Dikisahkan bahwa lelaki tua yang bijaksana sedang duduk di tepian sungai. Tiba-tiba ia melihat kucing terjatuh dari atas pohon ke tengah sungai yang dalam itu.
Kucing itu berusaha sekuat tenaga agar tidak tenggelam namun sepertinya usahanya sia-sia.
Tak banyak berpikir, lelaki tua itu segera menjulurkan tangannya untuk menolong kucing. Namun karena panik, kucing itu malah mencakar tangannya.
Seketika lelaki tua itu menjerit dan menarik tangannya yang kesakitan. Namun tak butuh waktu lama ia segera menjulurkan tangannya kembali untuk menolong kucing yang hampir tenggelam itu. Tapi lagi-lagi kucing itu mencakar tangannya.
Sejenak ia menarik tangannya untuk menghilangkan sakit namun ia tidak putus asa untuk menolong kucing itu untuk ketiga kalinya.
Ternyata ada satu orang lagi yang memperhatikan kejadian itu dari tadi. Ia pun akhirnya buka suara,
“Wahai orang tua, kenapa kau tidak belajar dari luka yang pertama dan kedua? Tapi engkau masih saja menolong kucing itu untuk ketiga kalinya?”
Lelaki bijak itu tak menghiraukan perkataan orang dibelakangnya dan fokus untuk menyelamatkan kucing hingga akhirnya ia berhasil mengangkatnya dari sungai.
Lalu lelaki bijak itu berjalan mendekati orang dibelakangnya dan menepuk pundak anak muda itu seraya berkata :
“Hai anakku, watak dan karakter seekor kucing adalah mencakar. Sementara watak dan karakterku adalah mencintai dan menyayangi sesama makhluk.
Lalu mengapa engkau menginginkan karakterku berubah seperti karakter kucing?
Hei anakku, bersikaplah dihadapan manusia sesuai dengan karaktermu dan jangan engkau mengikuti karakter mereka. Walau terkadang mereka melukai dan menyakiti hatimu, janganlah karaktermu berubah menjadi seperti mereka yang suka menyakiti orang lain.
Ketika engkau hidup untuk membahagiakan orang lain, maka Allah akan mengirimkan orang-orang yang akan memberi kebahagiaan dalam hidupmu.”
هَلۡ جَزَآءُ ٱلۡإِحۡسَٰنِ إِلَّا ٱلۡإِحۡسَٰنُ
“Tidak ada balasan untuk kebaikan selain kebaikan (pula).” (QS.Ar-Rahman:60)
Semoga bermanfaat…