Haji; Miqat Pecinta dan Hamba Tuhan(2)
  • Judul: Haji; Miqat Pecinta dan Hamba Tuhan(2)
  • sang penulis:
  • Sumber: parstoday.com
  • Tanggal Rilis: 14:59:12 3-9-1403

Ibadah haji sebuah kewajiban bagi setiap Muslim, namun kewajiban ini memiliki tiga syarat. Pertama adalah kemampuan finansial, yakni ketika ia berhaji dan kemudian kembali dari tanah suci, kehidupan selanjutnya tidak akan bermasalah. Kedua adalah perjalanan aman dan tidak ada hambatan atau bahaya. Dan ketiga adalah kesehatan fisik.

Pelaksanaan haji penuh dengan pelajaran, kenangan, dan perasaan yang tak terlukiskan. Para peziarah Tanah Suci Makkah dan Madinah berada di suatu tempat yang sarat nuansa spiritual. Di setiap sudut tempat itu, mereka bisa menyaksikan jejak puluhan peristiwa dan sejarah besar Islam serta perjuangan Rasulullah Saw dalam menyebarkan Islam.

Haji dapat disebut sebagai bentuk memperbaiki janji dengan para Nabi seperti Adam, Ibrahim as, dan Nabi Muhammad Saw.

Dalam ritual haji dipaparkan model kehidupan baru. Gambaran sampul kehidupan di ritual ini adalah murni penghambaan kepada Allah Swt. Di dalamnya tidak ditemukan percekcokan, penzaliman dan diskriminasi. Para peziarah Baitullah dalam pengalaman spiritual indah ini belajar bahwa sebelum segala sesuatunya, dalam dirinya harus ditekankan bentuk dunia yang penuh dengan perdamaian dan kecintaan, baru kemudian ia menyebarkan tuntunan ini ke masyarakat sekitarnya. Allah Swt memberikan beberapa tahap bagi perjalanan spiritual ini, di mana para peziarah dan jamaah haji mengalami periode praktis demi membersihkan jiwa dan menjaga akhlak serta perilakunya dan pada akhirnya meraih moral Islami.

Sebelum bertolak ke bumi wahyu, para calon jamaah haji membutuhkan berbagai persiapan baik materi maupun maknawi. Calon jamaah haji harus membersihkan hatinya dari segala kekotoran dan ingatan selain Tuhan. Di ritual akbar ini, jamaah haji harus menfokuskan ingatannya hanya untuk mendekatkan diri kepada Allah dan mencari ridho-Nya. Menjaga prinsip moral dan akhlak baik sebelum maupun setelah ibadah haji kian menambah keindahan ritual akbar ini. Islam pun mengajarkan tata cara perjalanan spiritual ini. Tujuan utama ibadah haji adalah mencari keridhaan Allah dan mendekatkan diri kepada-Nya. Hal ini tidak mungkin diraih kecuali dengan niat tulus.

Para jamaah haji melepaskan diri mereka dari segala warna ketergantungan dengan melaksanakan manasik haji, memenuhi jamuan Tuhan dengan penuh cinta dan kerinduan dan mengenakan pakaian putih sebagai baju ihram. Pakaian sederhana ini telah mensejajarkan kedudukan manusia dan menjauhkan mereka dari atribut-atribut duniawi seperti pangkat, jabatan, dan kedudukan. Ibadah haji menempatkan manusia pada arena berbagai ujian konstruktif sehingga terdapat perubahan pada teladan pemikiran dan perilaku mereka. Namun perubahan internal ini tidak terwujud dalam keterasingan. Jamaah haji melaksanakan setiap tuntunan ibadah haji di tengah kerumunan manusia lain sehingga mereka bisa merasakan ikatan dan solidaritas antara dirinya dengan orang lain. Ritual ini merupakan indikasi atas ajaran Islam yang komprehensif dan mencakup segala hal.

Menjauh dari sikap emosi dan riya’, menghiasi diri dengan sifat taqwa dan memberikan harta di jalan Allah Swt, semuanya terwujud dalam sebuah keselarasan sosial. Orang-orang yang memiliki kemampuan untuk menunaikan ibadah haji harus segera melangkah menuju tanah suci dan memenuhi panggilan Allah Swt. Dalam surat Al-Hajj ayat 27 dan 28, Allah Swt berfirman: “Dan berserulah kepada manusia untuk mengerjakan ibadah haji, niscaya mereka akan datang kepadamu dengan berjalan kaki dan mengendarai onta yang kurus yang datang dari segenap penjuru yang jauh supaya mereka menyaksikan berbagai manfaat bagi mereka (dalam ibadah haji).”

Dalam ibadah haji, Allah Swt memberikan kesempatan kepada umat manusia untuk mencicipi atmosfir yang penuh dengan keakraban dan kedamaian. Dalam perhimpunan agung ini disodorkan berbagai teladan kehidupan yang berbeda-beda dan teladan utama kehidupan adalah menyembah Allah Swt dan menanggalkan baju kesombongan dan kecongkakan. Apa yang kita saksikan di tengah para jamaah haji adalah perdamaian dan persahabatan. Jamaah haji menghendaki keamanan dan ketentraman bagi seluruh hamba Allah Swt bahkan bagi tanaman dan binatang. Dengan rasa tanggung jawab ini, umat Islam akan menyaksikan manfaat luas ibadah haji di bidang budaya, sosial, ekonomi dan politik. Ini semua adalah berkah ibadah haji yang akan memperkuat ikatan emosional umat Islam.

Manasik haji kritalisasi beragam kondisi manusia yang menempuh perjalanan panjang dan penuh rintangan untuk bertemu dengan kekasihnya. Di kongres akbar ini, setiap individu ingin membersihkan dirinya, memoles jiwa dan mendekatkan diri kepada Allah Swt serta melepaskan diri dari keterikatan duniawi.

Mungkin pada awalnya kita berpikir bahwa kondisi ini sudah cukup, tapi sebenarnya di kongres akbar haji, ibadah individu ini bergabung dengan ibadah kolektif sehingga kian menambah nilai dan keagungan ritual ini. Gabungan antara individualisme dan amalan bersama di kongres haji ini menggambarkan peta politik sosial umat Islam. Di masyarakat Islam, individu dan sosial tidak saling mengorbankan demi sebuah kepentingan, tapi bersama-sama mereka menemukan makna serta berkembang.

Haji adalah contoh kecil dari kiamat dan kebangkitan besar di akhirat. Pemisahan manusia dari rumah dan pindah ke tanah yang jauh dengan harapan belas kasihan Tuhan adalah pertunjukan saat kematian dan pemisahan dari semua harta benda dan harta benda. Semua orang memasuki lautan luas ini tanpa hak istimewa, tanpa perbedaan apa pun, bersama-sama, berharap diterima dan takut ditolak oleh Allah. Orang kaya dan orang miskin datang ke Baitullah dengan baju yang sama.

Haji adalah contoh kecil dari masyarakat Islam yang superior dan manifestasi dari peradaban Islam yang baru. Selama musim haji, orang-orang dari berbagai ras, bahasa dan budaya berkumpul dari seluruh dunia dalam satu poros, yang merupakan deklarasi penghambaan kepada Allah Swt. Latihan persatuan tahunan ini sebenarnya adalah latihan universal umat Islam untuk pemerintahan dunia yang dipimpin oleh Imam Mahdi as.