Meninjau Makna Doa
  • Judul: Meninjau Makna Doa
  • sang penulis:
  • Sumber: islammenjawab.com
  • Tanggal Rilis: 1:18:48 2-9-1403

Doa memiliki dua makna: pertama makna umum dan kedua makna khusus. Makna umum doa adalah seseorang memanggil, bertanya atau memohon pada yang lainnya. adapun makna khusus doa adalah yang telah menjadi realitas urf masyarakat, adalah tawasul, memohon hajat, yaitu kita memohon pada Allah swt, atau setiap orang yang memohon dan berdoa pada Tuhannya. Para penyembah berhala pun seperti ini mereka berdoa pada berhala-berhala.

Makna kedua doa adalah makna sekundernya. Ketika kita mengatakan, “Kami ingin berdoa, atau istilah doa Sahar, doa malam pertama dan lan sebagainya”. Kalian sudah menggunakan kata doa dalam makna sekundernya. Dan penggunaan ini ada dua kemungkinan. Pertama, bersumber dari masalah penyebutan universal atas individu mengingat doa bermakna khusus. Kedua, juga individu dari sekelompok orang doa secara leksikal (lughawi) “Allahumma Inni as’aluka” adalah seruan. Ya Allah! Ya Allah! Ya Allah! Juga merupakan seruan.

Atau juga ada kemungkinan kita berkata, “Redaksi doa dalam makna yang kedua (doa dalam arti suatu ibadah) penetapan yang dtentukan (wadh-e taayyuni), karena ibadah adalah perkataan atau perbuatan, dimana dalam doa adalah puncak dari perasaan hina dan tawadhu di hadapan Dzat yang diyakini manusia sebagai Malik, Rabb dan Mudabbir
Banyak riwayat seperti (addu’a huwa al-ibadah) atau (addu’a mukhul ibadah) yang menunjukan pada makna doa ini, karena ketika kalian menyeru atau memanggil (do’a) anak-anak kalian maka tentu saja tidak dapat dimaknai sebagai ibadah. Nabi Nuh as pun bersabda;” Robbi inni da’atu qaumi” tidak bermakna bahwa beliau beribadah pada kaumnya. Benar beliau menyeru kaumnya, tapi tidak setiap menyeru itu adalah ibadah, hanya sebagian saja merupakan ibadah.

Atas dasar ini, harus dikataan makna ayat fala tad’u ma’Allahi ahada adalah memohon pada Allah swt dan berdoa (dalam makna ibadah) dan mengadukan persoalan serta kebutuhan pada-Nya, janga memohon pada Allah swt dan berdoa (dalam makna ibadah) dan mengadukan persoalan serta kebutuhan pada-Nya, jangan memohon pada yang lainnya. pertanyaan ini adalah benar, karena jangan sekali-kali kita memohon pada selain Allah swt seperti halnya kita memohon pada-Nya, jangan memohon pada yang lainnya. Pernyataan ini adalah benar, karena jangan sekali-kali kita memohon pada selain Allah swt seperti halnya kita memohon pada-Nya. Kita meyakini bahwa Allah swt adalah memohon adalah Pencipta dan Pemberi Rizki dan Subyek yang melakukan apa saja yang Dia kehendaki (fa’il ma yasya) dan kita memohon pada-Nya serta kita tawadhu dan merendahkan diri kita di hadapan-Nya. Sementara di hadapan selain-Nya (siapapun dia) tidak boleh kita melakukan hal ini.