Tujuh Langit
  • Judul: Tujuh Langit
  • sang penulis:
  • Sumber:
  • Tanggal Rilis: 15:38:23 1-9-1403



Bismillâhirrahmânirrahîm

Di dalam tujuh ayat Al-Qur’an terdapat pembahasan tentang tujuh langit ini. Di antara keseluruhan interpretasi beragam yang membahas tujuh langit, berikut ini adalah interpretasi yang paling tepat. Yaitu, maksud dari tujuh langit (samâwât sab’) adalah makna hakiki dari tujuh langit yang ada. Yaitu, yang dimaksud dengan langit di sini bukanlah planet, melainkan kumpulan dari bintang-bintang dan kosmos angkasa. Dan maksud dari angka tujuh merupakan angka jumlah yang telah kita kenal, bukan angka yang mengindikasikan arti banyak.

Hanya saja, di dalam ayat-ayat lain Al-Qur’an ditemukan bahwa seluruh apa yang kita lihat dari bintang-bintang, planet, galaksi, dan meteor-meteor berkaitan dengan rangkaian langit pertama. Oleh karena itu, di balik kosmos agung ini, terdapat enam kosmos lain (enam langit) yang satunya lebih baik dari yang lainnya. Dan keenam kosmos ini —paling tidak hingga hari ini— berada di luar jangkauan ilmu pengetahuan manusia.

Dalam surat Ash-Shaffat [37], ayat 6 difirmankan, “Sesungguhnya Kami telah menghiasi langit yang terdekat dengan hiasan bintang-bintang.”

Dan dalam surat Fushshilat [41], ayat 12 difirmankan, “... dan Kami hiasi langit yang dekat dengan bintang-bintang yang cemerlang ....”

Dan terdapat pula makna yang sama dengan sedikit perbedaan dalam surat Al-Mulk [67], ayat 5 difirmankan, “Sesungguhnya Kami telah menghiasi langit yang dekat dengan bintang-bintang, dan Kami jadikan bintang-bintang itu alat-alat pelempar setan, ....”

Yang menarik untuk dikaji dalam topik bahasan ini adalah klaim Alamah Al-Majlisi dalam Bihâr Al-Anwâr-nya yang mencantumkan kemungkinan ini pula sebagai salah satu dari tafsir-tafsir ayat tersebut. Ia menulis, “Kemungkinan ketiga yang muncul di dalam pikiranku adalah, bahwa seluruh galaksi yang telah dibuktikan sebagai bintang-bintang, semuanya dinamakan dengan langit bawah.”

Benar apabila dikatakan bahwa sains kita saat ini belum bisa membuka tabir kekaburan dari keenam kosmos yang lainnya. Akan tetapi, hal ini sama sekali bukan merupakan dalil penafian keberadaan tatanan kosmos tersebut dari pandangan ilmiah. Dan bisa jadi di masa yang akan datang, rahasia dari teka-teki ini akan bisa terungkap.

Bahkan, penelitian ilmiah sebagian astrolog membuktikan bahwa saat ini, indikasi dari keberadaan alam lain telah bisa terlihat dari jauh. Salah satunya adalah apa yang sebelumnya dikatakan oleh Pusat Penelitian Astrologi “Polumor” yang terkenal tentang keagungan dunia sebagaimana yang sebelumnya pernah kami nukilkan. Dan klaim yang menjadi saksi atas pendapat kami, akan kami ulangi di sini, “Dengan menggunkan teropong milik Pusat Penelitian Astrologi Polumor telah ditemukan berjuta-juta galaksi baru, yang sebagiannya mempunyai jarak dari kita sejauh beribu juta tahun cahaya. Akan tetapi, di seberang jarak ribuan juta tahun cahaya ini terdapat ruang udara yang luar biasa luas dan gelap gulita di mana tidak ada sesuatu pun terlihat di sana.

Tanpa ragu lagi, di dalam ruang udara yang luar biasa luas dan gulita tersebut terdapat ratusan juta galaksi di mana tatanan kosmos yang berada di samping kita terjaga keseimbangannya dengan gravitasi yang dimiliki oleh galaksi tersebut. Keseluruhan dunia yang terlihat sangat agung dan mempunyai ratusan juta galaksi ini hanyalah butiran kecil yang tak bisa diperhitungkan dibandingkan dengan dunia yang lebih besar, dan kita masih saja tidak mempunyai keyakinan bahwa dalam keluasan dunia kedua tersebut tidak ada lagi dunia yang lain.”

Di tempat lain, salah seorang ilmuwan dalam artikel panjang menulis tentang keberadaan mikrokosmos yang agung ini, setelah sebelumnya menyebutkan keajaiban galaksi-galaksi yang ada dalam pasal-pasalnya yang luar biasa mendalam dan memaparkan tentang fariasinya yang mengagumkan yang semua itu didasarkan pada hitungan tahun cahaya. Ia mengatakan, “Hingga di sini para ahli perbintangan sepakat bahwa mereka baru menjalani separuh perjalanan dalam mengenali fenomena-fenomena yang bisa terlihat dari dunia dengan keagungannya, dan masih ada lagi ruang hampa lain yang belum bisa ditemukan di mana persoalan ini harus dicari jawabannya.”

Dengan demikian, kosmos-kosmos yang hingga sekarang telah ditemukan oleh manusia dengan segala keluarbiasaan yang dimilikinya hanyalah merupakan sisi kecil dari mikrokosmos yang besar dan luas ini dan bisa direlevansikan dengan persoalan tujuh langit.
Apakah Hancurnya Tata Surya Matahari dan Bintang pada Saat Kiamat Sesuai dengan Sains Modern?

Dalam surat At-Takwir [81], ayat 1 yang berkaitan dengan masalah hari kebangkitan difirmankan, “Apabila matahari digulung dan apabila bintang-bintang berjatuhan.”

Dengan memperhatikan ayat di atas, timbul pertanyaan, apakah padamnya tata surya matahari mempunyai relevansi dengan sains modern pada saat ini?

Sebelum memasuki pembahasan, terlebih dahulu kita harus mengetahui matahari sebagai sentral dan sumber kehidupan bagi tata surya kita, meskipun apabila dikomparasikan dengan bintang-bintang yang ada di langit, matahari merupakan sebuah bintang yang biasa. Akan tetapi, dalam batasan substansinya, matahari merupakan sebuah bintang yang luar biasa besarnya apabila dibandingkan dengan planet bumi.

Sesuai dengan penelitian para ilmuwan astrologi, matahari mempunyai ukuran satu juta tiga ratus ribu kali lipat lebih besar ukuran bumi tercinta kita ini. Hanya saja, karena jaraknya yang sedemikian jauh dari kita, yaitu sekitar seratus lima puluh juta kilometer, maka ia hanya bisa terlihat dengan ukuran yang kita lihat sekarang ini.

Untuk merefleksikan keagungan dan keluasan matahari, cukuplah bagi kita dengan membayangkan apabila planet bulan dan bumi dengan jarak yang ada di antara mereka sekarang ini kita masukkan ke dalam matahari, maka bulan dengan sangat mudah akan mengitari bumi tanpa keluar dari lingkaran dan permukaan matahari.

Suhu permukaan matahari mencapai enam ribu derajat celsius dan suhu di dalamnya mencapai beberapa juta derajat.

Apabila kita ingin mengetahui berat matahari dengan menggunakan ukuran ton, maka kita harus menuliskan angka dua dan meletakkan dua puluh tujuh angka nol di sampingnya.

Dari permukaan matahari terdapat nyala api yang menjilat-jilat yang terkadang mencapai ketinggian seratus enam puluh ribu kilo meter, dan planet bumi bisa dengan mudah menghilang di tengah-tengah jilatan api ini, karena diameter bumi tidak lebih dari dua belas ribu kilometer.

Berbeda dengan apa yang dipersepsikan oleh sebagian kelompok, sumber energi panas dan cahaya matahari bukanlah muncul dari adanya proses pembakaran di dalamnya. Karena, sebagaimana yang dikatakan oleh George Gomvef dalam salah satu karyanya yang berjudul “Fenomena Kemunculan dan Kematian Matahari”, apabila bahan bakar matahari berasal dari arang batu murni dan telah dinyalakan pada zaman Fir’aun Mesir yang pertama, maka seharusnya saat ini semua arang tersebut telah terbakar dan tidak ada satu pun yang tersisa lagi kecuali abunya. Dan apabila kita misalkan jenis bahan bakar lain sebagai pengganti dari arang batu ini, maka kita tetap akan menemui persoalan yang sama di dalamnya.

Pada hakikatnya, arti proses pembakaran untuk matahari ini tidaklah benar. Yang dibenarkan adalah bahwa energi yang ada dihasilkan dari segregasi atau pemisahan atom-atom yang ada di dalam matahari, dan kita mengetahui bahwa energi ini luar biasa besarnya. Oleh karena itu, atom-atom matahari senantiasa berada dalam keadaan terpisah dan mengalami radiasi yang kemudian diubah menjadi sebuah energi. Berdasarkan perhitungan para ilmuwan, dalam keadaan ini matahari pada setiap detiknya akan kehilangan sebanyak empat juta ton energi. Akan tetapi, volume dan kapasitas matahari sedemikian besarnya sehingga setelah sekian ribu tahun tidak sedikit pun kelihatan mengerutkan alisnya. Demikian juga, tidak ada sedikit pun perubahan eksternal yang bisa terlihat.

Akan tetapi, harus diketahui bahwa hal inilah yang pada akhirnya dalam sekian waktu akan membantu terjadinya kefanaan dan kehancuran matahari. Pada akhirnya, kapasitas dan volume agung ini akan menjadi semakin mengalami desimasi dan pengurusan yang pada akhirnya akan memunculkannya tanpa cahaya. Hal ini terjadi pula pada keseluruhan bintang-bintang yang lainnya.

Oleh karena itu, apa yang difirmankan dalam ayat-ayat Al-Qur’an di atas tentang kegelapan dan kehancuran bintang-bintang adalah merupakan suatu hal yang nyata, di mana persoalan ini sangat relevan dengan sains dan perkembangan ilmu pada saat ini. Dan Al-Qur’an telah menjelaskan realitas ini, bukan saja untuk lingkungan jazirah Arab yang berada dalam lingkup dunia; di mana ilmu pengetahuan yang ada saat itu belum menyingkap persoalan ini.