Karbala merupakan sebuah tempat, namun namanya kini telah identik dengan tragedi besar pembantaian cucu nabi Muhammad saw di tanah tersebut. Ialah imam Husein as, tokoh besar yang menjadi titik pusat dari semua peristiwa yang berkaitan dan terjadi pada 10 Muharram 61 H di sana.
Semenjak jatuhnya kekuasaan di tangan Yazid bin Muawiyah yang sudah terkenal pada masa itu dengan segala keburukan sifat dan kebobrokan moralnya, imam Husein as memilih untuk tidak berbaiat padanya dan melakukan perjalanan menuju Mekah kemudian Kufah dengan membawa keluarga serta para sahabatnya. Namun sayangnya dalam perjalanannya ke Kufah beliau dihadang oleh pasukan Ibnu Ziyad dan terjadilah apa yang saat ini dikenang sebagai peristiwa Asyura.
Semua ini tentunya telah banyak kami ulas dalam postingan-postingan yang lalu, sehingga apabila ingin mengenal lebih jauh terkait hal ini bisa anda baca pada tulisan-tulisan kami sebelumnya.
Dari ulasan di atas terdapat poin penting yang perlu kita ketahui bersama, yaitu perihal alasan yang mendorong sosok seperti imam Husein as memilih untuk bangkit menemui masyarakat dan enggan memberikan baiatnya kepada sosok yazid.
Dalam postingan ini, sebetulnya sudah cukup sebagai jawaban yang mewakili untuk menjabarkan alasan dari ikhtiyar yang diambil oleh imam Husein as, namun tidak ada salahnya apabila kita melihat referensi yang lain, sebagai penguat dalam masalah ini, misalnya adalah catatan Ibnul Jauzi terkait hal tersebut. Sebagai berikut:
إِنَّمَا رَحَلَ الْحُسَیْنُ إِلَى الْقَوْمِ لأَنَّهُ رَأَى الشَّرِیعَةَ قَدْ رُفِضَتْ، فَجَدَّ فِی رَفْعِ قَوَاعِدِ أَصْلِهَا الْجَدُّ [صَلَّى اللَّهُ عَلَیْهِ وَسَلَّمَ] ، فَلَمَّا حَضَرُوهُ حَصَرُوهُ فَقَالَ: دَعُونِی أَرْجِعُ. فَقَالُوا: لا، انْزِلْ عَلَى حُکْمِ ابْنِ زِیَادٍ. فَاخْتَارَ الْقَتْلَ عَلَى الذُّلِّ، وَهَکَذَا النُّفُوسُ الأَبِیَّةُ
Sesungguhnya Husein berangkat menuju kaum hanyalah disebabkan ia melihat syariat telah ditinggalkan lantas ia berupaya untuk mengangkat kembali pondasi-pondasi syariat kakeknya saw, namun ketika mereka menemuinya, mereka mengepungnya. Lalu ia berkata: “Biarkan aku sehingga aku bisa kembali.” Mereka mejawab: “Tidak, terimalah putusan dari Ibnu Ziyad.” Kemudian ia (Husein) memilih terbunuh daripada kehinaan, dan seperti itulah jiwa-jiwa yang terhormat.[1]
Dari catatan di atas, Ibnul Jauzi menganggap bahwa alasan pergerakan imam Husein as adalah demi menegakkan kembali pondasi-pondasi syariat nabi Muhammad saw yang sudah dilupakan dan ditinggalkan oleh masyarakat Islam pada masa itu. Dan memang seperti itulah kondisi pada saat itu. Apabila kita merujuk pada literatur yang ada, akan kita dapati bagaimana sebetulnya kondisi masyarakat yang ada, serta seperti apakah sosok Yazid bin Muawiyah.
Jika demikian adanya, tentu tujuan imam Husein as ini bukanlah urusan yang enteng melainkan hal utama yang harus dikerjakan. Sebab Islam atau syariat itu sendiri merupakan kebutuhan utama manusia sepanjang masa dalam meraih tujuan penciptaanya, yang mana tanpa itu maka mustahil bagi manusia untuk menggapai tujuannya tersebut.
[1] At-Tabsharah, jil: 2, hal: 13, Darul Kutubul Ilmiyah, Beirut.