Syarah Doa Kumail (Bagian 1)
  • Judul: Syarah Doa Kumail (Bagian 1)
  • sang penulis: Dikutip dari buku Ratapan Suci Para Sufi – Dr. Muhammad Fana’i Eskavari
  • Sumber:
  • Tanggal Rilis: 12:14:59 14-9-1403

Rahmat Yang Mahaluas

“Ya Allah aku memohon kepada-Mu dengan rahmat­Mu yang meliputi segala sesuatu”

Allahuma, tidak ada yang layak mendahului nama-Nya Yang Agung. Allah Maha Mengetahui segala hal. Dia Maha Mengetahui apa yang diresahkan oleh hamba-hamba-Nya. Dia tidak membutuhkan panggilan, namun sang hamba tetap memanggil-Nya karena ada permintaan khusus yang diinginkannya dan ada rahasia yang ingin diucapkannya kepada Sang Khalik.

Seruan ini untuk mencurahkan seluruh perasaan yang dipendamnya selama ini. Sang hamba yang hina-dina ingin memecahkan suasana dengan menyebut asma-asma-Nya sebab ada sesuatu yang menggelisahkan perasaan dirinya. Seorang hamba memang harus berusaha menarik perhatian Tuhan dan jangan membiarkan dirinya tersembunyi dari-Nya.

Sang hamba harus giat berusaha agar eksistensinya menjadi perhatian Allah Swt. Karena dengan demikian, ia mungkin memiliki doa yang patut diperhitungkan. Doa yang baik tidak hanya terucap secara terbata-bata di lidah tapi juga bergelora di dalam batinnya. Dirinya menyatu dengan doa.  Dirinya adalah keseluruhan doa tersebut.

Pengucapan Allahumma adalah bukti kehendak dan kepapaan yang dirasakan oleh si hamba. Kalimat ini tidak terlontar begitu saja tapi secara implisit mengandung suatu maksud tertentu kepada Sang Pemilik segala kebutuhan manusia.

Sesungguhnya aku meminta-Mu

Aku ini makhluk yang memiliki seluruh kelemahan. Aku selalu terkondisi dalam kekurangan. Hanya kepada­Mu kami mengharapkan bantuan. Permintaan dari yang rendah, tak berdaya, dan miskin akan diekspresikan dalam bahasa-bahasa yang santun, penuh kesadaran akan dirinya.

Umumnya, doa-doa diawali dengan pernyataan-pernyataan “aku meminta-Mu” seperti yang bisa dibaca dalam Doa Sahar misalnya. Kalimat yang diulang-ulang watak sang peminta.

Meminta adalah ekspresi yang hanya dilakukan oleh seseorang yang membutuhkan, yang tidak bisa  mencukupi dirinya sendiri, yang tersesat dalam derita kekurangan. Hanya Zat Yang Mahamulia, Yang Mahakuasa, yang akan bisa mengatasi segala masalah.

Satu-satunya yang menjembatani hubungan spiritual antara yang Mahakaya dan Mahakuasa secara mutlak dengan hamba yang papa dan hina-dina adalah dengan memohon, “Sesungguhnya aku memohon kepada-Mu”.

“Wahai orang-orang yang beriman, sesungguhnya kalian adalah manusia-manusia yang selalu membutuhkan (fakir) kepada Allah dan Allah adalah Mahakaya dan Maha Terpuji…” (QS. Fathir: 15)

Dengan Rahmat-Mu yang meliputi segala sesuatu

Permohonan itu dimulai dengan menyebutkan karakter rahmaniah dari Tuhan. Karena nama rahmat adalah jaminan bagi keterkabulan doa dan nama rahmat adalah panggilan yang tepat bagi seseorang yang menghajatkan sesuatu. Si hamba meminta sebab yakin Allah itu Maharahim.

Allah adalah Zat Yang Tunggal, Sederhana (Basith), mewadahi seluruh kesempurnaan yang mutlak. Untuk setiap sifat kamaliah-Nya, ada nama-nama yang menjadi simbol kesempurnaan,

“Hanya milik Allah-lah Asmaul-Husna, maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut Asmaul-Husna itu dan tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang dari kebenaran dalam (menyebut) nama-nama-Nya. Nanti mereka akan mendapat balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. al-A’raf: 180)

Sifat ar-Rahman dan ar-Rahim adalah dua nama yang paling penting. Hanya nama Allah yang mendahului kata ar-Rahman dan ar-Rahim. Ayat-ayat Alquran sering menggunakan nama-nama ini di awal-awal ayatnya. Ahli tauhid akan sering memulai segala sesuatu dengan mengucapkan basmalah, sebab ia selalu memerlukan bantuan-Nya dalam melakukan segala aktivitas.

Ayat-ayat Alquran lebih sering menyebutkan nama ‘Sang Pengasih’ (ar-Rahman) dibanding nama-nama-Nya yang lain. Seolah-seolah kedudukan nama ar-Rahman sebanding dengan nama Allah, “Berdoalah kepada Allah atau kepada ar-Rahman.”

“Rahmat Tuhan sangat luas dan meliputi segala sesuatu.
Duhai Tuhan, rahmat dan pengetahuan-Mu meliputi segala sesuatu”

Ilmu Tuhan meliputi segala sesuatu dan tidak ada yang tidak diketahui oleh-Nya, demikian juga rahmat Tuhan melimpah di mana-mana. Bahkan Allah Swt juga memerintahkan Nabi-Nya agar mengatakan bahwa Tuhan adalah pemilik kasih-sayang.

“Katakanlah, (Bahwa) Tuhan kalian adalah Pemilik rahmat yang sangat luas.” (QS. al-An’am: 147)

Dan pada kenyataanya Tuhan memang sangat sayang kepada hamba-hamba-Nya. Imam-imam suci a.s. sering menyebutkan tentang sifat-sifat kasih-sayang Tuhan yang sangat luas. Imam Ja’far Shadiq a.s. berkata: “Di hari Kiamat, rahmat Tuhan akan menjelma sehingga setan pun merasa harus mendapatkannya.”

Rahmat adalah inheren dengan Zat Tuhan. Menurut ayat Alquran bahkan Tuhan mewajibkan Diri-Nya dengan rahmat ini (kataba ‘ala nafsihir-Rahmah). Dia tidak saja Rahim tapi Arhamur-Rahimin (Yang Sangat Pengasih di antara para pengasih) dan seluruh kesempurnaan adalah milik-Nya. Tidak ada satu pun yang dapat menandingi-Nya. Karena rahmat-Nya, Dia mengutus para rasul, menciptakan alam dan sebagainya.

Rahmat rahmaniah Tuhan identik dengan fuyudhat (karunia-karunia) takwini-Nya yang meliputi segala entitas. Semua orang akan mendapatkan rahmat, baik itu manusiakafir yang tidak percaya kepada Tuhan atau pun seorang Mukmin. Tuhan tidak mengecualikan di antara mereka. Seluruh hamba-Nya harus mendapatkan rahmat-Nya.

Dia adalah Pemberi rahmat (ar-Rahman) dan yang lain mendapatkan rahmat-Nya (al-Marhum). Orang-orang yang beriman akan memperoleh rahmat rahimiah dan hidayah serta ampunan-Nya, Ya Rahman bi ibadihil-Mukminin (Wahai Yang Maha Penyayang terhadap hamba-hamba-Nya yang Mukmin).

Walakinna-illaha dzu fadhlin adalah ekspresi tentang rahmat Allah yang menyebar ke mana-mana. Sementara Wallahu dza fadhlin ‘alal-mu’minina (Dan Allah sangat mengutamakan orang-orang yang beriman).

Rahmat rahmaniah mencakup segala sesuatu; melebar ke segala entitas tak terbatas. Namun, ada rahmat yang tidak bisa diraih begitu saja tanpa usaha dari si hamba. Rahmat ini terikat dengan keinginan dan perbuatan si hamba. Rahmat itu tergantung pada iman dan amal saleh,

“Sesungguhnya rahmat Allah itu dekat kepada orang-orang yang berbuat baik…” (QS. al-A’raf: 56)

“Adapun orang-orang yang beriman kepada Allah dan berpegang teguh dengan-Nya maka Dia akan memasukkannya pada rahmat dan keutamaan-Nya dan Dia akan membimbing mereka ke jalan yang lurus…” (QS. an-Nisa: 175)

Wujud segala maujud adalah efek dari rahmat al-Haq. Eksistensi rahmat-Nya yang spesial adalah memberi hidayah manusia; yaitu dengan mengutus rasul-rasul, “Tidaklah Kami mengutus kalian kecuali untuk menjadi rahmat bagi seluruh alam…” (QS. al-Anbiya: 107)

“Dan Kami menurunkan dari Alquran apa yang menjadi penyembuh dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan tidak ada yang menambahi orang-orang zalim kecuali kerugian…” (QS. al-Isra: 82)

Bersambung…