Allah swt berfirman :
وَمَن يَتَوَكَّلۡ عَلَى ٱللَّهِ فَهُوَ حَسۡبُهُۥٓۚ إِنَّ ٱللَّهَ بَٰلِغُ أَمۡرِهِۦۚ قَدۡ جَعَلَ ٱللَّهُ لِكُلِّ شَيۡءٖ قَدۡرٗا
“Dan barangsiapa bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan-Nya. Sungguh, Allah telah mengadakan ketentuan bagi setiap sesuatu.” (QS.Ath-Thalaq:3)
Tawakal sebenarnya adalah fenomena yang alami antara makhluk yang serba kurang dan serba terbatas dengan Sang Pencipta yang Maha Kuasa. Tawakkal sejatinya adalah kepasrahan mutlak seorang mukmin yang memasrahkan segala urusannya kepada Allah swt. Walaupun perlu ditekankan bahwa tawakkal sama sekali tidak bertentangan dengan pentingnya “usaha” untuk bertahan di muka bumi ini.
Orang yang bertawakkal selalu berharap agar Allah swt membimbing langkahnya dan menunjukkan jalan yang terbaik dalam setiap urusannya. Semakin tinggi tawakkal seseorang maka ia akan semakin giat untuk berusaha karena ia yakin pasti Allah swt akan membukakan jalan terbaik bagi dirinya.
Orang yang memahami arti tawakkal yang sebenarnya selalu berpikir bahwa ia tidak memiliki kemampuan apapun tanpa pertolongan Allah swt. Sehingga ia tidak mudah pesimis ketika ia gagal, karena ia yakin dibalik kegagalan itu ada rencana indah dari Yang Maha Kuasa.
Sayyidina Ali bin Abi tholib pernah berpesan :
Keimanan memiliki 4 penyangga :
Penyangga pertama adalah tawakkal kepada Allah.
Penyangga kedua adalah menyerahkan semua urusannya kepada Allah.
Penyangga ketiga adalah rela terhadap setiap ketentuan Allah.
Dan penyangga keempat adalah berserah diri atas semua perkara yang telah ditentukan oleh Allah.
Arti tawakkal adalah hendaknya seorang mukmin meyakini bahwa tiada sesuatu yang terjadi kecuali atas izin Allah. Tiada yang Hidup dan Menghidupkan kecuali Allah. Tiada daya dan upaya kecuali atas izin Allah. Dan apabila seorang hamba benar-benar meyakini hal ini maka hatinya akan dipenuhi dengan ketenangan dan keyakinan dalam setiap langkahnya.
Al-Qur’an tidak pernah mengizinkan seseorang untuk bermalas-malasan dengan alasan tawakkal !
Sering orang berkata,
“Rezeki itu telah dijamin, lalu untuk apa bekerja?”
Inilah kesalahan utama dalam memahami arti tawakal. Sesungguhnya Allah swt menggandengkan antara “usaha” dan “tawakal” karena usaha saja tidak cukup. Usaha harus disertai dengam taufik dan bimbingan Allah swt. Karena tanpa izin-Nya tiada usaha yang akan berhasil.
Semoga bermanfaat…