Mengenal Perempuan dalam Al-Quran (4) Sayidah Hajar bagian kedua
  • Judul: Mengenal Perempuan dalam Al-Quran (4) Sayidah Hajar bagian kedua
  • sang penulis:
  • Sumber: parstoday.com
  • Tanggal Rilis: 17:26:33 1-9-1403

Hajar adalah perempuan teladan kesabaran dan harapan Bila hubungan Hajar terputus dengan Tuhan, ia tidak akan mampu menampilkan ketegarannya. Sudah pasti keputusasaan dan keletihan telah mengalahkannya. Benar, iman kepada Allah, yakin akan rahmat Allah dan harapan penuh kepada Allah menyebabkan semangat, ketegaran dan keteguhan ditiupkan ke dalam jiwa manusia. Tawakal Hajar yang tinggi kepada Allah sangat hebat! Karena setelah Ibrahim as meninggalkan dirinya dan anaknya, Hajar menerima untuk hidup di lembah itu bersama anaknya.

Harapan Hajar akan rahmat Allah juga luar biasa. Karena ia tidak pernah putus asa dalam berusaha, sehingga ia melihat di didekat rumah Allah, air keluar dari tanah yang berada di bawah kaki Ismail! Kekuatan ini, resistensi, ketegaran dan keteguhan hanya akan diraih manusia ketika memiliki iman kepada Allah Swt. Di dunia ini, tidak ada faktor selain iman kepada allah yang mampu memberikan manusia kekuatan, ketegaran dan resistensi.

Tak diragukan lagi bahwa kesabaran Hajar dan kemampuannya menanggung kesulitan di lembah di dekat gunung Abu Qubais berasal dari kejujuran dan keyakinan agama yang mendalam. Tawakal yang hakiki dan murni dari Hajar kepada Allah Swt menciptakan mukjizat dan rahmat ilahi baginya dan anaknya serta memberikannya kemampuan untuk menghadapi masalah lingkungan alam yang dikemudianhari menjadi pusat agung bagi tauhid di gurun pasir kering dan tanpa air itu. Hari ini, Ka'bah menjadi kerindungan jutaan umat Islam di atas bumi dan bergabung dengan nama Gajar dan Ismail. Makam Hajar berada di dekat Ka'bah dan menjadi tempat peziarah pecinta ilahi.

Banyak manusia yang berusaha dalam hidupnya, tapi Allah Swt memilih usaha perempuan saleh di lembah kering ini dan menjadikannya bagian dari manasik haji. Di sini Allah menunjukkan kepada manusia seberapa bernimainya usaha seseorang, sehingga Allah membesarkannya lalu menjadikannya bagian dari manasik haji. Sekalipun kita tidak mengetahui nilai usaha ini, tapi kita tahu bahwa pilihan ilahi selalu berdasarkan Sunnah Ilahi, aturan dan perhitungan. Kita tidak mengetahui Sunnah ini kecuali sangat sendikit.

Hajar sebelumnya adalah budak bermartabat, loyal, taat dan dipercaya yang diberikan raja Mesir kepada Sarah, istri Nabi Ibrahim as. Dalam sistem penilaian yang biasa dipakai, perempuan seperti ini tentu tidak punya tempat. Usahanya juga tidak akan diletakkan dalam prioritas, tapi Allah Swt memberikan penilaian lain. Penilaian Allah berbeda dengan cara manusia menilai. Itulah mengapat Allah memberi penghormatan kepada budak ini dan usahanya dijadikan bagian manasik haji.

Allah memberi perintah kepada para nabi dan wali-Nya untuk pergi menapaktilasi jalan yang dilakukan perempuan saleh dan layak ini. Mereka harus meletakkan kakinya di antara bukit Shafa dan Marwah seperti yang dilakukan Hajar. Semuan penghormatan dikarenakan seorang perempuan yang diuji Allah di sebuah lembah kering ribuan tahun lalu. Perempuan ini dalam usahanya selalu rela kepada Allah dan selalu berdoa meminta pertolongan-Nya. Sekalipun tidak ada yang menyaksikan usahanya, tapi Allah melihatnya dan mengijabahi doanya. Allah Swt memuliakan perempuan saleh ini dan membuat usahanya abadi agar manusia belajar bagaimana Allah memberikan nilai dan parameter kepada manusia. Parameter Allah adalah ketakwaan dan kehormatan sementara orang yang paling mulia adalah yang paling bertakwa.

Sifat mulia lain Hajar adalah berserah diri dihadapan Allah. Ia bukan hanya taat kepada Nabi Allah untuk hidup jauh dari rumah, tapi benar-benar menaati kehendak Allah. Ketika Ibrahim as diperintah untuk mengorbankan anaknya, Ismail, setan pertama kali mendatangi ayah dan anak, tapi kemudian ia putus asa. Setelah itu ia mendatangi Hajar danberkata, "Ibrahim ingin mengorbankan anaknya." Hajar menjawabnya, "Pergilah! Jangan bicara yang tidak ada artinya. Ia mencintai anaknya dan mengasihinya." Setan berkata, "Ibrahim membayangkan itu merupakan perintah Allah." Hajar berkata, "Bila itu merupakan perintah Allah, maka harus berserah diri dihadapan perintah-Nya."