Seorang anak kecil memiliki dua apel yang satu berada di tangan kanannya dan yang lain berada di tangan kirinya.
.
.
Saat itu Ibunya memasuki kamar dan matanya tertuju kepada apel yang ada di tangan anaknya.
Ibunya sambil tersenyum berkata:
"apakah kamu mau memberiku salah satu dari apel milikmu?"
.
.
Anaknya sesaat memperhatikan wajah ibunya dan sesaat memperhatikan apel yang ada di kedua tangannya.
Dia sedikit berfikir kemudian menggigit sedikit apel yang ada di tangan kanannya dan setelahnya menggigit apel yang ada di tangan kirinya.
Melihat anaknya menggigit kedua apel miliknya, maka senyum diwajah ibu itu pun mulai pudar.
Tampak kekecewaan diwajah ibunya, dia merasa anaknya tidak rela salah satu apelnya secara utuh diberikan kepadanya.
.
.
Akantetapi beberapa saat setelah menggigit apel kedua, anaknya memberikan apel kedua kepada ibunya dan berkata:
"ini untukmu bu, karena ini lebih manis.!"
.
.
Ibunya seketika terdiam tidak mampu berbicara, dia menyesal mengapa membiarkan pikiran buruk tentang anaknya menguasi dirinya, sedang anaknya memikirkan hal terbaik untuknya.
.
.
.
.
Sebanyak dan sebesar apapun pengalamanmu, dan setinggi apapun kedudukanmu, serta seluas apapun keilmuanmu, akhirkanlah penghakimanmu atas suatu masalah, sebelum kamu memberikan kesempatan bagi orang dihadapanmu untuk menjelaskan apa yang terjadi.
Karena hal itu adalah sebuah keadilan dan kebijaksanaan.
.