SURAH AL-LAHAB
بِِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
Dengan Nama Allah, Maha Pengasih, Maha Penyayang.
تَبَّتْ يَدَا أَبِي لَهَبٍ وَتَبَّ
1. Semoga kedua tangan Abu Lahab binasa, dan semoga dia pun binasa!
Tabba berarti 'hilang, rugi', dan 'binasa, atau rusak'. Abu Lahab adalah paman Nabi. Ia orang yang energik, berapi-api, ganteng dan berbahaya, laksana seekor singa. Ia menjunjung tinggi tradisi-tradisi lama, dan membelanya dengan cara yang dogmatis dan fanatis. Tapi apa pun yang diusahan 'tangannya', bagaimana pun perbuatannya, ia tetap merugi.
مَا أَغْنَى عَنْهُ مَالُهُ وَمَا كَسَبَ
2. Harta dan apa yang ia peroleh tak akan ada gunanya!
Apa pun yang ia peroleh, apa pun kekuasaan yang ia miliki, tidak ada manfaatnya.
سَيَصْلَى نَارًا ذَاتَ لَهَبٍ
3. Ia akan dijebloskan ke dalam api yang menyala,
Ia ditakdirkan untuk api abadi, sebagaimana dalam kehidupan ini ia membakar dirinya dengan agitasinya, kebenciannya yang berkobar-kobar dan segala ketidak-puasan serta rasa frustrasinya.
وَامْرَأَتُهُ حَمَّالَةَ الْحَطَبِ
4. Dan istrinya, si pembawa kayu bakar.
Istri Abu Lahab adalah adiknya Abu Sufyan. Hathab berarti 'kayu bakar', pengertiannya adalah, menurut ungkapan 'pembawa kayu bakar', bahwa ia mengadu domba orang-orang satu sama lain dengan kesana-kemari ngerumpi menceritakan kebohongan dan menghembuskan gosip serta menghasut. Ia selalu melernparkan semak-semak berduri kecil sepanjang jalan yang biasa dilewati Nabi untuk sampai ke Ka'bah, agar dalam kegelapan waktu subuh beliau menginjaknya. Kejadian ini menunjukkan bahwa ketidaksenangan batinnya memperlihatkan diri dalam apa saja yang dilakukannya secara lahiriah, dan duri-duri batinnya dibawa secara lahiriah di atas punggungnya.
فِي جِيدِهَا حَبْلٌ مِّن مَّسَدٍ
5. Di lehernya ada jerat tali dari sabut pohon palem yang dipintal dengan kuat!
Jid menggambarkan bagian leher tempat kalung biasa bertengger. Masad biasanya berarti daun palem yang dipintal. Ini berarti bahwa apa yang diseretnya—yang melingkari lehernya—adalah rantai yang dipintal kuat buatannya sendiri.
Meskipun surah ini secara historis berkenaan dengan seorang paman Nabi dan mitranya dalam penyiksaan, yakni istrinya, tapi dimana pun dan kapan pun kebenaran muncul, penolakan dan perlawanan dari seorang Abu Lahab selalu dekat menyertai.