Arafah adalah hari doa, istighfar dan perhatian pada keesaan Sang Pencipta Semesta. Hari munajat seorang hamba yang terasing dari Penciptanya, Tuhan Maha Pemberi Kasih Sayang yang selalu memberkati waktu dan tempat sehingga terbuka jalan bagi manusia untuk kembali kepada-Nya.
Arafah adalah salah satu hari yang diberkati itu dan padang Arafah juga merupakan salah satu tempat yang dipilih Tuhan Semesta Alam. Arafah adalah hari mendzikirkan asma Allah Swt dan memperkokoh ikatan batin dengan-Nya. Arafah adalah salah satu hari paling indah yang dikaruniakan kepada umat manusia.
Bulan Dzul Hijjah juga salah satu bulan suci dan mulia bagi setiap Muslim. Saat bulan Dzul Hijjah tiba, umat Islam menaruh perhatian khusus atas ibadah terutama di sepuluh hari pertama bulan ini yang keutamaannya ditekankan dalam banyak hadis Nabi Muhammad Saw. Rasulullah Saw bersabda, tidak ada amal baik dan ibadah yang lebih dicintai Allah Swt kecuali yang dilakukan di sepuluh hari bulan Dzul Hijjah.
Di sebagian riwayat yang lain dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan malam yang 10 dalam Al Quran, Surat Al Fajr, adalah malam-malam 10 hari pertama bulan Dzul Hijjah dan sumpah ini disebabkan keagungan malam tersebut.
Di 10 malam pertama Dzul Hijjah banyak peristiwa besar yang terjadi termasuk kelahiran Nabi Ibrahim as, pernikahan Imam Ali as dengan Sayidah Fathimah, kesyahidan Imam Baqir as, kesyahidan Muslim, Hari Arafah dan Idul Adha. Peristiwa yang terpenting dari semuanya adalah seluruh manasik haji dimulai dari hari Arafah.
Tanggal 9 Dzul Hijjah, yaitu Hari Arafah adalah hari dimulainya manasik haji. Di hari ini, jemaah haji bergerak dari kota Mekah menuju padang Arafah dan mereka wukuf di sana mulai dari adzan Dzuhur hingga tenggelamnya matahari.
Di Arafah mereka tenggelam dalam doa dan munajat. Setelah matahari tenggelam, jemaah haji bergerak ke arah Masy'aril Haram sehingga saat tiba hari Idul Adha mereka sudah berada di Mina.
Wukuf di Arafah merupakan salah satu rukun haji tamatu dan tanpa itu, ibadah haji seseorang menjadi tidak sah. Nabi Muhammad Saw bersabda, di antara dosa-dosa ada yang hanya bisa diampuni di Arafah saja. Allah Swt memberkati waktu dan tempat semacam ini agar tamu-tamu-Nya dapat memasuki rumah yang demi kesuciannya para nabi bangkit, dalam keadaan suci dan bersih. Allah Swt hanya akan menerima tamu-tamu yang suci di rumah-Nya.
Berkah besar yang dimiliki hari Arafah sebagaimana dijelaskan dalam riwayat Nabi Muhammad Saw dan Imam Maksum as, menjadikan Arafah sebagai hari raya yang dilimpahi rahmat Tuhan kepada umat manusia. Rasulullah Saw bersabda, Allah Swt tidak membebaskan hamba-hamba-Nya dari api neraka sebanyak di hari Arafah.
Begitu juga diriwayatkan dari Imam Sajjad as yang mendengar seorang pengemis meminta-minta di hari Arafah, beliau berkata, celakalah engkau, apakah di hari seperti ini engkau meminta-minta kepada selain Tuhan ? padahal di hari ini diberikan harapan atas rahmat Allah Swt bagi bayi-bayi yang masih ada di perut ibunya sehingga mereka bergembira dan bahagia.
Dapat dipahami bahwa berkah munajat di hari Arafah tidak hanya untuk jemaah haji di padang Arafah saja, meski mereka mendapat keutamaan lebih karena berada di tempat tersebut, namun setiap orang yang berdoa di hari ini di manapun mereka berada juga diliputi oleh karunia dan rahmat khusus dari Allah Swt.
Arafah disebut hari munajat karena amal terbaik di hari ini adalah memanjatkan doa kepada Ilahi. Sedemikian pentingnya doa di hari ini, sehingga para Imam Maksum as menganjurkan jika puasa sunnah di hari ini menyebabkan tubuh lemah dan tidak memungkinkan untuk berdoa, maka lebih baik ditinggalkan sehingga setiap orang bisa lebih khusyu berdoa dan bermunajat. Anjuran ini menunjukkan urgensi dan kedudukan khusus doa serta munajat.