Suatu hari, Rasulullah saw pernah bersabda,
“Barangsiapa yang berada dalam 4 kondisi ini maka ia
sedang berada dalam Cahaya Allah yang Teragung.
1. Siapa yang menjadikan pelindung segala urusannya
adalah Syahadat (Asyhadu an la ilaha Illallah wa
asyhadu anna Muhammad Rasulullah)
2. Siapa yang ketika tertimpa musibah selalu berucap
(Inna lillah wa inna ilaihi Roji’un).
3. Siapa yang ketika mendapat kebaikan selalu berucap
(Alhamdulillahi Rabbil Alamin).
4. Siapa yang ketika melakukan kesalahan selalu
berucap (Astagfirullahaladzim wa atubu ilaihi- Aku
memohon ampun kepada Allah dan bertaubat kepada-Nya).”
4 Kondisi diatas adalah contoh bagaimana seorang dapat
mengingat Allah dan berhubungan dengan-Nya dalam
setiap kondisi. Disaat senang maupun susah, disaat
sulit ataupun mudah.
Karena di zaman modern ini, dzikir sudah sepi peminat.
Manusia telah disibukkan oleh kegiatan dan
pekerjaannya, hingga tak ada waktu lagi untuk
berdzikir dan mengingat-Nya.
Memang dzikir itu ringan, namun efeknya sangat
dahsyat. Jika tidak memiliki efek yang besar, tidak
mungkin Rasulullah saw selalu menganjurkan untuk
banyak-banyak berdzikir.
Dzikir adalah menyambung kembali hubungan diri kita
dengan Allah yang sering terputus. Terputus karena
kesibukan dan urusan yang tak kunjung habis.
Dzikir tak hanya ber-efek untuk urusan jiwa dan rohani
saja, bahkan dzikir itu juga berdampak pada kesehatan
fisik manusia. Karena didalam kalimat-kalimat itu
memancarkan energi positif yang sangat bermanfaat bagi
tubuh.
Maka jangan heran jika didalam Islam ada panduan
pengobatan menggunakan dzikir atau ayat-ayat Al-
Qur’an, karena itu semua bukanlah sekedar kalimat-
kalimat kosong. Semua yang berhubungan dengan Tuhan
pasti memiliki kekuatan dan keberkahan tersendiri.
Wahai yang Nama-Nya adalah obat
Dan mengingat-Nya adalah kesembuhan
(Kutipan Doa Nabi Khidir)