Hadis “Sebaik-Baiknya Manusia Adalah Pada Masaku” dan Konsep Keadilan Sahabat
  • Judul: Hadis “Sebaik-Baiknya Manusia Adalah Pada Masaku” dan Konsep Keadilan Sahabat
  • sang penulis: Ben Aunullah
  • Sumber: muslimmenjawab.com
  • Tanggal Rilis: 19:47:3 1-9-1403

Keadilan seluruh sahabat adalah sebuah konsep yang diyakini oleh sebagian orang dalam menilai para sahabat. Tentunya konsep ini tidak begitu saja muncul dan tanpa alasan, ada beberapa dalil seperti ayat-ayat Al-Quran yang dianggap memiliki makna yang mengarah pada konsep tersebut dan menjadi pondasinya. Selain itu, juga terdapat beberapa hadis atau riwayat yang dianggap senada dalam memperkuat pandangan itu.

Di antara riwayat-riwayat yang dijadikan dalil atas keadilan seluruh sahabat adalah:

عن النبي (ص) قال: خير الناس قرني ثم الذين يلونهم ثم الذين يلونهم

Dari Nabi saw, bersabda: Sebaik-baiknya manusia adalah (yang berada) pada masaku kemudian orang-orang setelah (masa) mereka, kemudian orang-orang setelah mereka..[1]

Pendekatan argumentasi: Sebutan القرن atau yang bisa diartikan dengan sebuah hitungan masa, meskipun terkait ukurannya tersebut, para ulama berbeda pendapat di dalamnya, sebab pada masa itu istilah tersebut belum dikhususkan pada makna abad yang berjumlah seratus tahun. Pada riwayat di atas, القرن dinisbatkan oleh Rasulullah saw terhadap dirinya yang menghasilkan makna atau maksud bahwa hal itu ditujukan pada orang-orang yang bersama nabi dalam masa yang sama. Dari ungkapan tersebut, jelas bahwa yang dimaksud nabi saw sebagai orang terbaik adalah para sahabat, yang diikuti setelahnya dengan para tabiin dan tabiin tabiin. Namun yang menjadi sorotan di sini adalah para sahabat sebab merekalah yang berada pada lapisan pertama dalam riwayat tersebut. Dan inti dari riwayat ini ialah kesaksian nabi saw akan keutamaan para sahabat sebagai golongan manusia yang terbaik, hal ini hampir serupa seperti argumentasi keadilan seluruh sahabat pada surat Ali Imran ayat 110 para seri yang lalu, hanya saja yang memberi kesaksian di sini adalah Rasulullah saw.

Pembahasan di sini mencakupi dua hal; pertama dari segi sanad dan periwayatannya dan kedua dari segi Dilalah atau makna yang dikandung riwayat tadi.

Dari segi sanad, sudah jelas bahwa riwayat ini banyak diriwayatkan dalam kitab Shahih Bukhari dan Muslim meskipun dengan beberapa perbedaan pada ibarah atau lafal yang digunakan. Namun dari jumlah yang ada, hadis ini belum termasuk riwayat mutawatir.

Adapun dari segi makna yang dikandung dalam hadis tersebut, jika itu menunjukkan kekhususan pada setiap sahabat yang ada pada masa itu dan menjadi kesaksian nabi saw atas keutamaan mereka ketimbang orang-orang setelahnya, maka:

Pertama, hal ini akan bertabrakan dengan banyak riwayat lainnya yang menyatakan keutamaan orang-orang setelah mereka yang tidak pernah melihat nabi saw, namun beriman padanya seperti beberapa riwayat di bawah ini:

عن أبي جمعة الكناني قال: قلنا يارسول الله هل أحد خير منا؟ قال: قوم يجيئون من بعدكم يجدون كتابا بين لوحين يؤمنون به و يصدقون، هم خير منكم

Dari Abu Jumah Al-Kannani, berkata: “Wahai Rasulallah apakah orang yang lebih baik dari kami?” nabi berkata: “Sebuah kaum yang akan datang setelah kalian, mereka mendapati kitab di antara dua lembaran, mereka beriman dengannya dan membenarkannya, mereka lebih baik dari kalian”.[2]

Dalam riwayat lainnya:

عن أبي جمعة قال: تغذينا مع رسول الله (صلى الله عليه وسلم) ومعنا أبو عبيدة بن الجراح فقال يا رسول الله أأحد خير منا آمنا بك وجاهدنا معك قال نعم قوم يجيئون من بعدكم يؤمنون ولم يروني

Dari Abu Jumah, berkata: “Kami sedang makan siang bersama Rasulullah saw dan bersama kami Abu Ubaidah bin Al-Jarrah, berkata: ‘Wahai Rasulullah adakah orang yang lebih baik dari kami yang beriman padamu dan berjihad bersamamu?’ Beliau berkata: ‘Ada, kaum yang datang setelah kalian, mereka beriman dan tidak pernah melihatku’”.[3]

Dari riwayat di atas dan riwayat-riwayat lainnya yang memiliki muatan sama, secara jelas nabi saw mengutamakan orang-orang yang datang setelah mereka (para sahabat), tidak pernah melihat nabi saw namun beriman padanya melalui apa yang sampai pada mereka.

Oleh sebab itu, apa yang lebih sesuai dari maksud hadis nabi mengenai “sebaik-baiknya manusia adalah pada masaku” bukanlah tentang para sahabat secara satu persatu bahwa semuanya adalah yang terbaik, melainkan meninjau sebuah kaum secara keseluruhan, meskipun terdapat di dalamnya orang-orang yang tidak adil atau tidak patut untuk diikuti dan dicontoh, seperti adanya kelompok munafikin dan lain-lain. Sehingga dari hal ini dipahami bahwa sebagian dari mereka (para sahabat) ada yang mencapai derajat yang sangat utama, sementara yang lainnya tidak demikian, sama halnya dengan orang-orang yang datang setelah mereka. Jadi yang menjadi patokan utama di sini ialah keimanan.

Sementara itu ada pandangan lain yang memahami bahwa letak keutamaan dalam hadis tersebut adalah keberadaan nabi saw sendiri. Yakni mereka lebih utama disebabkan adanya nabi di masa mereka dan masa-masa yang dekat dengan mereka. Sehingga dalam hal ini bukanlah para sahabat itu menjadi terbaik disebabkan dirinya sendiri melainkan keberadaan sosok agung nabi saw yang mengangkat keutamaan mereka.

Kedua, lagi-lagi fakta yang tercatat baik dalam Alquran maupun riwayat menyajikan kenyataan yang bertolak dengan konsep yang menyakini keadilan seluruh sahabat, sebagaimana yang telah di kaji dalam beberapa seri lainnya.

Kesimpulannya, hadis di atas tidak dapat dijadikan dalil untuk menyangga konsep keadilan seluruh sahabat.

[1] Shahih Bukhari, hal :937, no: 2509.

[2] Al-Mu’jam Al-Kabir, jil: 4, hal: 23, No: 3541.

[3] Tarikh Madinah Damesyk, jil: 23, hal: 321-322.