Tersebutlah cerita tentang seorang Mujahid muslim, dia adalah orang penting di lembaga besar yakni Hizbullah, sebut saja nama beliau dengan Imad Mughniyah, insyaAllah nama ini bukan nama asing bagi kita semua. Seorang mujahid besar yang memiliki perang penting dalam membela Islam.
Pimpinan tertinggi hizbullah maupun Rahbar pemimpin Agung Sayid Ali Khameneipun mengakui secara langsung kebesaran pribadiya. Pada tulisan kali ini saya tidak ingin mengupas siapa itu Imad Mughniyah tapi hanya ingin menelusur sisi lain dari kesyahidan beliau, sebuah sisi yang berkaitan erat dengan pengenalan musuh, pengenalan musuh-musuh Islam. Sebuah bekal untuk menjaga persatuan dan ukhuwah kita sesama muslim, sebuah kekuatan untuk mendorong motor perjuangan dan menghindarkan diri kita dari jalan-jalan sumbatan keberhasilan.
Disebutkan bahwa ketika Imad Mughniyah syahid, keluarga beliau tidak memiliki foto kecil darinya namun secara menakjubkan ternyata setan kecil Israel memiliki foto beliau lengkap dari kecil, remaja hingga dewasa. Apakah isitimewanya sebuah foto? Disini bukan masalah foto yang ingin saya bahas melainkan informasi, yah, informasi adalah sebuah media yang sangat kuat untuk membantu atau untuk menghancurkan pihak lain. Sebuah media yang bisa menjadi motor atau sebaliknya menjadi batu batu terjal yang mempersulit arus perjuangan atau bahkan menggagalkannya.
Kita juga sering mendengar bahwa jejaring sosial semacam fb, twiter dll adalah sebuah media yang menampung berbagai macam informasi dan informasi ini tidak hanya dimiliki oleh pengelola jejaring sosial ini namun juga diberikan atau lebih tepatnya dijual pada pihak tertentu yang berkepentingan didalamnya. Jejaring-jeraring sosial ini adalah mata-mata yang senantiasa mengawasi member penggunanya.
Sekarang mari kita kepokok pembahasan, apakah tulisan kita selalu menjadi hal pribadi yang bisa kita perlakukan semau kita entah itu menyangkut orang lain atau tidak? Tulisan kita adalah wewenang kita namun ketika menyangkut hak dan pribadi orang lain maka jelas tidak lagi menjadi satu hal yang bisa seenaknya kita perlakukan, isi tulisan kita tentang orang lain terutama yang menyangkut pribadi orang lain semestinya kita konfirmasikan terlebih dulu pada pihak terkait. Ketika isinya sesuai kebenaran tapi jika pihak terkait tidak berkenan informasi itu disebarluaskan jelas kita sedang mengusik privasi orang, mengganggu hak orang lain, dan kita tahu ketika kita berdosa pada seseorang lalu kita bertaubat kehadapan Allah maka Allah tidak akan memaafkan kecuali pihak yang kita sakiti sudah memberikan maaf. Sebaliknya ketika isinya tidak sesuai kebenaran entah itu masalah positif atau negatif jelas ini bisa menjadi fitnah.
Dalam ilmu bela diri semakin banyak informasi yang dimiliki lawan tentang kita maka itu akan menjadikan lawan akan semakin mudah dalam menemukan titik-titik lemah yang kita miliki, walaupun informasi yang dimiliki lawan adalah semua kelebihan dan kekuatan kita.
Haruskah kita kita menyebarkan informasi orang-orang yang kita kenal semau kita atas nama ekspresi menulis untuk mengembangkan kemampuan kita dalam menulis, atau hanya sekedar kebahagiaan sepintas lalu yang jelas tidak karuan kemana arah tujuannya, tidak jelas pahala atau siksa hasilnya.
Dengan semua tujuan positif dari tulisan yang kita tulisa tidak salah kalau kita juga melihat ulang sisi negatif yang mungkin terkandung dalam tulisan kita, bisa jadi sebuah tulisan positif untuk satu pihak namun disaat yang sama tulisan itu bernilai negatif jika ditimbang dengan parameter lain.
Sebagai sebuah contoh, kita memberikan foto kenang-kenangan yang kita miliki dengan kawan kita, satu sisi itu positif dengan melihat itu sebagai tanda adanya perhatian kita pada kawan kita tersebut namun sisi lain, bisa jadi itu juga negatif untuknya karena musuhnya bisa menggunakan itu sebagai sebuah informasi yang digunakan untuk menghancurkan teman kita. Begitu juga dengan tulisan tentang kelebihan teman-teman kita, satu sisi bisa berdampak positif tapi sisi lain hal itu juga bisa berdampak negatif.
Jadilah pemimpi(n) yang bijak dalam mengelola informasi orang-orang disekitar kita. Menghormati privasi orang adalah penghormatan pada privasi kita sendiri. Cerdas dalam berinformasi.
Semoga Allah meluaskan hati, dan menguatkan semangat juang dijalan-Nya. Mendidik kita untuk cerdas dengan jemari kita dan lisan kita. []
Pimpinan tertinggi hizbullah maupun Rahbar pemimpin Agung Sayid Ali Khameneipun mengakui secara langsung kebesaran pribadiya. Pada tulisan kali ini saya tidak ingin mengupas siapa itu Imad Mughniyah tapi hanya ingin menelusur sisi lain dari kesyahidan beliau, sebuah sisi yang berkaitan erat dengan pengenalan musuh, pengenalan musuh-musuh Islam. Sebuah bekal untuk menjaga persatuan dan ukhuwah kita sesama muslim, sebuah kekuatan untuk mendorong motor perjuangan dan menghindarkan diri kita dari jalan-jalan sumbatan keberhasilan.
Disebutkan bahwa ketika Imad Mughniyah syahid, keluarga beliau tidak memiliki foto kecil darinya namun secara menakjubkan ternyata setan kecil Israel memiliki foto beliau lengkap dari kecil, remaja hingga dewasa. Apakah isitimewanya sebuah foto? Disini bukan masalah foto yang ingin saya bahas melainkan informasi, yah, informasi adalah sebuah media yang sangat kuat untuk membantu atau untuk menghancurkan pihak lain. Sebuah media yang bisa menjadi motor atau sebaliknya menjadi batu batu terjal yang mempersulit arus perjuangan atau bahkan menggagalkannya.
Kita juga sering mendengar bahwa jejaring sosial semacam fb, twiter dll adalah sebuah media yang menampung berbagai macam informasi dan informasi ini tidak hanya dimiliki oleh pengelola jejaring sosial ini namun juga diberikan atau lebih tepatnya dijual pada pihak tertentu yang berkepentingan didalamnya. Jejaring-jeraring sosial ini adalah mata-mata yang senantiasa mengawasi member penggunanya.
Sekarang mari kita kepokok pembahasan, apakah tulisan kita selalu menjadi hal pribadi yang bisa kita perlakukan semau kita entah itu menyangkut orang lain atau tidak? Tulisan kita adalah wewenang kita namun ketika menyangkut hak dan pribadi orang lain maka jelas tidak lagi menjadi satu hal yang bisa seenaknya kita perlakukan, isi tulisan kita tentang orang lain terutama yang menyangkut pribadi orang lain semestinya kita konfirmasikan terlebih dulu pada pihak terkait. Ketika isinya sesuai kebenaran tapi jika pihak terkait tidak berkenan informasi itu disebarluaskan jelas kita sedang mengusik privasi orang, mengganggu hak orang lain, dan kita tahu ketika kita berdosa pada seseorang lalu kita bertaubat kehadapan Allah maka Allah tidak akan memaafkan kecuali pihak yang kita sakiti sudah memberikan maaf. Sebaliknya ketika isinya tidak sesuai kebenaran entah itu masalah positif atau negatif jelas ini bisa menjadi fitnah.
Dalam ilmu bela diri semakin banyak informasi yang dimiliki lawan tentang kita maka itu akan menjadikan lawan akan semakin mudah dalam menemukan titik-titik lemah yang kita miliki, walaupun informasi yang dimiliki lawan adalah semua kelebihan dan kekuatan kita.
Haruskah kita kita menyebarkan informasi orang-orang yang kita kenal semau kita atas nama ekspresi menulis untuk mengembangkan kemampuan kita dalam menulis, atau hanya sekedar kebahagiaan sepintas lalu yang jelas tidak karuan kemana arah tujuannya, tidak jelas pahala atau siksa hasilnya.
Dengan semua tujuan positif dari tulisan yang kita tulisa tidak salah kalau kita juga melihat ulang sisi negatif yang mungkin terkandung dalam tulisan kita, bisa jadi sebuah tulisan positif untuk satu pihak namun disaat yang sama tulisan itu bernilai negatif jika ditimbang dengan parameter lain.
Sebagai sebuah contoh, kita memberikan foto kenang-kenangan yang kita miliki dengan kawan kita, satu sisi itu positif dengan melihat itu sebagai tanda adanya perhatian kita pada kawan kita tersebut namun sisi lain, bisa jadi itu juga negatif untuknya karena musuhnya bisa menggunakan itu sebagai sebuah informasi yang digunakan untuk menghancurkan teman kita. Begitu juga dengan tulisan tentang kelebihan teman-teman kita, satu sisi bisa berdampak positif tapi sisi lain hal itu juga bisa berdampak negatif.
Jadilah pemimpi(n) yang bijak dalam mengelola informasi orang-orang disekitar kita. Menghormati privasi orang adalah penghormatan pada privasi kita sendiri. Cerdas dalam berinformasi.
Semoga Allah meluaskan hati, dan menguatkan semangat juang dijalan-Nya. Mendidik kita untuk cerdas dengan jemari kita dan lisan kita. []