Ciri-ciri Keluarga Qurani
Salah satu ciri-ciri terpenting dan paling indah keluarga Qurani adalah keteguhan anggota keluarga tersebut terhadap dasar nilai-nilai dan sikap saling menghormati antara anggota keluarga.
Keluarga merupakan salah satu institusi terpenting bagi terbentuknya suatu masyarakat dimana dalam sumber-sumber Islam, hal tersebut memiliki kedudukan yang mulia dan tinggi. Di dalam Alquran sendiri telah dijelaskan indikator-indikator berharga terkait keluarga Qurani.
Institusi keluarga adalah salah satu institusi mulia yang di dalam sumber-sumber Islam memiliki kedudukan dan urgensitas khusus. Institusi keluarga terhitung sebagai pondasi paling dasar bagi masyarakat, karena suatu masyarakat terbentuk dari keluarga dan budaya-budaya yang kebanyakan berkembang dalam konteks keluarga. Oleh karena itu, jika suatu institusi keluarga telahaz dibenahi dan budaya Qurani telah berkembang dalam keluarga tersebut, maka masyarakat dan komunitas manusia akan terpengaruh olehnya. Karena hal inilah penulis berusaha menjelaskan beberapa indikator bagi keluarga Qurani menurut Alquran.
Kedudukan dan Urgensitas keluarga dalam Alquran:
Terdapat ayat-ayat mulia dalam Alquran yang dengan jelas menunjukan tentang kedudukan dan urgensitas keluarga sebagai pendidikan Islami, antara lain; Allah swt dalam penjelasan terkait sifat-sifat hamba terbaik Tuhan telah mengisyaratkan kepada topik keluarga. Allah swt dalam Alquran surah Al-Furqan ayat 74 berfirman:
وَ الَّذينَ يَقُولُونَ رَبَّنا هَبْ لَنا مِنْ أَزْواجِنا وَ ذُرِّيَّاتِنا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَ اجْعَلْنا لِلْمُتَّقينَ إِماما
Artinya: Dan orang orang yang berkata: "Ya Tuhan kami, anugrahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa.
Begitu pula, terkait keluarga, khususnya pentingnya terbiah keluarga, Allah swt dalam surah At-Tahrim ayat 6 berfirman:
يا أَيُّهَا الَّذينَ آمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَ أَهْليكُمْ ناراً وَقُودُهَا النَّاسُ وَ الْحِجارَةُ عَلَيْها مَلائِكَةٌ غِلاظٌ شِدادٌ لا يَعْصُونَ اللَّهَ ما أَمَرَهُمْ وَ يَفْعَلُونَ ما يُؤْمَرُونَ
Yang artinya: Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.
Selain itu, dalam Surah Maryam ayat 55 Allah berfirman:
وَ كانَ يَأْمُرُ أَهْلَهُ بِالصَّلاةِ وَ الزَّكاةِ وَ كانَ عِنْدَ رَبِّهِ مَرْضِيًّا
Yang artinya: Dan ia menyuruh keluarganya untuk bersembahyang dan menunaikan zakat, dan ia adalah seorang yang diridhai di sisi Tuhannya.
Rasulullah saw bersabda:
خَيرُكُم خَيرُكُم لأَهلِهِ وأَنَا خَيرُكُم لأَهلى ما أَكرَمَ النِّساءَ إلاّ كَريمٌ ولا أَهانَهُنَّ إلاّ لَئيمٌ
Orang yang paling baik diantara kalian adalah yang paling baik kepada keluarganya, dan aku paling baik diantara kalian untuk keluargaku. Hanya orang yang mulialah yang memuliakan wanita, dan tidaklah menghinakan mereka kecuali orang yang lemah.[1]
Dasar Pemuliaan dan Penghormatan
Salah satu ciri-ciri terpenting dan paling indah keluarga Qurani adalah keteguhan anggota keluarga tersebut terhadap dasar nilai-nilai dan sikap saling menghormati antara anggota keluarga. Oleh karena itu keluarga jenis ini sangatlah menjunjung tinggi sikap saling menghormati anggota keluarga. Barangsiapa telah memperistri seorang wanita hendaklah dia menghormatinya[2].
Menutupi kesalahan dan menerima alasan
Dalam suatu keluarga, ada kemungkinan salah satu anggotanya melakukan kesalahan dan kealpaan dalam hidup. Dalam kondisi seperti ini, jika anggota keluarga yang lain tidak mengabaikan kesalahannya, maka perselisihan, pertikaian dan ketidaknyamanan akan mempengaruhi keluarganya, hasilnya adalah menjauhnya kedamaian dan keharmonisan dari keluarga itu. Maka dari itu, guna menjauhkan perselisihan dan konflik serta untuk meningkatan ketenangan dalam hidup, hendaknya anggota keluarga mempraktekan sikap saling memaafkan dan toleransi dalam hidup.
Rasulullah saw bersabda:
إِذَا كَانَ يَوْمُ الْقِيَامَةِ نَادَى مُنَادٍ مَنْ كَانَ أَجْرُهُ عَلَى اللَّهِ فَلْيَدْخُلِ الْجَنَّةَ فَيُقَالُ مَنْ ذَا الَّذِي أَجْرُهُ عَلَى اللَّهِ فَيُقَالُ الْعَافُونَ عَنِ النَّاسِ
Pada hari kiamat, seorang penyeru berseru "barangsiapa pahalanya ada pada Allah, maka dipersilahkan memasuki surga” kemudian dikatakan ; siapakah yang pahalanya ada pada Allah? Maka dikatakan; orang-orang yang pemaaf terhadap manusia.[3]
Poin-poin dan pesan-pesan:
1. Melalui ayat-ayat Alquran terkait keluarga dan kedudukan spesialnya, dapat diambil kesimpulan bahwa ketidakperdulian terhadap pendidikan agama anggota keluarga dapat menimbulkan bahaya bagi seluruh anggota keluarga.
2. Salah satu ciri-ciri keluarga Qurani adalah adanya keteguhan dalam mempraktekan sikap saling menghormati dalam keluarga.
3. Salah satu nilai dasar yang paling penting yang harus berkembang dalam keluarga Qurani adalah praktek memaafkan terhadap kesalahan dan kealpaan seluruh anggota keluarga.[]
[1] . Nahjul Fashahah, hal 472, hadis ke 1520
[2] . humairi, Abdullah bin Ja`far, Qurbul Isnad (cetakan baru) 1 jilid, Muassasah Ali Bait As- Qom, Cetakan pertama, tahun 1413 qomari, hal 70
[3]. Biarul Anwar (cetakan Beirut) jilid ke 64, hal 266