Kaya dan miskin tak pernah menjadi ukuran kemuliaan di mata Allah swt. Bagi Allah, harta duniawi adalah hal yang paling tak berarti, buktinya orang-orang kafir pun juga mendapat limpahan rezeki dari-Nya.
Tak hanya itu, terkadang orang miskin lebih memiliki kemuliaan di sisi-Nya. Buktinya Allah Menghapus pahala sedekah jika disertai dengan menyakiti hati si penerima, karena Allah Ingin Menjaga hati hamba-hamba-Nya yang kurang mampu.
قَوْلٌ مَّعْرُوفٌ وَمَغْفِرَةٌ خَيْرٌ مِّن صَدَقَةٍ يَتْبَعُهَا أَذًى
“Perkataan yang baik dan pemberian maaf lebih baik daripada sedekah yang diiringi tindakan yang menyakiti.” (QS.Al-Baqarah:263)
Pahala sedekah akan habis tak bersisa jika di iringi dengan sikap atau perkataan yang menyakiti hati si penerima. Tak hanya itu, Al-Qur’an pun menjelaskan akibat yang dahsyat dari menghina orang miskin.
Mari kita simak kisah berikut ini :
Dalam Surat Al-Kahfi ayat 32-42, Allah Menceritakan tentang saudagar kaya yang memiliki dua kebun. Kekayaannya begitu melimpah karena kebun ini begitu indah, subur dan menghasilkan banyak buah. Namun sayangnya, kekayaan itu membuatnya sombong dan menghina temannya yang miskin.
وَكَانَ لَهُ ثَمَرٌ فَقَالَ لِصَاحِبِهِ وَهُوَ يُحَاوِرُهُ أَنَا أَكْثَرُ مِنكَ مَالاً وَأَعَزُّ نَفَراً
Dan dia memiliki kekayaan besar, maka dia berkata kepada kawannya (yang beriman) ketika bercakap-cakap dengan dia, “Hartaku lebih banyak daripada hartamu dan pengikutku lebih kuat.” (QS.Al-Kahfi:34)
Kesombongannya telah menyakiti hati temannya yang kurang mampu ini. Kemudian kata-katanya semakin menjadi-jadi, “Aku kira kebun ini tak akan binasa selamanya dan Hari Kiamat pun tak akan datang..”
Setelah terjadi dialog yang cukup panjang, kemudian temannya yang miskin itu menjawab :
فَعَسَى رَبِّي أَن يُؤْتِيَنِ خَيْراً مِّن جَنَّتِكَ وَيُرْسِلَ عَلَيْهَا حُسْبَاناً مِّنَ السَّمَاءِ فَتُصْبِحَ صَعِيداً زَلَقاً – أَوْ يُصْبِحَ مَاؤُهَا غَوْراً فَلَن تَسْتَطِيعَ لَهُ طَلَباً
Maka mudah-mudahan Tuhan-ku, akan memberikan kepadaku (kebun) yang lebih baik dari kebunmu (ini); dan Dia Mengirimkan petir dari langit ke kebunmu, sehingga (kebun itu) menjadi tanah yang licin, atau airnya menjadi surut ke dalam tanah, maka engkau tidak akan dapat menemukannya lagi.” (QS.Al-Kahfi:40-41)
Disinilah letak bahayanya, ketika seorang miskin telah tersakiti maka ucapannya adalah doa. Dan Allah tidak akan membiarkan hamba-Nya terlantar tanpa pembela.
Pada akhirnya, doa seorang yang tersakiti ini dikabulkan. Maka seluruh isi kebun itu hancur dan binasa, hingga tak ada lagi yang tersisa kecuali penyesalan dari si kaya.
وَأُحِيطَ بِثَمَرِهِ فَأَصْبَحَ يُقَلِّبُ كَفَّيْهِ عَلَى مَا أَنفَقَ فِيهَا وَهِيَ خَاوِيَةٌ عَلَى عُرُوشِهَا وَيَقُولُ يَا لَيْتَنِي لَمْ أُشْرِكْ بِرَبِّي أَحَداً
Dan harta kekayaannya dibinasakan, lalu dia membolak-balikkan kedua telapak tangannya (tanda menyesal) terhadap apa yang telah dia belanjakan untuk itu, sedang pohon anggur roboh bersama penyangganya lalu dia berkata, “Betapa sekiranya dahulu aku tidak mempersekutukan Tuhan-ku dengan sesuatu pun.” (QS.Al-Kahfi:42)
Kisah kedua diabadikan dalam Surat Al-Qalam ayat 17-33. Kisah ini ingin membuktikan bahwa menyakiti orang miskin memiliki imbas yang begitu dahsyat.
Hari esok adalah jadwal panen besar. Para pemilik kebun berkumpul untuk merencanakan panen ini, mereka pun bersepakat untuk datang lebih awal yaitu di waktu subuh, agar tidak ada orang miskin yang datang dan meminta bantuan.
Di saat mereka tidur, datanglah bencana dan merusak seluruh hasil panen mereka.
فَطَافَ عَلَيْهَا طَائِفٌ مِّن رَّبِّكَ وَهُمْ نَائِمُونَ
“Lalu kebun itu ditimpa bencana (yang datang) dari Tuhan-mu ketika mereka sedang tidur.” (QS.Al-Qalam:19)
Para pemilik kebun belum tau apa yang terjadi, mereka tetap ingin menjalankan rencana sebelumnya.
أَن لَّا يَدْخُلَنَّهَا الْيَوْمَ عَلَيْكُم مِّسْكِينٌ – وَغَدَوْا عَلَى حَرْدٍ قَادِرِينَ – فَلَمَّا رَأَوْهَا قَالُوا إِنَّا لَضَالُّونَ
“Pada hari ini jangan sampai ada orang miskin masuk ke dalam kebunmu.”
Dan berangkatlah mereka di pagi hari dengan niat menghalangi (orang-orang miskin) padahal mereka mampu (menolongnya).
Maka ketika mereka melihat kebun itu, mereka berkata, “Sungguh, kita ini benar-benar orang-orang yang sesat…”
(QS.Al-Qalam: 24-26)
Dua kisah ini ingin menjelaskan akibat yang dahsyat dari menyakiti orang-orang miskin. Mereka memang dipandang remeh oleh manusia, mereka mungkin tak memiliki pembela. Tapi berhati-hatilah, pembela mereka adalah Allah swt.
Bahkan Rasul pun pernah berpesan agar kita berhat-hati dalam memperlakukan orang yang kurang mampu karena mereka akan punya kekuasaaan di Hari Kiamat kelak.
Semoga yang belum mampu diberi kemudahan oleh Allah dan yang telah memiliki kelebihan diberi dada yang lapang untuk berbagi kepada sesama.