Penyebab Kesalahan Paradigma dalam Memandang Perempuan
  • Judul: Penyebab Kesalahan Paradigma dalam Memandang Perempuan
  • sang penulis:
  • Sumber: islammenjawab.comn
  • Tanggal Rilis: 17:30:37 1-9-1403

Qasim Amin, bapak feminisme Arab, menyatakan bahwa akar dari penindasan perempuan dalam masyarakat muslim adalah bercokolnya pemerintahan zalim dan despotik. Menurutnya, di zaman ketika penguasa zalim berkuasa, kezaliman itu tidak hanya dilakukan oleh sang raja, melainkan diikuti orang-orang sekitarnya dan seterusnya, sampai ke masyarakat kelas bawah. Proses ini akan berlanjut ke seluruh sendi masyarakat, sehingga orang yang kuat akan menindas orang yang lemah. Salah satu korban terbesar dalam pemerintahan seperti ini adalah kaum perempuan karena kaum laki-laki memiliki kekuatan fisik yang lebih besar, sehingga dengan leluasa merendahkan perempuan.

Para feminis arab lain (yang banyak jadi rujukan kaum feminis Indonesia) adalah Nawal Sa’dawi dan Fatima Mernissi, umumnya juga tidak memandang agama sebagai satu-satunya faktor penyebab penindasan terhadap perempuan. Sa’dawi menyamakan persoalan wanita dengan masalah keterbelakangan. Menurut Sa’dawi: “Keduanya bukan masalah agama sebagaimana yang selalu dikatakan oleh kalangan fundamentalis, tetapi masalahnya berkaitan erat dengan masalah ekonomi dan politik negara. Sementara itu, Mernissi menilai struktur sosial-lah yang berperan dalam menyengsarakan nasib perempuan. Yang dimaksud struktur sosial oleh Mernissi adalah termasuk juga doktrin dan ajaran agama yang menjadi salah satu fondasi penting sebuah masyarakat.

Allamah Thabathabai menulis bahwa masyarakat Ahlul Kitab pada zaman risalah (pada zaman ketika nabi Muhammad menyampaikan islam), hidup dalam pemerintahan yang despotik. Pada saat itu, masyarakat terbagi antara penguasa dan rakyat. Rakyat pun terbagi menjadi rakyat kaya dan rakyat miskin, seterusnya, sampai pada pembagian laki-laki dan perempuan. Dalam masyarakat seperti ini, laki-laki mendapatkan kebebasan dalam berbuat apapun, sementara perempuan diisolir dari berbagai bentuk kebebasan dan semata-mata menjadi pelayan laki-laki.

Ilmuwan Iran, Doktor Fathiah Fattahizadeh, menyatakan bahwa selain pemerintahan zalim dan despotik, penyebab kesalahan paradigma kaum muslimin dalam memandang perempuan adalah juga pencampuran antara ajaran agama dengan tradisi, yang sayangnya justru disebarluaskan oleh para ulama dan cendekiawan. Fattahizadeh menulis, “Karena sebagian besar masyarakat pada era sebelum Islam berorientasi pada laki-laki, sebagian para pemikir Islam yang terpengaruh oleh orientasi tersebut, alih-alih menyampaikan aturan-aturan islami, malah menafsirkan teks-teks agama dengan paradigma yang berorientasi kepada laki-laki. Disisi lain, kebudayaan Islam juga kehilangan kemurniannya karena adanya interaksi dan infiltrasi berbagai peradaban yang berorientasi kepada laki-laki.