Disebutkan ada beberapa nama yang dikutip untuk ibu Nabi Musa as, dimana yang paling terkenal adalah Yukabid. Seorang perempuan yang keabadian epiknya dalam mewujudkan tujuan Allah dan melindungi manusia pilihan ilahi, Musa as. Kehidupan Musa as adalah manifestasi yang jelas dari perjuangan antara yang benar dan yang salah, dimana setiap perempuan memiliki kehadiran yang signifikan.
Nabi Musa berasal dari para nabi Israil dan sezaman dengan Firaun, Raja Mesir. Firaun adalah penguasa paling kejam di masanya, yang akan membuat klaim bahwa dirinya adalah tuhan. Al-Quran dalam surat al-Qashash ayat 4 memperkenalkan Firaun seperti demikian, "Sesungguhnya Firaun telah berbuat sewenang-wenang di muka bumi dan menjadikan penduduknya berpecah belah, dengan menindas segolongan dari mereka, menyembelih anak laki-laki mereka dan membiarkan hidup anak-anak perempuan mereka. Sesungguhnya Firaun termasuk orang-orang yang berbuat kerusakan."
Dari ayat tersebut jelas bahwa ketika berkuasa di Mesir, Firaun memerintahkan agar dalam rentang waktu tertentu, setiap anak laki-laki dari Bani Israil yang lahir harus dipenggal lehernya. Perintah ini berdasarkan mimpi yang dilihat Firaun dalam tidurnya.
Firaun, Raja Mesir yang sangat sombong berjalan di teras istananya. Tiba-tiba ia berteriak, "Beri tahu dan panggil para ilmuwan dan pentakbir mimpi!" Sejumlah orang dengan cepat mendatanginya. Mereka berlutut di hadapannya dan bersujud. Firaun berkata, "Ketika aku bermimpi, api membakar dari Baitul Maqdis dan menjalar ke seluruh Mesir dan di antara nyala api itu, semua etnis kita turut terbakar, tapi api tidak sampai membakar Bani Israil. Apa takbir dari mimpi ini?" Para pentakbir mimpi saling memandang dan tergagap karena panik.
Firaun bertanya, "Apa yang terjadi dengan kalian? Mengapa kalian terdiam?" Mereka menjawab, "Mimpi ini berarti bahwa seorang putra akan segera lahir di antara Bani Israil yang akan menghancurkan tahta dan mahkota Anda." Firaun melilit seperti ular yang terluka dan berkata, "Aku tidak akan membiarkan anak laki-laki hidup. Awasi perempuan Bani Israil. Bunuh setiap putra yang lahir. Hanya anak perempuan yang dibiarkan hidup." Bani Israil merasakan sedih. Karena setiap anak lak-laki dibunuh tanpa belas kasih dan kezaliman meraja lela.
Namun, sekalipun semua cara telah ditempuh dan pengawasan semakin intensif, tapi sesuai dengan kehendak Allah Swt, seorang anak laki-laki yaitu Musa terlahir ke dunia.
Sejumlah nama dikutip untuk menyebut nama ibu Nabi Musa as, dimana yang paling terkenal adalah Yukaibd atau Jochebed. Yukabid adalah istri Imran. Setelah ia merasakan sakit untuk melahirkan, dan dengan mencermati perintah kerajaan untuk membunuh setiap bayi laki-laki dan demi mencegah bahaya di masa depan, Yukabid menyerahkan segalanya kepada Allah dan mengundang bidan ke rumah agar mempersiapkan kelahiran bayinya. Ketika Musa terlahir ke dunia, bidan melihat cahaya di dahi bayi yang baru lahir dan merasakan cinta dan keakraban Musa dalam hatinya. Sejak saat itu, ia memutuskan untuk tidak memberitahukan peristiwa ini kepada siapapun dan menutupi rahasia kelahiran bayi tersebut.
Tetapi insiden itu belum berakhir dan setiap saat ada bahaya membunuh bayi yang baru lahir. Pencarian para petugas terus berlanjut yang membuat hati ibu Musa terus-menerus khawatir tentang nasib yang dia harapkan untuk anaknya. Di sinilah pesan ketenangan diilhamkan kedalam hatinya, "Dan kami ilhamkan kepada ibu Musa; "Susuilah dia, dan apabila kamu khawatir terhadapnya maka jatuhkanlah dia ke sungai (Nil). Dan janganlah kamu khawatir dan janganlah (pula) bersedih hati, karena sesungguhnya Kami akan mengembalikannya kepadamu, dan menjadikannya (salah seorang) dari para rasul." (QS. Al-Qashash: 7)
Yukabid kemudian mencari seorang tukang kayu dan memintanya untuk membuatkan kotak. Setelah selesai membuat kotak, dengan berhati-hati ia membawanya ke rumah lalu meletakkan bayinya ke kotak tersebut dengan hati penuh kepercayaan kepada Allah Swt. Ia kemudian menutup pintu kotak dengan kuat dan melepaskannya di sungai Nil. Gelombang sungai mengantarkan Musa yang berada dalam kotak tersebut sampai ke istana Firaun.
Firaun dan istrinya tengah duduk-duduk di pinggir sungai Nil, ketika tiba-tiba mata mereka menyaksikan sebuah kotak. Firaun memerintahkan agar para pengawalnya mengambil kotak tersebut dan membawa kepadanya. Ketika ia membuka kotak tersebut, ia meyaksikan seorang bayi tampan. Allah meletakkan kecintaan kepada bayi tersebut ke dalam hati Asiah, sehingga ia berkata kepada Firaun, "Bayi ini akan menjadi sumber kebahagiaan aku dan engkau. Jangan membunuhnya dan mungkin ia bermanfaat bagi kita atau kita mengangkatnya sebagai anak."
Ketika Yukabid melepaskan Musa di sungai Nil, ia memerintahkan putrinya untuk melangkah mengikuti kotak tersebut dan melihat sampai di mana nasibnya. Saudara perempuan Musa mengikuti saudaranya dalam kondisi yang sulit dan tanpa diketahui ia sampai di istana Firaun. Di sanalah ia kemudian mengetahui bahwa orang-orang Firaun sedang mencari seseorang yang dapat menyusui Musa. Karena Musa tidak mau menyusui dari yang ditawarkan kepadanya. Pada waktu itu, saudari Musa tanpa memberitahukan identitasnya, berkata, "Apakah kalian mau aku beri informasi seorang perempuan yang tidak pernah menolak untuk menyusui seorang bayi?"
Istri Firaun yang sangat ingin mendapatkan seorang perempuan seperti ini memintanya agar menunjukkan perempuan yang menyusui itu agar ke istana. Yukabid tiba di istana. Di tengah jalan ia berpikir bagaimana Allah Swt dengan hikmah-Nya melakukan semua ini. Ketika ia masuk dan melihat bayinya, dimana semula ia sangat takut akan Firaun, matanya langsung berbinar-binar gembira dan bersyukur kepada Allah. Bayi itu juga seakan-akan membaui ibunya langsung tenang dalam pelukannya dan mulai menyusu. Ayat 13 dari surat al-Qashash menceritakan masalah ini, "Maka kami kembalikan Musa kepada ibunya, supaya senang hatinya dan tidak berduka cita dan supaya ia mengetahui bahwa janji Allah itu adalah benar, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahuinya."
Dengan demikian, lewat kebijakan ilahi dan semua telah diatur-Nya, Yukabid justru bisa bertemu dan bersama anaknya dan dirinya menyaksikan janji ilahi yang telah diilhamkan ke dalam hatinya. Setelah itu, keyakinan Yukabid akan kebenaran ilahi menjadi berlipat ganda.
Salah satu poin yang patut mendapat perhatian dalam cerita ini adalah pentingnya membesarkan anak di pangkuan ibu. Keluarga adalah pusat pertama pertumbuhan dan pendidikan manusia, serta kebutuhan paling mendasar bagi manusia. Di sini kita melihat bahwa ibu Musa adalah seorang wanita yang kekuatan iman dan kepercayaannya kepada Allah memberinya kemampuan untuk menghadapi masalah-masalah serius dan keras seperti meninggalkan seorang anak di sungai. Ya, ibu Musa memiliki posisi dan kapasitas sedemikian rupa sehingga wahyu ilahi turun kepadanya dan kehendak Allah diletakkan kepadanya sehingga Musa akan tumbuh dari entitas bernilai dan penyembah tauhid bernama Yukabid serta besar dalam kecintaan ibunya.
Tidak diragukan lagi, setiap pusat keluarga, dengan adanya ayah dan ibu yang kompeten dan beriman, dapat menjadi titik fokus yang cocok untuk pertumbuhan yang tepat bagi anak-anak dan yang paling penting, keluarga adalah tempat yang berharga untuk ketenangan mental anak-anak. Ketika Musa menemukan kedamaian bersamanya, maka dari itu perlu memperhatikan setiap kerusakan yang terjadi pada institusi keluarga ini, pada kenyataannya, bahwa rumah kehilangan nilai dan pendidikannya.
Sebenarnya, kehendak Allah adalah bahwa Musa as harus dididik dan dibesarkan bersama ibu kandungnya. Para Nabi as dan para lelaki ilahi agung harus tumbuh bersama para ibu yang layak untuk mencapai posisi yang diinginkan. Ketika ibu Musa as diminta untuk memberikan Musa ASI dengan rencana yang tepat, itu dikarenakan karakteristik ibu ditransfer ke kehidupan anak melalui air susu ibu.
Masalah pengaruh ASI dan pemindahan sifat-sifat kepribadian dengan cara ini kepada anak yang akan memiliki citra transendental di masa depan adalah pemunculan nilai-nilai seorang perempuan dihadapan keberadaan seorang nabi. Ibu yang ahli dalam mendidik anaknya sangat berhasil. Ia bukan saja mendidik Musa untuk menjadi seorang nabi tetapi juga berhasil mendidik Harun, anaknya yang lain sehingga berlaku sebagai teman dan pembela saudaranya dan selalu mendukung saudaranya dalam semua tahap kehidupannya.
Sementara itu, Yukabid juga mendidik putrinya sedemikian rupa, sehingga dengan penuh keberanian membela adiknya. Demi menyelamatkan agama Allah, Yukabid siap mengobarkan nyawanya dan dalam kondisi yang mencekam dan di bawah pemerintahan zalim dan taghut, ia dapat mendidik anaknya sebagai pejuang, tahu tujuan, monoteis, dan anti taghut.
Ibu Musa as dengan semua ciri khas perilaku di masanya bahkan untuk masa depan tetap menjadi contoh yang kompeten bagi perempuan lain. Ia mengajarkan kepada kita bahwa seorang perempuan yang mensucikan dirinya, beriman, bertawakal, percaya diri, independen dalam berpikir, cerdas dan berani dapat mencapai derajat kedekatan dengan Allah Swt dan mendapat pertolongan ilahi agar sampai pada tujuannya. Ia telah menunjukkan bahwa perempuan juga sama seperti para nabi dapat menjadi utusan Allah di muka bumi untuk melayani makhluk-Nya.