Posisi akal dalam menyeimbangkan desakan-desakan hasrat
  • Judul: Posisi akal dalam menyeimbangkan desakan-desakan hasrat
  • sang penulis:
  • Sumber: islammenjawab.com
  • Tanggal Rilis: 20:59:4 2-10-1403

Manusia sekalipun kadang-kadang dikuasai oleh nafsu-nafsu hewaninya yang menariknya kesana kemari, tapi masih dapat mengendalikan dirinya berkat daya akalnya. Dengan akalnya manusia bisa mengambil kesimpulan dan berpikir melampaui ruang dan waktu, melesat ke masa yang lebih jauh. Dengan akalnya manusia dapat membaca konsekuensi-konsekuensi logis dari perbuatan – perbuatannya. Dan menimbang-nimbang untuk memilih alternatif perbuatan lain yang akan memberikan kebaikan bagi dirinya. Makhluk lain yang tidak memiliki akal akan sulit untuk melawan dorongan-dorongan nafsunya. Ketika tidak bisa memikirkan tentang akibat dari perbuatannya, mereka akan pasrah diperbudak keinginan – keinginan tersebut. Akal itu cukup membantu manusia untuk melemahkan hasrat – hasrat jiwa dan mengontrolnya. Jika akal lebih dominan di dalam dirinya maka jiwanya dapat dikendalikan dengan baik. Karena fungsi inilah maka hadits-hadits memuji akal setinggi langit.

Rasulullah Saww berkata,

“Mintalah petunjuk akal, kamu akan mendapat bimbingan dan jangan melawannya, karena kelak akan menyesal.”

Beliau juga mengatakan,

“Akal itu seperti tali untuk mengikat kaki unta dan nafsu itu seperti binatang liar yang buruk, kalau tidak diikat dengan tali akan lari kemana saja.”

Rasullullah Saww juga mengatakan,

“Allah tidak pernah memberikan sesuatu kepada hamba-Nya yang lebih utama dibandingkan akal. Tidurnya orang yang berakal lebih utama dari pada terjaganya orang bodoh dan keberadaan orang yang berakal lebih utama dari hijrahnya orang bodoh, Allah Swt tidak mengutus para Nabi kecuali setelah akal mereka sempurna dan lebih baik dari akal umatnya. Apa yang ada di batin Nabi itu lebih utama dari ijtihadnya para mujtahid. Seorang hamba tidak akan bisa melaksanakan kewajiban –kewajiban yang telah Allah tetapkan kecuali setelah berhasil memahami dengan akalnya. Seluruh ahli ibadah tidak akan bisa menyamai ibadahnya orang yang berakal. Orang orang yang berakal adalah kaum Ulul Albab yang disebutkan oleh ayat Al-Quran “ tidak ada yang bisa mengambil pelajaran kecuali kaum Ulul Albab”.