Dibalik Kerendahan Hati
  • Judul: Dibalik Kerendahan Hati
  • sang penulis: Ust. Muhamad bin Alwi
  • Sumber: khazanahalquran.com
  • Tanggal Rilis: 10:17:40 2-10-1403

Alhamdulillah kita masih diberi kesempatan untuk mengambil pelajaran dari ayat-ayat suci Al-Qur’an. Dan kali ini kita akan menengok kepada satu istilah yang sering digunakan didalamnya. Istilah itu adalah Khifdzul Janaah (خِفْضُ الجَنَاحِ) yang bermakna merendahkan hati. Istilah ini asalnya digunakan untuk burung yang merendahkan sayapnya untuk melindungi dan mengasihi anaknya.

Istilah ini digunakan sebanyak 3 kali didalam Al-Qur’an. Dua ayat turun untuk nabi dan satu ayat berkaitan dengan akhlak anak kepada orang tuanya. Allah berfirman,

وَاخْفِضْ جَنَاحَكَ لِلْمُؤْمِنِينَ -٨٨-

“Dan berendah hatilah engkau terhadap orang yang beriman.” (QS.Al-Hijr: 88)

وَاخْفِضْ جَنَاحَكَ لِمَنِ اتَّبَعَكَ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ -٢١٥-

“Dan rendahkanlah dirimu terhadap orang-orang yang beriman yang mengikutimu.” (QS.Asy-Syuara’: 215)

وَاخْفِضْ لَهُمَا جَنَاحَ الذُّلِّ مِنَ الرَّحْمَةِ وَقُل رَّبِّ ارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِي صَغِيراً -٢٤-

Dan rendahkanlah dirimu terhadap keduanya dengan penuh kasih sayang dan ucapkanlah, “Wahai Tuhan-ku! Sayangilah keduanya sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku pada waktu kecil.” (QS.Al-Isra’: 24)

 

Sungguh indah cara Allah dalam memilih istilah. Khifzul Janah adalah wujud kerendahan hati dan kasih sayang dengan yang amat menyentuh perasaan. Seperti hangatnya sayap induk burung yang mendekap anaknya.

Dari istilah ini, pelajaran yang dapat kita ambil adalah :

Akhlak itu tak cukup dengan melaksanakan kewajiban, tapi harus dengan menjaga perasaan.

 

Misalnya, kita telah melaksanakan perintah orang tua namun karena cara kita kurang pas dan akhlak kita yang kurang baik malah menyinggung perasaan mereka. Mungkin kita telah memberi banyak hal kepada orang tua tapi perasaan tidak nyaman di hati mereka membuat perbuatan itu sia-sia.

Dan banyak pula anak yang tidak mampu melaksanakan kewajibannya kepada orang tua secara sempurna, belum bisa memberi apa-apa tapi karena caranya baik dan penuh kasih sayang membuat hati orang tua tentram dan merasa anak ini sudah begitu baik kepada mereka.

Kerendahan hati ini tidak hanya berlaku pada hubungan anak dan orang tua saja. Hubungan antara guru dan murid, atasan dan bawahan bahkan sesama teman juga harus dijaga dengan saling menjaga perasaan.

Mari kita belajar untuk melembutkan hati, mengatur cara berbicara dan menjaga perasaan orang lain agar terjalin hubungan yang harmonis dan penuh kehangatan. Tentunya, kerendahan hati sangat dibutuhkan ditengah zaman yang penuh dengan konflik dan kemarahan. Semoga Allah merahmati kita semua.

Jika Rasulullah saja diperintahkan untuk merendahkan hati dihadapan kaum mukminin, masihkah kita akan bersikap sombong dan arogan dihadapan mereka?