Dosa-dosa Besar dan Dosa-dosa Kecil (I)
  • Judul: Dosa-dosa Besar dan Dosa-dosa Kecil (I)
  • sang penulis: Dasteghib
  • Sumber:
  • Tanggal Rilis: 0:45:42 4-9-1403



Menjauhi Dosa-dosa Besar Sebabkan Dosa-dosa Kecil Diampuni
Jika orang menjauhi dosa-dosa besar, dosa-dosa kecil akan diampuni, Allah Yang Mahakuasa, dengan kelembutan-Nya, memaafkan dosa-dosa kecil. Sebagaimana disebutkan dalam ayat al-Quran berikut, Jika kamu menjauhi dosa-dosa besar di antara dosa-dosa yang dilarang kamu mengerjakannya, niscaya Kami hapus kesalahan-kesalahanmu (dosa-dosamu yang kecil) dan Kami masukkan kamu ke tempat yang mulia (surga). (QS an-Nisa:31)


Pintu-pintu Surga Dibuka bagi Orang-orang yang Takwa
Nabi saw diriwayatkan telah bersabda, "Aku bersumpah demi Allah, yang dalam kekuasaan-Nya hidupku, tidak satu orang pun yang mendirikan salat lima kali sehari, puasa fardhu di bulan Ramadhan, dan menjauhi dosa-dosa yang pintu-pintu surga tidak akan dibukakan baginya." Intinya, pintu-pintu surga akan dibukakan bagi orang yang mendirikan salat lima kali sehari, puasa di bulan Ramadhan, dan menjauhi dosa-dosa. Setelah ini Nabi membacakan ayat al-Quran di atas. (Tafsir Minhaj ash-Shadiqin)


Syafaat
Seseorang yang melakukan sebuah dosa besar dan tidak bertaubat atasnya, adalah seorang yang zalim. Salat di belakangnya tidak diperbolehkan (ia tidak boleh memimpin salat jamaah). Kesaksiannya tidak dapat diterima. Setelah kematian, ia mungkin mendapatkan hukuman Tuhan. Dengan kelembutan Allah, orang semacam itu mungkin mendapatkan keselamatan; dan kelembutan Allah yang menjadikan ini mungkin terjadi adalah syafaat Muhammad saw dan Ahlulbaitnya as.

Dalam sebuah hadisnya, Nabi suci saw berkata, "Syafaatku diperuntukkan bagi orang-orang pendosa di kalangan pengikutku." (Bihar al-Anwar, jilid 3)
Nabi saw juga berkata, "Syafaatku dikhususkan untuk orang-orang pendosa di antara pengikutku. Namun mereka yang menjauh dari dosa-dosa besar, bagi mereka tidak ada hisab (atas amal-amal mereka)." Yakni, mereka akan dimasukkan ke dalam surga seketika.


Syafaat Bukanlah Izin untuk Berbuat Dosa
Hampir tidak ada keraguan mengenai hakikat syafaat. Sebenarnya itu merupakan hak yang diberikan kepada Nabi saw dan para imam maksum as, oleh Allah, untuk menunjukkan keagungan dan kedudukan mereka. Tujuan lain dari syafaat adalah untuk memperjelas penghormatan atas mereka. Orang-orang yang telah melakukan dosa-dosa besar akan dipercayakan kepada mereka. Dengan kelembutan syafaat mereka orang-orang berdosa akan bisa menaiki puncak-puncak ketinggian seperti halnya kelompok manusia lainnya. Semua ini merupakan bukti dari al-Quran suci dan riwayat-riwayat sahih. Ini juga jelas dari hadis-hadis mutawatir. Tidaklah penting menyampaikan hadis-hadis seperti itu untuk pembahasan yang ringkas dalam buku ini.
Satu hal yang mesti ditekankan di sini. Syafaat semestinya tidak dianggap sebagai izin untuk melakukan perbuatan dosa atau menjadikan orang lalai dari taubat.


Bunuh Diri dalam Harapan Keselamatan
Berbuat dosa dan tidak bertaubat dengan mengharapkan syafaat ibarat mengkonsumsi racun atau meletakkan tangan di mulut ular dengan harapan bahwa seorang dokter akan tiba dan menyembuhkanmu. Hal ini berlawanan dengan logika, karena setelah meminum racun tidak bisa dipastikan bantuan medis tersedia. Meski dokter dan paramedis tiba pada waktunya, tetaplah sulit untuk mengatakan bahwa kehidupan akan diselamatkan. Karena sebelum obat itu dapat memberi efek sembuh, racun tersebut mungkin menyebar hingga ke seluruh tubuh, dan kematian bisa terjadi.

Demikian pula halnya, orang yang melakukan perbuatan-perbuatan kasar dengan harapan bahwa ia akan disyafaati setelah kematian; tidak bisa yakin bahwa syafaat akan datang untuk menyelamatkannya dengan segera.


Tiga Jenis Kematian
Imam Muhammad Taqi as telah meriwayatkan dari leluhurnya bahwa Amirul Mukminin Ali ditanya oleh seseorang ihwal kematian. Beliau menjawab as, "Anda telah datang kepada orang yang berilmu." "Kematian terjadi kepada seseorang dalam salah satu dari tiga cara berikut: ia diberi berita-berita gembira dari karunia-karunia abadi, atau diberi tahu ganjaran yang kekal atau ia tetap dalam kengerian dan ketakutan yang abadi.

"Urusannya tetap tidak dapat diputuskan dan diprediksi, dan tidak diketahui mengenai jenis masa depan yang menantinya. Maka (engkau harus tahu) bahwa pengikut kami, (adalah) yang menaati perintah kami dan tidak berbuat dosa, diberi kabar-kabar gembira dari karunia-karunia abadi. Namun penentang kami akan dimasukkan ke dalam azab Ilahi selamanya. Dan orang yang berbuat zalim pada dirinya dan yang menyakitinya akan ditemukan dalam kondisi tidak menentu. Tidak mengetahui masa depan apa yang akan ditempuh. Orang tersebut adalah pendosa yang kematiannya akan disertai dengan kengerian dan ketakutan. Namun Allah tidak menganggapnya pada level yang sama sebagaimana musuh kami. Sebaliknya, ia akan diangkat dari neraka karena syafaat kami.

"Maka, berbuat baiklah dan patuhi perintah-perintah Allah. Jangan meremehkan murka Allah. Tentu saja, ada orang-orang seperti itu yang tidak akan mampu untuk menerima syafaat kami sampai setelah tiga ratus ribu tahun." (Bihar al-Anwar, jilid 3, dinukil dari Ma'ani al-Akhbar)