Dosa-dosa Besar dan Dosa-dosa Kecil (2)
'Aku Mencemaskan Barzakhmu'
Umar bin Yazid mengatakan, "Saya bertanya kepada Imam Jafar Shadiq as, 'Saya mendengar Anda mengatakan bahwa semua Syi'ah kami akan memasuki surga betapapun mereka berbuat dosa?"
Imam menjawab, 'Demi Allah, aku benar-benar mengatakannya. Mereka semua akan masuk surga.' Kemudian saya bertanya lagi, 'Jiwaku tebusanmu, sekalipun dosa-dosa mereka begitu besar?'
Imam menjawab, 'Kalian semua (Syi'ah) akan memasuki surga dengan syafaat Nabi saw atau para khalifahnya (imam) pada hari kiamat. Tetapi demi Allah aku mencemaskan barzakhmu.'
Saya bertanya, 'Apa itu barzakh?' Beliau menjawab, 'Barzakh adalah kubur. Lamanya berkisar dari masa kematian hingga hari kiamat.'" (Al-Kafi)
Air Mata Darah
Nabi saw memanggil Ibnu Mas'ud dan menyampaikan sejumlah petuah kepadanya. Beliau berkata dalam hal ini.
"Jangan pernah meremehkan perbuatan dosa dan menganggapnya kecil dan menjauhlah dari dosa-dosa besar karena pada Hari Pengadilan, ketika hamba tersebut memperhatikan dosa-dosanya, air mata darah dan nanah akan mengalir dari matanya. Pada saat itu Allah akan berfirman, "Inilah hari ketika setiap orang akan menyaksikan amal-amal baik atau buruknya, dan seandainya ada jarak yang luas antara mereka dan dosa-dosa mereka." (Bihar al-Anwar, jilid 17)
Diriwayatkan juga dari Nabi saw bahwa beliau berkata, "Sesungguhnya satu orang akan terus terpenjara di neraka selama seratus tahun untuk setiap dosa (yang ia lakukan)." (al-Kafi)
Tidak Ada Syafaat Bagi Mereka yang Meremehkan Salat
Menyepelekan cahaya salat terhitung sebagai perbuatan dosa besar. Disebutkan dalam sejumlah riwayat bahwa orang yang meremehkan salat tidak berhak mendapatkan syafaat. Karena itu, Imam Jafar Shadiq as berkata, "Syafaat kami bukan bagi orang-orang yang meremehkan salat."
Imam Jafar Shadiq juga berkata, "Syafaat kami bukan bagi mereka yang mengenteng-entengkan salat." (Bihar Al-Anwar, jilid 3)
Diriwayatkan dari Nabi saw bahwa beliau berkata, "Barang siapa yang meremehkan salat bukan golonganku. Demi Allah, ia tidak termasuk golonganku. Demi Allah, ia tidak dapat mendekatiku di telaga Kautsar." (Bihar al-Anwar)
Hadis-hadis di atas menerangkan bahwa tidak menghindari dosa, melakukan dosa secara terang-terangan dan kemudian bertaubat dengan harapan mendapatkan syafaat adalah ketololan dan merupakan tanda kesombongan dan kebodohan.
Banyak Dosa Hancurkan Iman
Apa yang telah disebutkan dalam pembahasan syafaat menyatakan bahwa syafaat muncul sebagai penyelamat ketika orang yang bersangkutan meninggal dengan keimanan yang benar. Kadang-kadang terjadi karena banyak berbuat dosa dan menunda-nunda taubat, keimanan pada agama terkikis dari hati.
Sebagai akibatnya, ia memasuki batas keraguan dan sampai pada titik kekufuran. Pada saat itu, jika ia diambil nyawanya, orang tersebut serupa dengan orang yang telah meminum racun dengan harapan palsu bahwa dokter akan menyelamatkan nyawanya. Namun ketika dokter tiba, kematian telah mendahuluinya. Apa yang dokter bisa lakukan untuk menyembuhkannya? Dengan cara yang sama, permintaan kepada pemberi syafaat menjadi sia-sia bagi orang yang meninggal sebagai seorang yang tak beriman, kafir.
Maka tidak berguna lagi bagi mereka syafaat dari orang-orang yang memberikan syafaat. (QS al-Muddatsir: 48)
Untuk membuktikan pernyataan saya, saya menyarankan untuk mengutip satu ayat dari al-Quran suci dan dua hadis berikut.
Kemudian, akibat orang-orang yang mengerjakan kejahatan adalah (azab) yang lebih buruk, karena mereka mendustakan ayat-ayat Allah dan mereka selalu memperolok-oloknya. (QS ar-Rum: 10)
Dosa Menghitamkan Hati
Hadis pertama dilaporkan dari Imam Jafar Shadiq as yang mengatakan, "Tidak ada seorang manusia yang tidak memiliki titik putih di hatinya. Apabila ia melakukan sebuah dosa, sebuah noktah hitam muncul dari titik (putih) ini. Jika ia bertaubat, noktah hitam akan lenyap, namun jika ia tenggelam dalam dosa dan terus menerus melakukan dosa, noktah hitam itu akan bertambah banyak sampai ia menutupi titik putih seluruhnya. Ketika titik putih itu sepenuhnya tertutupi oleh noktah hitam, pemilik hati ini tidak akan pernah kembali kepada kebaikan. Hadis ini selaras dengan firman Allah, Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutup hati mereka. (QS al-Muthaffifin: 14).
Hati yang Hitam Kelam Kebal dari Nasehat dan Bimbingan
Manusia yang hatinya hitam kelam sepenuhnya kebal dari setiap nasehat dan bimbingan karena dosa-dosa mereka menyebabkan kegelapan tersebar luas ke hati mereka. Matinya mata batin mencegah mereka dari melihat kebenaran ataupun mereka tidak dapat mengenali kebenaran tersebut ketika mereka melihatnya. Mereka tidak dapat menerima setiap peringatan dan kembali pada jalan kebaikan. Dalam hal inilah Imam Shadiq as menguraikan, "Seseorang yang berniat untuk berbuat dosa tetapi tidak melakukannya, tetapi kadang-kadang melakukannya; Allah melihatnya dan berkata, 'Demi keagungan-Ku, setelah ini Aku tidak akan pernah memaafkanmu."
Menurut riwayat lain, pendosa tersebut dijauhkan dari rahmat Allah karena dosanya. Ia pun tidak mempunyai dorongan untuk bertaubat, karena itu dosanya tidak pernah diampuni. Allamah Majlisi ra menulis dalam catatan penjelas untuk hadis di atas: "Maksud hadis Imam Jafar Shadiq as ini adalah bahwa Imam memerintahkan kita untuk takut kepada segala jenis dosa karena setiap dosa tampak seperti demikian sehingga ia tidak mungkin untuk diabaikan."
Takutlah pada Dosa-dosa Masa Lalu
Orang-orang beriman harus senantiasa takut pada dosa-dosa yang dilakukan di masa masa lalu dan harus menangisinya karena kita tidak tahu yang manakah dari dosa-dosa kita yang bisa menyebabkan kehancuran. Imam as tidak menginformasikan kepada kita dosa yang bisa kita abaikan dan tetap kehilangan rahmat Allah. Akan tetapi, sudah pasti bahwa dosa yang untuk itu kita belum bertaubat, niscaya menghalangi keselamatan kita. Maka itu, kita mesti memasuki ranah karunia Allah melalui pintu taubat. Kita harus bertaubat secara tulus akan dosa-dosa tersebut, yang terlupakan oleh kita dan khususnya memohon ampunan atas dosa-dosa tersebut yang kita ingat. Cara bertaubat akan dijelaskan kemudian, insya Allah.
Syafaat Tidak Akan Memunculkan Harapan Semua ataupun Sebab Menjadi Sombong
Pembahasan sebelumnya telah menunjukkan bahwa elemen syafaat tidak menjadi sebab arogansi dan kedurhakaan. Sebaliknya, syafaat memberikan kekuatan ke dalam suatu keadaan putus asa. Ia menciptakan pada dirinya kebiasaan bertaubat dengan antusias, dengan sungguh-sungguh. Pada akhirnya, ia mampu mencapai derajat yang tinggi dan meraih Tuhan Semesta alam.
Ketakutan dan Kekhawatiran pada Dosa-dosa Tetaplah Penting
Semestinya tidak terjadi bahwa seorang yang penuh harapan ketaatan saat yang sama juga jahil. Bersama dengan sayap harapan, takut pada Allah juga merupakan kemestian. Karena ketakutan tidaklah bertolak belakang dengan syafaat. Orang yang penuh harapan pada karunia dan rahmat Allah Swt mungkin juga mengalami ketakutan. Jika tidak, ia tidak bisa meraih syafaat dari para pemimpinnya [Nabi saw dan para imam as] untuk waktu yang sangat lama. Dengan kata lain, orang tersebut akan mampu menerima syafaat hanya setelah didera dengan siksa kubur untuk waktu yang sangat lama. Sementara itu, ketakutan, kengerian, penderitaan, dan kesengsaraan yang ia alami, bisa menjadi alas an baginya untuk mendapatkan syafaat dari Ahlulbait yang disucikan. Hal ini juga bisa mendorongnya untuk terus terikat dengan mereka.