Abbas, istri tepat anak pemberani
  • Judul: Abbas, istri tepat anak pemberani
  • sang penulis:
  • Sumber: ejajufri
  • Tanggal Rilis: 15:40:22 1-9-1403

Tidak dipungkiri bahwa untuk melahirkan anak yang saleh sekaligus pemberani ada beberapa hal yang mempengaruhinya. Pertama, kepribadian ibu dan pendidikan terhadap anak tersebut. Kedua, sebelum semua itu dilakukan, pemilihan yang tepat terhadap calon istri juga diperlukan. Karenanya, penting untuk meminta bantuan kepada orang yang sudah pengalaman. Begitulah yang telah dilakukan oleh Imam Ali bin Abi Thalib a.s.

Beberapa tahun setelah wafatnya Sayidah Fatimah putri nabi saw., Imam Ali meminta bantuan kepada kakaknya, Aqil, untuk mencarikan calon istri dari keluarga yang pemberani dan kuat. Aqil pun mengusulkan nama Fatimah binti Hizam dari Bani Kilab. Imam setuju dan darinya beliau memiliki empat anak laki-laki, karenanya Fatimah mendapat julukan Ummul Banîn, ibu anak-anak lelaki.

Pilihan Imam tepat dan keberanian Ummul Banin terbukti. Beliau mengorbankan seluruh anak laki-lakinya untuk membela Imam Husain di Karbala. Setelah mendengar kabar dari Karbala, Ummul Banin berkata, “Saya memiliki empat putra ‘singa kesayangan’. Saya korbankan mereka untuk membela Husain.” Semangat pengorbanan ini merupakan bukti ketaatan kepada kedudukan Imam Ali a.s.
Qamar Bani Hasyim as.

Qamar Bani Hasyim as.
Rembulan Bani Hasyim

Madinah, 4 Syakban 26 H. Qanbar, pembantu Sayidina Ali as, berlari ke Masjid Nabi untuk memberi kabar gembira kepada Imam tentang kelahiran putranya. Imam Ali tersenyum dan berkata, “Aku akan pulang ke rumah. Aku akan menamainya Abbas seperti nama pamanku.” Di rumah itulah Abbas bin Ali, yang dikenal dengan sebutan Abul Fadhl, tumbuh dengan cahaya ahlulbait bersama Imam Hasanain. Di kalangan bangsa Arab sudah menjadi tradisi untuk menyebut anak yang tampan dengan istilah qamar atau bulan, dan Abbas yang mendapat julukan Qamar Bani Hasyim.

Ketika dunia disinari olehnya, Imam Ali meminta Imam Husain untuk membacakan azan dan ikamah di telinga Abbas. Ketika Imam Husain memeluknya, bayi itu tersenyum. Namun Imam Husain menangis. Beliau tahu bahwa bayi itu seperti hendak berkata, “Tuanku, saya telah datang dan dengan senang hati memberikan hidupku untukmu dan Islam.” Abbas dilahirkan untuk Imam Husain; lidah Imam Husain berada di mulut Abbas dan jiwa Abbas dikorbankan untuk Imam Husain.
Singa Abbas adalah Singa Ali

Pada malam sebelum syahidnya Imam Ali, beliau mempercayakan anak-anaknya dalam penjagaan Imam Hasan, kecuali Abbas. Melihat bahwa ayahnya mengecualikan dirinya, Abbas yang masih berumur 14 tahun tidak dapat menahan air matanya. Imam Ali mendengarnya menangis, kemudian memeluknya dan menaruh tangan Abbas ke tangan Imam Husain, kemudian berkata,

“Husain, anak ini aku percayakan kepadamu. Dia akan mewakilkan diriku pada hari pengorbananmu dan mempersembahkan jiwanya dalam melindungimu dan orang-orang kesayanganmu, sebagaimana aku melakukannya pada hari itu jika aku hidup…”

Pada Perang Siffin melawan Muawiyah, Abbas masih berusia 8 tahun. Ketika Abbas melihat musuh mendekati Imam Husain dari belakang, ia langsung mengambil pedang, berlari dan mengirim musuh ke neraka sambil berteriak, “Bagaimana mungkin orang berani menyerang pemimpinku selama aku masih hidup!” Muawiyah melihat hal itu dan bertanya, “Siapa anak itu?” Ketika diberitahu bahwa itu adalah Abbas bin Ali, Muawiyah berkata, “Demi Allah! Tidak ada anak muda yang bisa bertarung seperti itu kecuali putra Ali…!”
Panggil Aku, Kakak

Di hari Asyura, Imam Husain memeluk Abbas bin Ali bin Abi Thalib yang telah terbaring. Pemandangan yang menyedihkan. Tangannya sudah terpisah. Panah menusuk mata kanannya dan darah menghalangi pandangan mata kirinya. Abbas merasakan kehadiran Imam Husain melalui suara langkahnya dan berkata, “Maulaku, mengapa engkau ambil masalah untuk datang ke sini? Kembalilah ke tenda dan temui Sukainah.” Imam Husain berkata, “Saudaraku, seluruh hidupmu kau persembahkan untukku dan anak-anakku. Adakah sesuatu yang bisa aku lakukan di akhir hidupmu?”

Abbas menjawab, “Maulaku, saya punya beberapa keinginan. Ketika aku lahir, yang pertama aku lihat adalah wajahmu dan sudah menjadi keinginanku ketika aku wafat pandanganku juga tertuju padamu. Mataku yang satu ditembus oleh panah, dan yang satunya dipenuhi darah. Jika engkau berkenan untuk membersihkan mataku agar aku dapat melihatmu dan terpenuhilah keinginanku. Keinginanku yang kedua, janganlah bawa tubuhku ini ke kemah. Aku telah berjanji membawa air kepada Sukainah dan karena aku gagal memenuhi keinginannya, aku tidak sanggup memandang wajahnya walaupun aku sudah wafat. Lagipula aku tahu, serangan yang engkau terima sejak pagi hari telah melelahkanmu dan membawa tubuhku ke kemah akan lebih melelahkan bagimu. Keinginanku yang ketiga, jangan sampai Sukainah datang ke sini dan melihat kondisiku. Aku mengetahui cinta dan kasih sayang yang dia berikan untukku. Pemandangan tubuhku di sini akan membunuhnya.” Imam pun membersihkan darah, Abbas memperbaiki pandangannya pada Imam. Imam Husain memeluk Abbas dan mencium keningnya.

Imam Husain berkata, “Abbasku, aku pun juga memiliki satu permintaan darimu. Sejak kecil engkau selalu memanggilku ‘Maula’. Untuk terakhir ini, panggillah aku ‘kakak’ dengan suara beratmu.” Abbas, dengan suara terbata-bata kemudian berkata, “Kakakku… Kakakku…” Imam Husain menangis, “Oh Abbas saudaraku, apa yang telah mereka lakukan terhadapmu? Siapa yang ada disisiku sekarang ini?”

Hari kelahiran Abbas bin Ali oleh negara Iran dijadikan sebagai Hari Cacat Perang Nasional. Rakyat Iran serta seluruh pengikut ahlulbait sedunia selalu mengenang pengorbanan Abbas untuk kemudian dijadikan teladan dalam pengorbanan demi kepentingan Islam dan kaum muslimin.

Beberapa Gelar Hadhrat Abbas

    Qamar Bani Hasyim (Rembulan Bani Hasyim). Ibnu Syahr Asyub dalam kitab Manaqib menulis, “Dia mendapat gelar Rembulan Bani Hasyim karena keutamaan rohani dan jasmaninya, karena cahaya kehambaan dan ikhlasnya terpancar dari wajahnya.”
    Saqqa’ (Sang Pembawa Air). Julukan ini diberikan karena beliau bertugas untuk membawa air untuk kemah Imam Husain dan menghilangkan rasa haus Bani Hasyim di Karbala.
    Hamilul Lafa’ (Sang Pembawa Bendera) dan Ra’îs Askar Al-Husain (Pemimpin Pasukan Imam Husain). Julukan ini diberikan karena beliau adalah orang yang memimpin dan membawa bendera pasukan Imam Husain a.s.