Bersama Kafilah Ramadhan (29)
  • Judul: Bersama Kafilah Ramadhan (29)
  • sang penulis:
  • Sumber: irib indonesia
  • Tanggal Rilis: 18:18:29 1-9-1403

Salah satu adab keluar dari bulan suci Ramadhan adalah

melakukan evaluasi diri selama bulan suci ini. Apakah

kita merasakan ada revolusi spiritual dan mental dalam

diri kita? Sebagai cermin, kita mengkaji perkataan dan

ajaran yang disampaikan para maksum mengenai pentingnya

memperhatikan masalah ini.

 

Salah seorang sahabat Nabi Muhammad Saw, Jabir bin

Abdullah Ansari menuturkan suatu hari di bulan suci

Ramadhan ia menemui Rasulullah Saw. Beliau berkata,

"Wahai Jabir! Hari jumat ini adalah hari akhir bulan

suci Ramadhan, katakanlah 'Tuhanku ampunilah dosaku,

dan berkatilah!' Barang siapa yang mengatakan demikian,

maka ia akan mendapatkan satu dari dua kebaikan: Sampai

pada Ramadhan mendatang, atau dosanya diampuni dan

diberkahi,".

 

Salah satu perbuatan baik di hari akhir bulan suci

Ramadhan adalah mengevaluasi diri, terutama  selama

sebulan di bulan suci Ramadhan. Seorang Mukmin harus

mengevaluasi amal ibadah dan perilakunya sejak awal

Ramadhan tiba hingga akhir. Apakah semakin khusuk

ketika beribadah, ataukah sebaliknya. Bagaimana dengan

kualitas dan kuantitas ibadahnya. Apakah terjadi

peningkatan ataukah justru sebaliknya?

 

Lalu, bagaimana dengan makrifah kepada Allah swt dan

Ahlul Baitnya di bulan suci Ramadhan? Sejauhmana upaya

yang telah dilakukan untuk meraih ridha Allah swt.

Bekal apa yang telah dipersiapkan untuk kehidupan di

akhirat kelak. Apakah di bulan suci Ramadhan ini

mengalami peningkatan atau sebaliknya? Kini, bulan

penuh berkah ini akan berakhir, apakah ada kerinduan

dalam diri kita untuk bertemu lagi dengan bulan suci

ini? Apakah dengan berlalunya Ramadhan kita semakin

rajin untuk beribadah dan mengabdi terhadap sesama

dibandingkan tahun sebaliknya ?

 

Jika orang yang berpuasa sejak awal hingga akhir

Ramadhan tidak melihat ada perbedaan dengan sebelumnya,

maka ia mengalami kerugian akibat ulahnya sendiri.

Sebab tidak memanfaatkan dengan baik bulan penuh berkah

ini. Padahal Allah swt telah membuka pintu rahmat

selebar-lebarnya untuk manusia. Oleh karena itu, di

akhir bulan suci ini kita memohon ampunan kepada Allah

swt supaya dosa kita diampuni dan diberkahi dalam

kehidupan ini.

 

Bulan suci Ramadhan merupakan salah satu waktu terbaik

untuk mereformasi akhlak individu dan sosial. Seorang

mukmin yang mampu mereformasi perilakunya di bulan suci

Ramadhan ini, maka dia memiliki kekuatan untuk

melanjutkan perbaikan diri terus-menerus di bulan

selanjutnya selama setahun.

 

Salah satu masalah akhlak adalah kesabaran menghadapi

bawahan. Agama Islam mengajarkan supaya kita tidak

bersikap keras dan tidak memberikan tugas di luar

kemampuan mereka, serta tidak memperlakukannya secara

zalim. Nabi Muhammad Saw mengajarkan bagaimana

berperilaku kepada orang lain, termasuk kepada orang-

orang yang berada di bawah wewenang kita. Terkait hal

ini Rasulullah saw bersabda, "Barang siapa memudahkan

urusan orang yang berada di bawah wewenangmu, maka

Allah swt akan memudahkan

penghitungannya."(Amali,Sheikh Saduq)

 

Imam Shadiq meriwayatkan bahwa Imam Zainal Abidin di

bulan suci Ramadhan memberikan perhatian khusus kepada

orang-orang yang berada di bawah wewenangnya, termasuk

para pembantu dan budak beliau. Ketika mereka melakukan

kesalahan, beliau tidak menghukumnya, tapi mencatat

kesalahannya satu persatu hingga malam akhir bulan suci

Ramadhan tiba.

 

Lalu, mereka semua dikumpulkan, dan Imam Zainal Abidin

mengeluarkan catatan kesalahan mereka dan tiap orang

dipanggil satu-persatu. Salah seorang dari mereka  

berdiri, dan dengan suara keras berkata, "Wahai Ali bin

Husein, sebagaimana Tuhan mencatat semua kesalahan

kita, engkau pun menulis kesalahan kami dalam buku

catatan. Seluruh kesalahan baik kecil maupun besar di

catat oleh Tuhan, dan kami pun demikian kesalahan kami

dicatat olehmu. Oleh karena itu maafkanlah kesalahan

kami sehingga Tuhan mengampuni kami...

 

Imam Ali Zainal Abidin mengucurkan air mata dan

mengulang kata-kata itu. Beliau kembali berkata,

"Tuhanku engkau memerintahku untuk memaafkan orang yang

menzalimi kami, maka ampunilah kami, karena Engkau

lebih agung. Engkau berfirman, jangan sampai menolak

permintaan orang yang membutuhkan pertolongan ketika

mendatangi rumah kami, kami menengadahkan tangan

memohon pertolongan-Mu. Aku memohon kepada-Mu, dan

anugerahilah kami karunia-Mu..."

 

Lalu Imam Sajjad kembali berkata, "Aku memaafkan

kesalahan kalian. Apakah kalian juga memaafkankanku ?".

Mereka menjawab, Meski engkau tidak bersalah, tapi kami

memaafkanmu.Lalu Imam Sajjad menukas, "Silahkan kalian

pergi. Kalian telah aku maafkan dan aku bebaskan semoga

Allah mengampuniku dan menyelamatkanku dari api

neraka!".

 

Mereka menjawab, "Tuan, kami memaafkanmu, padahal

engkau tidak pernah bersikap buruk kepada kami". Lalu

Imam Sajjad berkata,"Tuhanku, ampunilah Ali bin Husein,

sebagaimana engkau mengampuni kami, dan selamatkan dia

dari api neraka seperti Engkau menyelamatkannya dari

penghambaan [selain-Mu]." Mereka mengamini doa Imam

Sajjad. Beliau kembali berkata, "Silahkan kalian pergi

semua aku bebaskan."   

 

Imam Baqir menceritakan kisah seorang sahabat

Rasulullah Saw bernama Saad yang hidup miskin. Dia

termasuk "Ashab Suffah". Kebutuhannya senantiasa

dipenuhi oleh Rasulullah Saw. Kemiskinan yang mendera

Saad membuat Rasulullah iba dan berjanji akan membantu

Saad supaya bisa memenuhi kebutuhannya sendiri."

 

Waktu cepat berlalu. Jibril menemui Rasulullah Saw dan

memberikan dua dirham kepada beliau. Allah swt

berfirman, "Aku mengetahui kerisauanmu [Muhammad]

karena kemiskinan yang mendera Saad. Jika ingin keluar

dari keadaan yang menimpa Saad kini berikanlah dua

dirham ini kepadanya dan pergunakan untuk jual beli".

 

Siang hari Rasulullah bertemu dengan Saad yang tengah

menanti di kamarnya. Beliau bersabda, "Bisakah engkau

berdagang?" ia menjawab, "Demi Tuhan! Aku tidak punya

modal." Lalu Rasulullah memberikan dua dirham kepada

Saad. "Pergunakan modal ini untuk jual beli", ujar

Rasulullah, seraya memberikan dua dirham kepada Saad.

Sahabat Nabi ini pun mengambilnya. Kemudian menunaikan

shalat dhuhur dan asar di masjid. Setelah shalat Asar,

Rasulullah Saw bersabda, "Bergeraklah carilah rezeki

!".

 

Kemudian, Saad menjalankan nasehat Rasulullah dan

menggunakan dua dirham sebagai modal jual beli. Berkah

Rasulullah, setiap kali Saad melakukan transaksi

senantiasa untung dan tidak berapa lama bisnisnya

berkembang pesat. Saad pun sibuk dengan urusan dunianya

hingga akhirnya jarang sekali ke masjid. Di samping

masjid, ia memiliki toko yang cukup laris. Saking

sibuknya, ketika bilal mengumandangkan adzan,

Rasulullah melihat Saad masih sibuk menjalankan

usahanya, dan dia tidak siap untuk shalat berjamaah di

masjid. Padahal sebelumnya, ia selalu rajin shalat

berjamaah di masjid.

 

Rasulullah Saw bersabda,"Saad! Dunia membuatmu sibuk

dan engkau melalaikan shalat. Orang itu menjawab, "Aku

harus bagaimana? Jika hartaku aku biarkan, aku

terhina...". Melihat kondisi Saad yang sibuk

mengumpulkan harta dan melupakan ibadah jauh melebihi

ketika ia masih miskin dan kekurangan.

 

Suatu hari Malaikat Jibril mendatangi Rasulullah Saw,

seraya berkata, "Allah berfirman, "Aku mengetahui

kerisauanmu [Muhammad]. Kini apa keadaan yang lebih

baik bagi Saad yang engkau bisa terima? Kondisi

sebelumnya atau saat ini ketika dia berlimpah harta ?"

Rasulullah Saw menjawab, "Kedaaan ketika dia miskin

lebih baik, sebab dia tidak disibukkan oleh urusan

dunia dan tekun beribadah. Jibril berkata, "Ya,

kecintaan terhadap dunia dan harta membuat manusia

melalaikan akhiratnya".

 

Jika engkau ingin mengembalikan kondisinya, ambilah dua

dirham yang telah engkau berikan. Kemudian, Rasulullah

Saw mengambil kembali dua dirham yang telah diberikan

kepada Saad. Beliau berkata, "Kembalikan dua dirham

yang telah aku berikan kepadamu. Saad menjawab, "Jika

ingin 200 dirham bisa saya berikan". Rasulullah

menukas,"Tidak, aku ingin dua dirham yang telah

kuberikan kepadamu. Lalu Saad memberikannya dan tidak

berapa lama keadaan Saad kembali seperti semula.