Muhammad bin Muhammad bin Nu'man (Syeikh Mufid) adalah salah seorang ulama dan pemikir Syiah yang paling berpengaruh. Di masa itu, masyarakat Syiah menikmati situasi yang lebih bersahabat dan Syeikh Mufid juga bisa leluasa melakukan kegiatan ilmiah.
Syeikh Mufid menawarkan sebuah metode komprehensif untuk ijtihad dan istinbath atau mengeluarkan hukum fiqih dari sumber-sumbernya. Metode ini masih dipakai oleh para fuqaha dan ilmuwan sampai sekarang.
Syeikh Mufid memiliki pengaruh besar di ranah ilmu kalam dan fiqih Syiah sehingga ia dianggap sebagai peletak ilmu kalam Syiah dan masternya ilmu fiqih. Ia juga bergelar pemimpin dari para pemimpin Syiah.
Salah satu perhatian utama Syeikh Mufid pada masa itu adalah menjawab syubhat (sebuah keadaan kerancuan berpikir dalam memahami sesuatu) akidah dan mazhab.
Ahlu Bait memperkenalkan para ulama hakiki sebagai penjaga dan pelindung Islam. Dapat dipastikan Syeikh Mufid adalah salah satu dari penjaga Islam ini.
Meski ia sebagai seorang ulama besar Syiah, namun tetap tampil sebagai seorang guru yang berusaha menjawab syubhat akidah dan fiqih yang disampaikan pihak lain melalui lisan dan penanya.
Syeikh Mufid lewat beberapa karyanya termasuk, Fushul al-Asyrah fi al-Ghaibah, menjawab syubhat akidah dan fiqih serta sanggahan seputar filosofi keghaiban Imam Mahdi as. Karya lain ulama besar ini, Awail al-Maqalat fi al-Madzahib wa al-Mukhtarat, juga menjelaskan mengenai pemikiran khusus Syiah Imamiyah dalam permasalahan ilmu kalam.
Selain menulis artikel dan buku untuk menjawab syubhat, Syeikh Mufid menggelar diskusi dan melakukan debat ilmiah dengan ulama dari berbagai mazhab. Dengan penguasaannya terhadap mazhab-mazhab Islam, ia mampu membela akidah Islam dengan argumentasi yang rasional dan kuat.
Salah satu karakteristik Syeikh Mufid adalah menaruh perhatian khusus pada kebutuhan intelektual masyarakat. Ia secara rutin membangun hubungan dengan mereka dan mengikuti forum-forum diskusi ilmiah.
Karena posisinya sebagai pemimpin Syiah pada masa itu, ia selalu menerima surat-surat dan pertanyaan masyarakat yang dikirim dari berbagai pelosok negara Islam kepadanya. Dengan demikian, Syeikh Mufid mengambil inisiatif untuk menjawab kebutuhan mereka dengan menulis buku dan risalah. Banyak dari karyanya ditulis untuk menjawab pertanyaan masyarakat dari sebuah daerah tertentu.
Selain masyarakat awam yang meminta bimbingan Syeikh Mufid seputar kewajiban syar'inya, para ulama besar di masa itu juga memperdalam ilmu agama dari Syeikh Mufid. Karya terpenting Syeikh Mufid di bidang kalam, fiqih, dan sejarah seperti, Awail al-Maqalat fi al-Madzahib wa al-Mukhtarat, Al-Muqni'ah, dan al-Jamal wa al-Nushrah lisayyid al-Itrah fi Harb al-Bashrah, ditulis atas permintaan para ulama besar seperti, Syeikh Murtadha, Syeikh Radhi, dan ulama lain.
Sebagian besar dari karya Syeikh Mufid berdurasi singkat dan berupa artikel. Hal ini telah menjadi ciri khas dari karya-karya beliau.
Syeikh Mufid adalah seorang peneliti profesional dan ia menghindari penggunaan kata atau kalimat yang diulang-ulang. Ia mampu menjelaskan materi rumit dalam sebuah kalimat singkat, kecuali untuk materi yang sangat rumit dan membutuhkan penjelasan yang panjang.
Imam Ali as berkata, "Janganlah berbicara dan berkata panjang sehingga membuat pendengar jenuh, dan jangan pula terlalu singkat sehingga mereka merasa terhina (karena tidak memahami isi pembicaraan)."
Oleh sebab itu, kebanyakan dari karya Syeikh Mufid berupa risalah singkat dan padat, yang ditulis untuk menjawab kebutuhan masyarakat. Ciri khas lain karya Syeikh Mufid adalah penggunaan bahasa yang sederhana. Kalimat yang rumit dan istilah yang spesifik jarang ditemukan dalam karya-karyanya.
Dalam kajian kalam, fiqih, sejarah, dan bahkan persoalan ilmiah, Syeikh Mufid menjelaskannya dengan bahasa yang mudah sehingga bisa dimengerti oleh semua orang. Meskipun Syeikh Mufid seorang ulama besar dan punya kemampuan luar biasa dalam menulis kitab-kitab besar, namun ia lebih memilih menyusun risalah singkat dan efektif dengan bahasa yang mudah, dengan tujuan menjawab persoalan pemikiran kaum Muslim.
Salah satu kegiatan Syeikh Mufid adalah mengajar. Ia membentuk banyak kelas untuk mengajar ulama di bidang fiqih dan kalam, dan ia berhasil mencetak murid-murid yang sangat luar biasa.
Di antara murid Syeikh Mufid yang kemudian menjadi ulama besar setelahnya adalah Sayid Murtadha, Sayid Radhi, Syeikh Thusi, Ahmad bin Ali al-Najasyi, Sallar al-Daylami, Abul Fatah Karajuki, dan Abu Ya'la Muhammad bin Hasan Ja'fari.
Syeikh Mufid tidak melupakan masalah spiritualitas dan penyucian jiwa meskipun sangat sibuk mengabdi di bidang akademis dan sosial. Para murid dan orang-orang dekatnya bersaksi bahwa cahaya spiritualitas dan keluhuran moralnya terus memancar dari waktu ke waktu.
Syeikh Mufid melakukan banyak shalat dan puasa serta selalu memberikan sedekah. Masyarakat sangat mencintainya karena kesederhanaan dan sifat tawadhu yang dimilikinya. Dia menjalani kehidupan sederhana seperti masyarakat biasa.
Syeikh Mufid tidak tergoda dengan jabatan dan harta, dan hal ini membuatnya lebih mudah dalam proses penyucian jiwa dan perjalanan menapaki puncak kesempurnaan.
Menantunya, Sharif Abu Ali menuturkan, "Syeikh Mufid hanya tidur sebentar di malam hari dan kemudian ia bangun untuk mendirikan shalat. Kesibukannya tidak lepas dari membaca buku, atau mengajar, dan atau membaca al-Quran."
Itulah ringkasan dari kehidupan seorang ulama, yang masih dikenal dan dihormati sampai sekarang meskipun ia telah wafat seribu tahun lalu.