Mengenal Perempuan Dalam Al-Quran (17)
  • Judul: Mengenal Perempuan Dalam Al-Quran (17)
  • sang penulis:
  • Sumber: parstoday.comm
  • Tanggal Rilis: 17:41:46 1-9-1403

Salah satu perempuan penuh pengorbanan yang menyerahkan hidupnya demi melindungi dan mempromosikan nilai-nilai ilahi adalah istri Nabi Ayyub as.

Perempuan bagian dari penciptaan Allah yang luar biasa, sama seperti pria yang harus melewati jalur transenden dan kesempurnaan. Menurut pandangan Islam, perempuan yang berada di setiap masyarakat manusia yang sehat, memiliki kemampuan yang dibutuhkan dan mereka harus diberi kesempatan untuk bertanggung jawab dalam kemajuan sains, sosial, pembangunan dan mengelola dunia ini. Tidak ada perbedaan antara perempuan dan laki-laki. Tujuan penciptaan setiap manusia, baik itu perempuan atau laki-laki adalah sampai pada kesempurnaan insani dan memanfaatkan kebajikan lebih banyak demi menghiasi dirinya.

Kita mengetahui bahwa al-Quran, ketika membuat contoh dari manusia yang baik dan buruk, keduanya dipilih dari perempan. Karena Islam ingin menentang segala bentuk pemahaman yang salah dan tidak benar sepanjang sejarah tentang perempuan dan memperkenalkan posisi insani seorang perempuan. Islam ingin pertumbuhan pemikiran, ilmu, sosial, politik dan lebih dari semua itu pertumbuhan keutamaan dan spiritual perempuan mencapai batas tertinggi dan keberadaan perempuan bagi keluarga dan masyarakat insani sebagai satu anggota memiliki manfaat dan hasil terbaik.

Salah satu perempuan yang penuh pengorbanan yang berkorban dalam keluarga demi mempertahankan dan meninggikan nilai-nilai ilahi adalan Rahmah, istri Nabi Ayyub, putri dari Nabi Syu'aib. Ia menghadapi kondisi dan peristiwa paling sulit dalam hidupnya. Nabi Ayyub as salah satu nabi Allah yang mendapat ujian sulit. Beliau kehilangan semua orang-orang terdekat dan kekayaannya dan hanya dengan badan yang lemah dan sakit-sakitan dan istri yang suci dari keluarga nabi. Kesabaran menghadapi segala kesulitan dan kebersamaannya menjaga suaminya menjadi teladan kebaikan bagi semua manusia sepanjang sejarah.

Setiap kali suara munajat dan ucapan syukur Ayyub terdengar di telinga para malaikat, mereka memujinya dan mengingatnya sebagai hamba Allah terbaik. Setan tidak dapat melihat begitu saja keagungan seorang manusia dan segera menghadap Allah dan mengatakan, "Ya Allah! Syukur Ayyub menunjukkan ia tidak membutuhkan dan tidak ada yang dipikirkannya. Ia memiliki semua nikmat, juga seorang nabi dan memiliki harta dan kekayaan yang cukup, begitu pula anak-anak yang banyak dan istri yang penyayang. Bila Engkau menghilangkan nikmat-nikmatnya dan biarkan ia dalam cobaan yang berat, Engkau akan melihat betapa ia tidak akan mensyukuri-Mu seperti ini."

Terdengar suara, "Kami lebih mengetahui hamba Kami, tetapi Kami memberimu kesempatan, sehingga Ayyub teruji."

Hari itu, anak-anak Ayyub mendekati ayahnya dengan penuh kekhawatiran dan berkata, "Sepertinya ada api yang menyala di atas kehidupan ini. Semua menjadi musnah, bahkan untuk menyediakan makanan sehari-hari kita berada dalam kesulitan." Tanpa berkata apa-apa Ayyub dengan wajah yang tenah mengusap kepada mereka dan berkata, "Ya Allah, apa yang aku miliki hanyalah amanat dari-Mu dan saya akan tetap mensyukuri-Mu dalam segala keadaan. Bagaimana saya menjadi pensyukur nikmat-nikmat-Mu yang tidak ada batasnya, Apakah Engkau masih ragu?"

Setan yang kalan dalam ujian ini kembali berkata, "Ya Allah, beri kekuatan kepadaku untuk menguasasi anak-anak Ayyub, sehingga aku dapat membuktikan bahwa Ayyub bukan orang yang sabar." Beberapa hari berlalu, dua orang anaknya mendatangi Ayyub dengan perasaan tidak enak dan cemas. Ayyub bertanya, "Apa yang terjadi?" Apakah kalian ada kebutuhan?" Mereka menangis dan tidak bagaimana harus memulai pembicaraan. Pada akhirnya satu di antara mereka berkata, "Di kebun yang temboknya runtuh, semua anakmu meninggal." Ayyub meneteskan air mata, tetapi tidak berkata apapun. Setelah itu ia mengangkat kepalanya dengan sedih, tetapi penuh keikhlasan berkata, "Wahai yang Maha Pengasih, anak-anakku semuanya adalah nikmat-nikmat Engkau yang menjadi amanah dan diserahkan kepadaku. Ini kehendak-Mu yang mengambilnya sekaligus. Saya mensyukuri-Mu, karena saya tidak mampu mensyukuri nikmat-nikmat-Mu yang tidak terbatas."

Keikhlasan dan penghambaan Ayyub bagaikan palu godam yang menghantam kepala setan, tetapi ia telah bersumpah tidak akan meninggalkan walau sekejap pun untuk menggoda dan menipu manusia. Karenanya ia berusaha sekali dan berkata, "Ya Allah! Ayyub masih tetap bersyukur kepadamu karena menginginkan harta dan anaknya dikembalikan. Bila Engkau mengambil nikmat kesehatan dari Ayyub dan badannya menderita sakit yang sulit sembuh, Engkau akan melihat Ayyub tidak lagi bersyukur kepada-Mu."

Ayub jatuh sakit dan terbaring di tempat tidur dengan seluruh tubuhnya ada luka. Orang-orang mengira ia telah kehilangan status kedekatan ilahi dan memutuskan hubungan dengannya. Setan berpikir sudah mendekati tujuannya. Dia begitu gembira dan seperti lupa, tetapi dia mendengar suara Ayub yang samar dan lemah mengucapkan syukur kepada Allah, "Ya Tuhanku! Hamba Anda yang malang ini sebelumnya memiliki berkat kesehatan. Jika Anda mengambilnya kembali, saya mematuhi perintah Anda dengan jiwa saya. Bagaimana saya bisa berterima kasih atas berkat hidup dan berkat iman yang telah Anda berikan kepada saya!"

Beberapa hari, bulan dan tahun berlalu, Ayub masih di tempat tidur sampai tubuhnya melemah dan wajahnya menjadi kurus dan kuning. Karena penyakitnya terus berlangsung, para sahabat dan temanya kemudian meninggalkannya. Hanya istri Ayyub yang setia tetap bersamanya dan merawatnya sampai nafas terakhir serta menjaga cahaya hidupnya tetap menyala. Rahmah dengan hati penuh kasih menjaganya dan memperkuat harapan dalam dirinya serta bersama suaminya dalam memuji dan bersyukur kepada Allah. Rahmah dengan segala peristiwa pahit yang dialaminya tetap mempertahankan imannya.

Pada saat ini, setan benar-benar marah dan tidak berdaya, lalu memanggil bantuan. Para sahabat setan berkata, "Sampai saat ini istri Ayub masih menjadi teman setianya. Apakah kalian dapat membuat Ayyub bertekuk lutut lewat istrinya?" Setan senang dan dirinya berubah menjadi seorang pria. Ia pergi ke istri Ayub dan, dengan kata-kata menipu, ia menyalakan api kesedihan yang tersimpan dan membuatnya putus asa dari belas kasihan Tuhan. Istri Ayub mendatangi suaminya dan berkata, "Berapa lama lagi Tuhan akan mengazabmu? Mengapa Dia tidak menghilangkan kesedihanmu? Kekayaan, anak-anak, masa muda dan martabatmu telah pergi ke mana?"

Ayyub menjawab, "Sesungguhnya setan telah menipumu."

Dengan marah istrinya berkata, "Mengapa engkau tidak mau memohon kepada Allah agar menghilangkan kesedihanmu dan memusnahkan cobaanmu?"

Ayyub berkata, "Berapa lama engkau hidup dalam nikmat dan hidup dengan penuh kejayaan?"

Ia menjawab, "80 tahun."

Ayyub bertanya, "Sekarang bertapa tahun engkau hidup dalam kesulitan?"

Rahmah, "Tujuh tahun."

Nabi Ayyub kemudian berkata, "Saya malu memohon kepada Allah agar menjauhkan kesulitan dari diriku, sementara masa nikmat dan kesulitan yang aku alami sangat jauh jaraknya. Bila aku dapat bangkit dari tempat tidur dan mendapatkan kembali kekuatanku, aku akan mencambukmu seratus kali."

Ayub ditinggalkan sendirian dan penyakitnya semakin memburuk. Suatu hari dengan berseru kepada Tuhan untuk meminta bantuan ia berkata, "Ya Tuhan, setan telah menyiksaku dengan azab, tetapi Engkau paling pengasih dari yang mengasihi." Dengan mengadukan setan, Ayyub meminta kepada Allah agar menghilangkan kejahatannya. Hal ini disampaikank etika Ayyub berhasil melewati ujiannya dengan hasil bagus dan menunjukkan mampu menghadapi godaan setan dengan sabar dan menanggung semua ujian dengan baik. Karenanya Allah mengabulkan doa Ayyub dan mewahyukan kepadanya, "Ayyub, hentakkan kakimu ke atas tanah. Mata air yang jernih akan muncul dan dengan air itu engkau dapat minum dan mandi. Kesehatan akan kembali dan begitu juga engkau akan menjadi muda."

Meskipun Ayub memerintahkan istrinya untuk meninggalkannya, tetapi istrinya tidak merasa terancam oleh kemarahan Ayub dan tidak melepaskan bayang-bayang kasih sayangnya dari diri suaminya serta memutuskan untuk merawatnya. Ketika kehancuran yang menimpa Ayyub kembali baik semua, ia benar-benar terkejut mendapati Ayyub sebagai seorang pemuda yang segar, sehat dan aktif sedang berada di kebun yang menghijau. Pada awalnya ia tidak mengenal Ayyub. Ia mulai menangis dan pemuda itu kemudian bertanya mengapa ia menangis. Rahmah menjawab, "Segalanya di sini sudah rusak dan hancur, dimana ada seorang pria yang terbaring sakit. Sekarang saya tidak tahu apa yang terjadi padanya. Pemuda itu berkata, "Saya adalah Ayyub yang berdoa kepada Allah dan Allah mengembalikan semua nikmat-nikmat kita."

Rahmah begitu gembira mendengar itu dan bersyukur kepada Allah. Tetapi Ayyub telah bersumpah akan menghukumnya. Waktu itu Allah berfirman, "Ambil kayu yang sangat tipis dan tumpukkan menjadi seratus dan sekali engkau pukulkan kepada istrimu dengan perlahan, sehingga janjimu tetap dilakukan. Dalam ayat 43 dan 44 surat Shad disebutkan, "Dan Kami anugerahi dia (dengan mengumpulkan kembali) keluarganya dan (Kami tambahkan) kepada mereka sebanyak mereka pula sebagai rahmat dari Kami dan pelajaran bagi orang-orang yang mempunyai fikiran. Dan ambillah dengan tanganmu seikat (rumput), maka pukullah dengan itu dan janganlah kamu melanggar sumpah. Sesungguhnya Kami dapati dia (Ayyub) seorang yang sabar. Dialah sebaik-baik hamba. Sesungguhnya dia amat taat (kepada Tuhan-nya)."