Dengan membaca dan merenungkan tulisan-tulisan sebelumnya, terkait dengan keadilan sahabat nabi, maka kita mendapati titik terang, bahwa ternyata para sahabat yang digadang-gadang sebagai pribadi yang adil dan ahli surga oleh ulama Ahlusunnah, justru tidak sesuai dengan fakta.
Buktinya—kalau kita membaca tulisan sebelumnya, ada sebagian sahabat yang melenceng dari norma-norma agama, seperti sahabat yang murtad, penjual minuman keras dan sebagainya. Hal ini membuktikan, bahwa tak semua sahabat nabi adalah adil dan ahli surga.
Lebih dari itu, sebagai bukti kuat akan ketidakadilan seluruh sahabat, di sini penulis menemukan fakta menarik, yang mungkin sulit dipercaya bagi sebagian orang. Namun, faktanya memang begitu. Dan kita tak bisa menolak itu.
Bukti kuat yang penulis maksud ialah, tentang sosok ahli fikih Ahlusunnah yang justru mencela sahabat nabi. Di saat mereka (ulama Ahlusunnah) menuduh kalau Syiah adalah mazhab yang mencela dan mencaci maki sahabat, justru fakta lain membuktikan kalau ulama mereka sendirilah yang mencela sahabat nabi.
Bukti pelaknatan tersebut dapat kita baca di dalam kitab Al-Burhan fi Usulil Fikh karya Abul Ma’ali al-Juwayni yang mendapatkan kedudukan Imam Al-Haraimain. Ia adalah ulama besar Ahlusunnah yang berkiblat pada fikih Syafi’i. Di dalam kitab tersebut, ia menulis kalau sebagian ulama fikih mereka pernah mencela sahabat nabi.
“Di antara ahli fikih (Ahlusunnah) ada yang melakukan pencelaan dan mencari-cari aib dari sebagian pembesar sahabat nabi, seperti Abu Hurairah, Abdullah bin Umar dan sebagainya.”[1]
Apapun motivasi mereka mencela sahabat nabi, tapi, yang jelas, hal itu mengindikasikan adanya kekurangan pada diri sebagian mereka (sahabat nabi), yang mengharuskan mereka dicela. Walluu a’lam bi a-shawhab.
[1] Al-Burhan fi Usulil Fikh, Abul Ma’ali al-Juwayni, juz 1, hal. 626, cet. Sahibu Sammu, Syaik Khalifah bin Hamd Aali Tsani, Amir Daulah Qatar.