dapat diterima adalah dengan
memeriksanya secara cermat setiap pagi dan meninjau
kembali hasil-hasilnya setiap malam. Kemudian dengan
cara yang sama pula kita menyelesaikan tugas tertentu
pada kesempatan khusus; kita harus memasukkan ke dalam
jadwal kita mengenai langkah-langkah tertentu sehingga
orang lain dapat memanfaatkannya dari berbagai
aktivitas kita. Dalam tingkah laku kita harus fair dan
adil.
Rendahnya perilaku adalah sebagaimana kejijikan
terhadap tubuh yang kotor. Maka, pentingnya
membersihkan tubuh kita dari kotoran seperti
mensucikan akhlak kita dari noda. Beberapa orang
melakukan gerak badan sebelum dan atau sesudah tidur;
demikian juga pentingnya merenungkan akhlak dan
pemikiran kita sepenting gerak badan ini. Dengan
mempelajari cara ini kita harus bertindak dan berupaya
untuk memperhatikan batas-batas kira yang ditandai,
kita dapat melihat kenyataan kira sendiri tanpa adanya
penghalang. Keberhasilan kita dalam membuat keputusan
secara langsung berhubungan dengan batin kita sendiri.
Adalah wajib atas setiap orang, baik-tua atau muda,
kaya atau miskin, terpelajar atau jahil, untuk
mengetahui apa yang telah dilakukan dalam pengeluaran
dan pendapatan harian, sebagaimana para saintis
menulis tentang hasil-hasil eksperimen mereka. Dengan
menggunakan cara seperti ini secara cermat dan sabar,
jasmani dan rohani kita akan berubah ke arah yang
lebih baik.
Sindiran dan Para Penghina
Adalah fitrah manusia dalam mencari kesalahan,
kekeliruan dan rahasia orang lain serta mengkritik dan
mengecam mereka atas dasar kelemahan-kelemahan ini.
Namun dalam banyak hal, berbagai kesalahan dan
kelemahan orang-orang ini sangat melampaui sifat-sifat
mulia mereka. Mereka tidak tahu akan hal ini dan
mendudukkan diri mereka di atas berbagai kemalangan
orang lain.
Menghina orang lain merupakan suatu sifat jahat yang
mengotori kehidupan manusia dan menurunkan watak
perilakunya.
Unsur-unsur yang mendorong manusia untuk menjatuhkan
orang lain menjadi lebih berbahaya ketika disertai
dengan kesombongan, keangkuhan, dan egois. Kerumitan-
kerumitan perilaku ini menghasut manusia untuk membuat
keputusan-keputusan yang keliru dan berpikir bahwa
mereka adalah orang-orang yang benar.
Orang-orang yang suka mengkritik orang lain telah
menyia-nyiakan usahanya dengan cara-cara yang tidak
dapat diterima oleh akal maupun hukum. Mereka terlalu
bernafsu melihat berbagai kesalahan temannya untuk
menghina dan merendahkan mereka, mereka tidak tahu
bahwa dengan berbuat demikian mereka sebenarnya
membuang kesempatan untuk melihat kesalahannya
sendiri, atau membimbing dirinya kepada hidayah dan
kebenaran. Orang-orang yang tidak teguh hatinya tidak
melihat adanya syariat atau tidak menghormati martabat
orang lain; mereka tidak dapat hidup secara harmonis
dengan orang-orang yang paling dekat dengan mereka.
Ketika orang-orang ini tidak dapat menemukan sasaran
untuk menghina; mereka pun kembali kepada para sahabat
dan teman mereka; dengan alasan tadi orang-orang ini
tidak mampu mendapatkan sahabat-sahabat yang
sesungguhnya, yang cinta dan rasa hormatnya dapat
mereka rasakan.
Di sepanjang hidupnya manusia memperoleh kemuliaan;
oleh karena itu, orang-orang yang suka menghina orang
lain tidak bisa menyadari jumlah kerusakan yang mereka
lakukan terhadap diri mereka sendiri, mereka tidak
dapat menghentikan diri mereka dari reaksi sosial
terhadap perbuatan-perbuatan salah mereka. Perbuatan-
perbuatan salah yang mereka lakukan tidak lain akan
menimbulkan kebencian, permusuhan dan kejijikan.
Mereka merasa bersalah, tetapi sebagaimana dikatakan,
“Tidaklah mungkin mengembalikan burung ke sarangnya
bila ia telah terbang jauh”.
Orang-orang yang ingin hidup bermasyarakat dengan
orang lain harus menentukan berbagai tugas dan
tanggung jawabnya sendiri, salah satu darinya adalah
dengan selalu mencari sifat-sifat luhur dan
perbuatan-perbuatan baik orang lain agar dapat
memuliakan mereka. Ia juga harus menjauhkan dirinya
dari sifat-sifat yang menghina martabat orang lain dan
yang bertentangan dengan dasar-dasar cinta, karena
cinta hanya tumbuh dan hidup di dalam rasa saling
menghormati dan saling menaati di antara kedua
kelompok. Orang yang memiliki kebiasaan menyembunyikan
berbagai kelemahan orang-orang dan teman-teman yang
dicintai akan merasakan hubungan yang lebih stabil.
Sertakanlah puji-pujian jika seseorang hendak menarik
perhatian orang-orang yang ia cintai kepada titik-
titik lemahnya sehingga orang tersebut mempunyai
kesempatan untuk berubah. Tentu saja perlu bagi
individu yang bermaksud menunjuki perhatian temannya
kepada sifatnya yang tidak menyenangkan dengan
menggunakan keahlian khusus agar tidak menghina atau
“menyakiti perasaannya”.
Menurut seorang pendidik:
Adalah mungkin menarik perhatian pendengar anda kepada
kesalahan-kesalahannya dengan suatu pandangan sekilas
atau gerak isyarat, biasanya tidak perlu untuk
berbicara secara langsung. Jika anda berkata kepada
seseorang, ‘Anda membuat kesalahan’, maka ia tidak
akan pernah setuju dengan anda karena anda telah
menghina akalnya, kemampuannya untuk berpikir dan
kepercayaannya. Menentangnya secara terang-terangan
akan membuatnya melawan tindakan anda tanpa
membetulkan berbagai pandangannya, meskipun anda
buktikan kepadanya secara meyakinkan bahwa anda benar.
Bila anda sedang berbincang-bincang dan tidak
mengawalinya dengan, ‘Saya akan membuktikannya
kepadamu,’ atau ‘Saya akan membenarkan itu’, ini
berarti anda lebih cerdas atau lebih pandai dari orang
yang anda ajak bicara. Tindakan mengoreksi pemikiran
seseorang merupakan tugas yang sulit, maka kenapa
menambah lagi kesulitan dengan mengikuti prosedur yang
salah dan menciptakan rintangan yang tidak dapat
diubah. Bila anda mengusulkan untuk membuktikan
sesuatu, adalah penting bahwa orang-orang tersebut
tidak menyadari niat anda. Anda harus memulai tujuan
anda dengan langkah-langkah yang tepat tanpa
memberikan kesempatan kepada siapa pun untuk
mengetahui maksud anda. Ingatlah kata-kata berikut
ketika anda berupaya dalam bidang ini: ‘Ajarlah orang
tanpa harus menjadi guru.’
Ajaran Agama Terhadap Sifat Menyindir
Al-Quran memperingatkan penyindir terhadap nasib
mereka yang suram, dan memperingatkan mereka tentang
berbagai akibat perbuatan jahat mereka. Tertulis dalam
Al-Quran:
“Sengsaralah setiap pemfitnah, pencemar nama baik”.
lslam mewajibkan kepada kaum Muslimin untuk
memperhatikan aturan-aturan akhlak dan tingkah laku
yang baik guna memelihara persatuan lslam juga
melarang memfitnah dan menyindir untuk menghindari
permusuhan dan lemahnya hubungan persaudaraan. Oleh
karena itu, adalah tugas setiap Muslim untuk
memperhatikan hak-hak orang lain dan menjauhkan diri
dari sifat menghina dan merendahkan mereka.
Imam Ja’far Ash-Shadiq a.s. berkata:
Seorang beriman menjadi lebih tenteram hatinya di
dekat seorang beriman yang lain lebih daripada orang
kehausan ketika menemukan air yang sejuk.
(Al-Kafi, jilid II, hal. 247)
Imam Al-Baqir a.s. berkata:
Cukuplah suatu kesalahan seseorang ketika mencari
kesalahan-kesalahan orang dan tidak tahu bahwa ia
mengalaminya, mengkritik orang lain karena sesuatu hal
yang ia sendiri mengerjakannya, atau menyakiti sahabat
karibnya yang oleh sebab itu tidak prihatin padanya.
(AI-Kaji, jilid II, hal. 459)
Datuk mereka, Imam Ali a.s. berkata:
Hindarilah persahabatan dengan orang-orang yang
mencari kelemahan-kelemahan orang lain, karena
persahabatan dengan mereka akan menjadikan tidak aman
dari makar-makar mereka.
(Ghurar Al-Hikam, hal. 148)
Kendati sebagian dari fitrah manusia adalah menolak
kritikan, namun kita harus penuh perhatian terhadap
kritik yang bersifat membangun. Di bawah bayang-bayang
nasehat yang membangun kita mampu mempersiapkan
berbagai unsur guna meningkatkan diri kita, Insya
Allah.
Amirul Mukminin Ali a.s. mengingatkan kita akan
kenyataan tersebut di atas ketika beliau berkata:
Biarlah orang yang paling dekat denganmu menjadi
orang-orang yang membimbingmu untuk (menemukan)
kelemahan-kelemahanmu, dan membantumu melawan berbagai
inspirasi mu yang keliru.
(Ghurar AI-Hikam, hal. 558)
Berikut ini adalah dari buku karya Dr. Dale Carnegie,
How to Win Friends and Influence People:
Kita harus mendengarkan kritik dan menerimanya, karena
jangan sampai kita mengharapkan dua per tiga hari
tindakan dan pemikiran kira benar. Albert Einstein
mengakui bahwa sembilan puluh sembilan persen dari
gagasan dan kesimpulannya salah. Ketika seseorang
hendak mengkritik saya, saya lihat diri saya menjadi
defensif bahkan tanpa mengetahui apa yang ingin ia
katakan; namun ketika hal ini terjadi, setelah itu
saya membenci diri saya sendiri. Kita semua lebih
menyukai pujian dan sanjungan dan menolak celaan dan
kritikan tanpa memperhatikan tingkat ketepatan dan
keakuratan berbagai ulasannya. Sesungguhnya kita
bukanlah anak bukti dan logika, tetapi anak perasaan.
Berbagai pikiran kita menjadi seperti perahu layar
yang dilambungkan oleh gelombang perasaan di tengah
laut yang gelap. Saat ini banyak di antara kita yang
percaya diri, tetapi dalam usia empat puluh tahun kita
akan melihat ke belakang mengenai diri kira dan kita
pun tertawa terhadap berbagai tindakan dan pemikiran
kita.
Imam Ali a.s. berkata:
Barangsiapa yang mencari kesalahan orang lain harus
memulai dari dirinya.
(Ghumr Al-Hikam, hal, 659)
Dr. H. Shakhter berkata:
Sebagai ganti dari mengeluh terhadap berbagai ucapan
atau tindakan orang lain, lebih baik merenungkan
berbagai problem dan penderitaan anda sendiri, dan
bila mungkin memperbaikinya. Adalah wajib atas tiap
orang di antara kita untuk merenungkan berbagai
problem kita, menemukan kesalahan-kesalahan dan
kelemahan kita, dan memecahkannya jika mampu.
(Roshd e Shakhsiat)
Orang yang bodoh mencoba menyembunyikan kelemahan-
kelemahannya dan tidak berusaha untuk
menghilangkannya.
Menurut Imam Ali a.s.:
Adalah suatu kebodohan dalam diri seseorang yang
membuatnya memperhatikan kesalahan-kesalahan orang
lain dan tidak melihat apa yang tersembunyi tentang
kesalahannya sendiri.
(Ghurar Al-Hikam, hal. 559)
Dr. Auibuty berkata:
Karena kebodohan kita, kita sering tidak mengetahui
kelemahan-kelemahan kita dan menyembunyikannya di
balik kerudung kejahilan dan ketidaksadaran yang
membujuk diri kita dengan cara ini. Adalah
mengherankan, bagaimana manusia mencoba menyembunyikan
kelemahan-kelemahan mereka dari mata orang lain tanpa
pernah mencoba untuk menghapusnya. Namun ketika salah
satu dari kesalahan mereka terungkap dan mereka tidak
dapat menyembunyikannya, mereka pun menciptakan ribuan
alasan untuk memuaskan diri mereka dan orang lain.
Orang-orang ini mencoba untuk menutupi harga diri
tentang berbagai kesalahan mereka di mata orang lain,
mereka lupa bahwa hari demi hari gengsi terhadap
kesalahan semacam ini akan menjadi lebih nyata.
Tepatnya seperti benih yang tumbuh menjadi pohon yang
perkasa.
(Dar Jostojuye Khushbakhti)
Mempelajari kepribadian adalah satu-satunya cara yang
diterima oleh para psikolog untuk mendiagnosis dan
mengobati berbagai macam penyakit. Imam Ali a.s.
menasehati manusia dengan cara yang sama. Beliau
berkata:
Adalah wajib bagi orang yang berakal untuk menunjukkan
secara tepat tentang berbagai kelemahannya dalam
agama, pendapat, perilaku dan akhlak, serta
mengumpulkannya di dalam hati mereka atau dalam
.sebuah buku dan berupaya untuk menghapusnya.
(Ghurar Al-Hikam, hal. 448)
Juga menurut seorang psikolog:
Duduklah dengan santai di dalam sebuah ruangan yang
tenang dengan pikiran yang bersih dan pintalah
keluargamu agar tidak mengizinkan orang lain
mengganggumu. Tempat yang lebih menyenangkan dan lebih
mengistirahatkanmu adalah tempat yang lebih baik;
karena apa yang ingin kita lakukan memerlukan hukum
dasar yang tidak mengizinkan pemikiran anda terganggu
dengan hanya berkonsentrasi pada sasaran utama. Juga,
jangan sampai tubuh anda dibelokkan oleh kebutuhan-
kebutuhan jasmaniah anda.
Ambillah beberapa kertas buram yang murah dan sebuah
pena yang dapat menulis dengan mudah. Saya menyebut
kertas buram yang murah agar mengizinkan anda untuk
menggunakan jumlah yang besar tanpa mengkhawatirkan
biayanya. Saya juga menyebut pena yang mudah karena
anda akan dikelilingi oleh ribuan faktor rohani dan
psikologis ketika anda mempelajari diri anda, anda
akan membutuhkan sebuah pena yang tidak akan
mengganggu anda.
Buatlah sebuah daftar tentang berbagai jenis perasaan
dan reaksi yang anda alami di dalam diri anda pada
hari ini dan hari sebelumnya. Sekarang tinjaulah
kembali masing-masing darinya, berpikirlah secara
mendalam tentangnya, selanjutnya tulislah segala hal
yang datang ke dalam pikiran anda mengenai berbagai
perasaan ini tanpa adanya syarat-syarat atau batasan-
batasan. Janganlah khawatir jika hal ini banyak
memakan waktu.
Bila anda telah menuliskan semua tindakan, pemikiran,
perasaan dan reaksi, bawalah pikiran anda ke naluri
cinta diri, keterasingan, kesombongan… dan seterusnya.
Sekarang cocokkanlah setiap tindakan atau pemikiran
dengan naluri yang mendorongnya dengan menanyakan
pertanyaan-pertanyaan yang sederhana kepada diri anda:
naluri manakah yang mendorong tindakan atau ucapan
ini?
Tujuan psikologis dari analisis diri ini adalah untuk
mengizinkan penderita merubah banyaknya kepribadian
rohaninya sebanyak semangat hidupnya, dan berbagai
kekuatan rohani yang bersifat membangun dapat
menghapus berbagai reaksi psikologis dan berbagai
keadaan bingung. Dengan cara ini ia akan secara sadar
merasa bahwa ia adalah seorang pribadi yang baru. Oleh
karenanya, ia akan menyadari tujuan-tujuan dan makna-
makna baru dalam kehidupan dan mampu mengambil jalan
baru dalam kehidupan bagi dirinya yang lain daripada
kehidupan sebelumnya.