Telah disebutkan sebelumnya beberapa dalil yang membuktikan bahwa Yazid adalah aktor utama di balik kesyahidan imam Husain dan keluarga serta sahabatnya di Karbala.
Namun mengingat bahwa ada oknum-oknum tertentu yang dengan gencarnya menyuarakan ketidak terlibatan Yazid dalam hal ini, maka tidak salah jika pada tulisan ini akan diajukan argumentasi lainnya.
Dalil yang dimaksud adalah sikap Yazid dalam menyambut para tawanan dan memperlakukan kepala Imam Hisain AS.
Khawarizmi mencatat di dalam kitabnya bahwa masyarakat kota Syam menyambut rombongan keluarga Nabi SAWW yang tertawan dan kepala para syuhada dengan menghias kota laksana menyambut hari raya:
“……Dari Zaid, dari ayahnya bahwa Sahl bin Sa’d berkata: aku bepergian menuju Baitul Muqaddas hingga aku sampai di pertengahan kota Syam. Lalu aku mendapati kota yang bersungai dan banyak pohon. Penduduknya menggantungkan berbagai kain penutup sementara mereka dalam kedaan senang dan gembira. Di sana ada juga para wanita yang bermain rebana dan genderang. Aku berkata dalam hati: sepertinya penduduk Syam memiliki hari raya yang aku tidak mengetahuinya. Kemudian aku melihat sekelompok orang sedang berbincang-bincang, lalu aku bertanya. Wahai kalian! Apakah kalian di Syam memiliki hari raya yang tidak kami kenal? Mereka berkata: wahai orang tua! Kami melihat kamu ini orang asing. Aku menjawab: aku Sahl bin Sa’d. sungguh aku telah melihat Rasulullah dan memiliki hadits darinya. Mereka berkata: apakah engkau tidak heran langit tidak menurunkan hujan darah dan bumi tidak menelan penduduknya? Aku bertanya: mengapa itu terjadi? Mereka menjawab: ini kepala al-Husain cucu Rasulullah SAWW dihadiahkan dari Iraq menuju Syam dan akan sampai saat ini.[1]”
Literatur sejarah ini menunjukkan bahwa kota syam saat itu sedang dihias oleh masyarakatnya untuk menyambut kedatangan tawanan Karbala dan kepala para syuhada. Yang tentu saja penyambutan ini dilakukan dengan penuh kegembiraan dan senang hati.
Dari sini dapat dipahami bahwa pemerintah saat itu, terutama Yazid mempunyai andil secara langsung dalam terselenggaranya penyambutan yang diagendakan untuk menghinakan keluarga Nabi SAWW tersebut.
Jika tidak; dalam artian bahwa Yazid justru sedih dengan hal itu, tentu saja ia akan memerintahkan diadakannya majlis duka atas syahidnya imam Husain AS. Dan menentang kegembiraan yang dipertontonkan oleh masyarakat.
Bahkan lebih jauh, Sibt ibn al-Jauzi ada mencatat dalam kitabnya Tazkiratul Khawash tentang ketidak sopanan Yazid dalam memperlakukan kepala Imam Husain:
“adapun yang masyhur tentang Yazid di semua riwayat bahwa tatkala kepala Husain AS telah berada di hadapannya, ia mengumpulkan penduduk Syam lalu mulai memukulinya dengan tongkat kayu.[2]”
Khawarizmi juga memuat pernyataan yang sama tentang sikap Yazid dalam menyambut kepala imam Husain:
“kemudian ia meminta tongkat kayu lalu mulai memukul gigi depan imam Husain dengannya.[3]”
Sekali lagi catatan ini dengan jelas telah mementahkan pembelaan yang dilakukan oleh sebagian oknum yang mengatakan bahwa Yazid tidak bersalah karena tidak ada niatan untuk membunuh imam Husain As.
Sebab dari kedua kasus di atas dapat disimpulkan bahwa Yazid sangat bersuka cita dengan apa yang telah terjadi.
[1] Khawarizmi, Abu al-Muayyad al-Muaffaq bin Ahmad al-Makki, Maqtal al-Husain, jil:2, hal: 67, cet: Mehr.
[2] Sibt ibn Jauzi, Yusuf bin Farghali, Tazkirah al-Khawash, hal: 271, cet: Nainawa al-Haditsah.
[3] Khawarizmi, Abu al-Muayyad al-Muaffaq bin Ahmad al-Makki, Maqtal al-Husain, jil:2, hal: 64, cet: Mehr.