Pembahasan tentang ishmah atau kemaksuman berkaitan erat dengan kenabian, atau pun imamah dalam mazhab Syiah. Keyakinan terhadap kemaksuman seorang figur, menjadikan figur tersebut terjaga atau terhindar dari dosa, kesalahan ataupun yang lainnya. Dan dalam tingkatannya para ulama memiliki pandangannya masing-masing terkait kemaksuman ini.
Pembahasan ishmah bisa menjadi gerbang bagaimana kita mengenal pribadi-pribadi mulia khususnya Nabi kita Muhammad Saw, dimana Allah Swt menggambarkan beliau sebagai pemilik laku yang agung dan suri tauladan yang baik bagi seluruh alam semesta.
Sebelum masuk pada pembahasan yang lebih dalam terkait kemaksuman dan hubungannya dengan kepribadian Rasulullah Saw, kita akan paparkan dulu terkait definisi ishmah secara bahasa sebagai lanjutan dari seri sebelumnya.
Dalam kitab Lisanul Arab milik Ibnu Manzur disebutkan disana makna daripada ishmah yang berasal dari kata (عصم).
(عصم) Ishmah dalam ucpan Arab: mencegah. Pencegahan Allah kepada hambaNya: Ia mencegahnya dari apa-apa yang membinasakannya. (عصمه يعصمه عصما): mencegahnya dan menjaganya.[1]
Penjelasan diatas menunjukkan bahwa makna daripada ishmah berarti penjagaan atau pencegahan atau pemeliharaan. Jika kita ubah bentuknya pada bentuk maf’ul menjadi ma’sum (معصوم) bisa kita artikan dengan terpelihara atau terjaga. Tentunya jika kita nisbahkan seseorang dengan kata maksum berarti bisa dikatakan orang tersebut terjaga atau terpelihara. Adapaun terjaga atau terpelihara dari apa, akan terperinci dalam definisi ishmah secara istilah, karena sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya bahwa definisi secara bahasa masih bersifat umum.
[1] Ibnu Manzur, Lisanul Arab Juz 9 Hal. 244 Cet. Daru Ihya At-Turats Al-Arabi – Beirut
[2] Fayyumi, Ahmad bin Muhammad, Al-Misbahul Munir Hal. 157 Cet. Maktabah Lubnan