Peristiwa Karbala secara umum telah kita bahas dan sejauh ini telah kita ketahui latar belakang terjadinya, siapa saja tokohnya, seperti apa mereka dan apa motifnya. Peristiwa tersebut juga bermula dari perjalanan imam Husein as yang bertujuan mendatangi Kufah, namun, hal itu tidak terwujud disebabkan pasukan Yazid yang menghalangi serta mengarahkan mereka ke padang tandus Karbala.
Dalam perjalanan itu, imam Husein as tidaklah seorang diri, ia didampingi oleh keluarga beserta para sahabat setianya. Dan ketika tragedi pembantaian terjadi pada hari 10 Muharram 61 H, semuanya berhasil dibunuh dan tidak ada yang tersisa dari rombongan itu melainkan para wanita, anak-anak serta imam Ali Zainal Abidin as yang ketika itu dalam kondisi sakit parah.
Di antara para wanita yang hadir dalam peristiwa itu adalah Zainab bintu Ali bin Abi Thalib atau saudari kandung imam Husein as. terkait hal ini Khairuddin Al-Zirikli menyebutkan:
وحضرت زینب مع أخیها الحسین وقعة کربلاء، وحملت مع السبایا إلى الکوفة، ثم إلى الشام
Dan Zainab hadir bersama saudaranya Husein dalam kejadian Karbala, dan ia dibawa bersama para tawanan menuju Kufah kemudian menuju Syam.[1]
Perihal yang sama juga diceritakan oleh Abu Bakr Al-Dimasyqi:
ولما قتل الحسین بن علی رضی الله عنهما یوم عاشوراء أول سنة إحدى وستین وهو یومئذ إبن أربع خمسین سنة ونصف شهر ووقع ما وقع من السبی وحمل النساء والصبیان فلما مروا بالقتلى صاحت زینب بنت علی رضی الله عنهما مستغیثة بالنبی صلى الله علیه وسلم یا محمداه هذا حسین بالعراء مزمل بالدماء مقطع الأعضاء یا محمداه ،فلما کان سنة ثلاث وأربعمائة أخذ أهل الکوفة جدری عظیم.ثم عمى منهم ألف وخمسمائة کلهم من نسل من حضر قتل الحسین رضی الله عنه
Dan ketika Husein bin Ali ra dibunuh pada hari kesepuluh permulaan tahun 61 H, ketika itu ia berusia 54 tahun 15 hari, dan terjadilah apa yang telah terjadi dari penawanan serta penggiringan para wanita dan anak-anak. Ketika mereka melewati jenazah (imam Husein as), Zainab bintu Ali ra berteriak sambil memohon pertolongan nabi saw: “Oh Muhammad! Inilah Husein di (padang) terbuka, berselimutkan darah, terpotong bagian-bagian tubuhnya, oh Muhammad.” Ketika tahun 403 H, para penduduk Kufah terjangkit penyakit cacar lalu 1500 orang dari mereka mengalami kebutaan, semuanya dari garis keturunan mereka yang hadir dalam pembunuhan Husein ra.[2]
Begitu pula Al-Qurtubi mencatat peristiwa pasca Karbala sebagai berikut:
وساق القوم حرم رسول الله صلى الله علیه وسلم کما تساق الأسرى حتى إذا بلغوا بهم الکوفة خرج الناس فجعلوا ینظرون إلیهم، وفی الأسارى علی بن حسین وکان شدید المرض قد جمعت یداه إلى عنقه، وزینب بنت علی وبنت فاطمة الزهراء، وأختها أم کلثوم، وفاطمة وسکینة بنت الحسین، وساق الظلمة والفسقة معهم رؤوس القتلة
Dan orang-orang itu (pasukan Yazid) membawa keluarga nabi saw seperti halnya membawa para tawanan, hingga sampai mereka membawanya ke Kufah. Orang-orang keluar dan melihat mereka (para tawanan), dan diantara para tawanan terdapat Ali bin Husein yang mana ia dalam kondisi sakit yang parah dan kedua tangannya diikat ke lehernya, juga Zainab putri Ali dan Fatimah serta saudarinya Ummu Kultsum, Fatimah dan Sukainah putri-putri Husein, dan orang-orang zalim dan fasik itu juga membawa bersama mereka kepala orang-orang yang terbunuh.[3]
Begitulah perlakuan yang didapat oleh keturunan nabi dari mereka yang haus akan kekuasaan dan tergila-gila oleh imbalan duniawi yang akan diberikan oleh penguasa mereka ketika itu, hingga tak pandang bulu bahkan keturunan nabi pun tak ada nilainya bagi mereka.
[1] Al-I’lam, jil: 3, hal: 66-67.
[2] Daf’u Syubahi Man Syabbaha wa Tamarrada, hal: 137.
[3] Kitab At-Tadzkirah, jil:3, hal: 1120.