Pentingnya Pendidikan Akhlak Dalam kehidupan
  • Judul: Pentingnya Pendidikan Akhlak Dalam kehidupan
  • sang penulis: Sayyid Musa Al Musawa
  • Sumber: daruttaqrib
  • Tanggal Rilis: 15:57:46 2-10-1403

Manusia adalah makhluk sosial, artinya manusia tidak bisa hidup seorang diri. Manusia membutuhkan bantuan dan keberadaan orang lain. Bukan hanya dalam memenuhi kebutuhan materinya saja, namun juga kebutuhan non materinya. Seperti kebutuhan seorang manusia pada sosok ke dua orang tua, teman maupun sosok seorang guru.

Kebutuhan ini mendorong terjadinya interaksi antar manusia yang kemudian menjadi titik awal lahirnya sejarah, sejak awal peradaban manusia hingga kita saat ini.

Seiring berjalannya sejarah, muncul warisan peradaban berupa kebudayaan. Salah satu bagiannya dikenal sebagai adab dan akhlak, yang mewarnai perjalanan sejarah manusia.

Adab yaitu serangkaian perbuatan atau norma tentang sopan santun yang didasarkan atas aturan agama atau keyakinan suatu masyarakat. Dalam agam Islam kemudian dikenal dengan adab. Adab berasal dari bahasa Arab, artinya “terpuji” atau “perbuatan yang terpuji.”

Dalam perkembangannya, adab memiliki pengertian yang lebih luas. Bukan hanya serangkaian norma tentang sopan santun tapi juga tata cara suatu perbuatan, dan tidak lagi hanya didasarkan agama. Bentuknya pun berbeda di masing-masing daerah, tergantung dari kebudayaan dan keyakinan masyarakatnya. Seperti adab makan, adab bertamu, adab berbicara dan lain sebagainya.

Adab berbeda dengan akhlak. Orang seringkali menganggap sama namun sesungguhnya dua hal yang berbeda, meskipun berkaitan.

Akhlak berasal dari bahasa Arab, merupakan bentuk plural dari kata “khulq”, artinya karakter atau sifat. Sedangkan secara istilah, Akhlak paling umum diartikan sebagai karakter-karakter atau sifat-sifat yang melekat kuat pada jiwa manusia, yang membuat penyandangnya mudah berbuat sesuatu tanpa perlu pertimbangan. Dengan kata lain akhlak adalah kondisi jiwa manusia yang membuat penyandangnya condong untuk melakukan sesuatu, seperti bersedekahnya orang yang dermawan.

Karakter dermawan membuatnya mudah untuk bersedekah, meskipun dari hartanya sedikit. Karakter dermawan inilah yang merupakan akhlak dan bukan perbuatan sedekah itu sendiri.

Sedangkan orang dengan sifat kikir yang bersedekah, belum bisa dikatakan perbuatannya itu adalah cerminan dari karakternya yang dermawan. Karena bisa jadi seseorang itu bersedekah bukan lantaran kondisi jiwanya yang menyukai sedekah, tapi untuk menutupi sifat kikirnya. Meskipun, perbuatan bersedekah terlepas dari apa motivasinya secara umum adalah perbuatan baik.

Meskipun berbeda, adab dan akhlak memiliki hubungan yang sangat erat dan saling terkait. Jika adab terwujud dalam perbuatan, maka akhlak terwujud dalam kondisi jiwa yang menjadi pendorong atau motivasi bagi perbuatan tersebut. Maka adab bisa menjadi efek dari akhlak atau kondisi jiwa, sedangkan akhlak juga bisa menjadi sumber motivasi bagi pelaksanaan adab.

Seperti ketika seseorang kedatangan tamu yang dihormatinya, karakter atau kondisi jiwanya yang rendah hati dan penyayang pada sesama yang ada pada jiwanya akan mendorongnya untuk memberikan penghormatan pada tamunya, dan dorongan itu dapat terealisasi dengan adab yang mengatur tata cara menyambut dan menghormati tamu.

Hubungan adab dan akhlak ini menjadi seperti hubungan antara jasad dan ruh. Ketika kedua hal ini berjalan beriringan maka potensi pelakunya akan teraktualkan dan kemudian terbentuk kepribadiannya sebagai manusia yang manusiawi. Tanpa salah satu dari keduanya, akan menjadi kecacatan bagi pelakunya. Adab tanpa didasari oleh akhlak akan kehilangan nilainya dan sekedar menjadi perbuatan sia-sia. Begitu juga akhlak tanpa adab akan memandulkan potensi karakter baik dalam dirinya.

Islam sebagai agama samawi adalah sebuah madrasah yang menghantarkan pemeluknya pada kesempurnaan sebagai manusia. Dimana semua potensi dalam dirinya teraktualkan secara optimal. sehingga semua perbuatannya tidak tertunduk pada hawa nafsu dan syahwatnya. melainkan pada kebijaksanaan akal yang berlandaskan nilai kebenaran dan kebaikan. Yang dengannya manusia mampu menjadi pewaris dan khalifah Allah di muka bumi, yang menjaga dan melestarikan bumi.

Dalam perjalan manusia menuju kesempurnaan ini dibutuhkan pengetahuan atau makrifat, yaitu makrifat tentang hakikat dunia, hakikat dirinya dan lingkungannya, dan tentang hubungan yang terjalin diantaranya.

Makrifat ini akan menghantarkan seorang manusia pada pengenalan tentang tuhannya, yang berarti telah mengaktualkan potensi akalnya. Pengenalan yang tepat akan tuhannya ini dengan sendirinya akan meniscayakan penghambaan pada Tuhannya. Selanjutnya melalui ritual-ritual ibadah seorang manusia menuju pada peribadatan kepada Tuhan., yang berarti telah mengaktualkan potensi geraknya.

Namun, kedua hal ini saja belum bisa menghantarkan pelakunya pada kesempurnaannya sebagai seorang manusia. Melainkan mesti dibarengi dengan kesiapan jiwa dalam menerima keberadaan tuhannya, yang menjadi landasannya dalam menghamba dan beribadah pada tuhan.

Kesiapan jiwa ini adalah akhlak dan merupakan karakter baik yang melekat kuat dalam jiwa. Seperti kerelaan, rendah hati, mensyukuri nikmat, taat, setia dan lain-lain. Karakter seperti inilah yang memungkinkan jiwa untuk menerima realitas keberadaan Tuhan, dan yang akan mendorongnya untuk tunduk dan patuh pada perintah Tuhan. Dengan akhlak ini pula manusia telah mengaktualkan potensi jiwanya menjadi seorang manusia yang manusiawi jauh dari sisi kebinatangan, sifat yang berasal dari hawa nafsu dan syahawt.

Oleh karena itu pendidikan akhlak sangatlah penting bagi perjalanan hidup manusia. Sebagaimana Rasulullah Saw bersabda: “Sesungguhnya aku tidak diutus melainkan untuk menyempurnakan akhlak.”

Rangkaian panjang estafet risalah kenabian berakhir pada penyempurnaan akhlak, yakni kesempurnaan akhlak adalah perwujudan dari keimanan dan hasil dari ritual ibadah.

Pentingnya pendidikan akhlak dalam kehidupan manusia, bukan hanya dalam kehidupan personal, melainkan juga dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Karena dengan pendidikan akhlak jiwa bersih dari karakter-karakter hewani dan siap menapaki jalan kesempurnaan. Oleh sebab itu Islam juga mengajarkan prinsip akhlak lewat ritual-ritual ibadah seperti zakat, puasa, shalat dan lainnya.

Konsep akhlak seperti ini mutlak diperlukan dalam sistem sosial bermasyarakat atau bernegara. Tanpanya, kemajuan jaman tidak akan mampu menyelesaikan masalah-masalah sosial. Seperti tampak pada negara-negara maju yang justru memiliki masalah-masalah sosial yang jauh lebih kompleks. Seperti kesenjangan sosial, ketimpangan ekonomi, tingginya kasus perceraian dan gaya hidup individualism, dan hedonisme.

Dengan sistem sosial yang berdasarkan konsep moral dan akhlak yang baik, akan tercipta interaksi sosial yang sehat. Dimana seluruh anggotanya menjadi satu kesatuan masyarakat yang saling membantu dan solid. Darinya akan muncul generasi-generasi cerdas yang manusiawi, yang mampu menjaga kelestarian dunia.

Semoga pendidikan moral dan akhlak dalam kearifan budaya lokal, yang bernafaskan Islam di negri ini mendapat perhatian serius masyarakat dan pemerintah, sehingga menjadi solusi dari berbagai masalah yang dihadapi bangsa Indonesia.