Allah Swt dalam ayat 55 surat Dzariyat memerintahkan Rasulullah untuk
selalu mengingatkan dan menasehati orang-orang mukmin, karena
peringatan mendatangkan keuntungan bagi manusia. Rasulullah Saw selain
menggunakan cara tersebut dalam membimbing masyarakat; juga mendorong
umat Islam untuk saling mengingatkan. Kepada masyarakat Rasulullah Saw
bersabda: “Ketahuilah! Acara-acara para ulama adalah sebuah kebun di
antara banyak kebun di sorga, manfaatkanlah karena rahmat dan ampunan,
dilimpahkan seperti hujan pada acara-acara tersebut. Para pendosa yang
duduk di dalamnya akan bangkit sedangkan mereka telah diampuni dan
selama bersama mereka, para malaikat akan memohonkan ampunan bagi
mereka. Allah Swt juga akan menatap mereka serta mengampuni para
ulama, murid, penonton dan orang-orang yang mencintai mereka.”
Kehadiran dalam acara-acara keagamaan pada bulan Ramadhan akan
mengenalkan maarif Islam dan juga mengingatkan kembali nasehat dan
ucapan para maksumin dan pemimpin agama sebagai sentuhan penting dalam
melanjutkan hidup sementara menghindari acara-acara tersebut akan
menjauhkan manusia dari maarif ilahi dan nilai-nilai luhur akhlak.
Kehadiran para ulama dalam berbagai acara di bulan ini merupakan
kesempatan baik untuk menimba makrifat dan wawasan agama terkait
perintah dan hukum-hukum Islam. Selain itu hendaknya partisipasi dalam
acara-acara tersebut terus dilanjutkan sepanjang tahun.
Al-Quran adalah kitab samawi dan suci umat Muslim yang penuh dengan
imbauan, peringatan dan nasehat berharga. Selain menghadiri acara-
acara khutbah dan siraman rohani, umat Islam pada bulan ini juga
berusaha membaca satu juz al-Quran setiap hari, dan dengan perenungan
ayat-ayat al-Quran, seorang Muslim dapat meresapi nasehat dan imbauan
al-Quran. Telaah kisah-kisah al-Quran dan juga nasib para pemuja
dunia, para raja-raja zalim, serta perjalanan hidup para nabi,
merupakan pelajaran berharga yang akan menerangi jalan kehidupan
manusia. Tidak hanya itu, pembacaan al-Quran secara harian juga akan
memupuk kebiasaan untuk membacanya secara rutin sepanjang tahun.
Salah satu pesan utama puasa, adalah manajemen dan pencegahan
berlebih-lebihan dalam makan dan minum. Diriwayatkan, Imam Ali as
berkata: “Janganlah kalian berlebih-lebihan makan, karena ini akan
menjauhkan dari israf dan akan membuat badan lebih sehat dan membantu
lebih tekun beribadah.”
Makan dan minum secukupnya akan menambah kekuatan dan kemampuan
manusia untuk beribadah. Juga menghindari dari kemalas-malasan akibat
makan terlalu banyak serta melenyapkan kekerasan hati, kegelapan
batin. Akan tetapi yang lebih penting adalah pemupukan pikiran dan
kesejukan hati. Diriwayatkan dari Rasulullah Saw, beliau bersabda:
“Orang yang menjaga perutnya lapar pemikirannya akan terpupuk.” Dan
ketika pemikiran manusia dibimbing di jalan yang benar, maka makrifat
ilahi akan seperti cahaya yang akan menerangi hatinya.
Imam Ali as meriwayatkan dari Rasulullah Saw dan berkata bahwa Nabi
Muhammad Saw dalam perjalanan Mi’raj bertanya: “Ya Allah! Apa manfaat
dari puasa?” Allah Swt berfirman: “Puasa menciptakan hikmah, dan
hikmah menciptakan makrifat dan pengenalan, adapun marifat
menghasilkan keyakinan dan kepercayaan.”
Ayatullah Mirza Malaki Tabrizi, seorang ulama kontemporer fiqih,
akhlak dan irfan Islam, dalam buku terkenalnya Muraqebat menjelaskan
mengapa Allah Swt memilih lapar untuk menjamu tamu-tamu-Nya di bulan
Ramadhan ini. Beliau menulis, “Sedikit makan dan lapar di bulan
Ramadhan adalah kesempatan baik untuk menyejukkan hati; karena kenyang
akan menambah gas dari lambung ke otak dan mencegah manusia
menjelajahi pemikiran dan perenungan spiritualitas. Padahal dalam
kondisi lapar dan sedikit makan, akan mempersiapkan hati manusia untuk
menerima makrifat. Dalam lapar, ada cahaya yang dapat dirasakan.”
Puasa dan malam-malamnya sedang bergulir. Dan sekarang Ramadhan telah
sampai pada dua pertiga mendekati akhir. Betapa baik jika dalam
kesempatan yang tersisa ini, kita tidak tidak menyia-nyiakan waktu dan
segera memperbarui janji kita dengan Allah Swt, bertaubat, dan menaati
seluruh perintah-Nya. Ayatullah Khamenei dalam hal ini mengatakan,
“Kita perlu untuk mengambil manfaat sebesar-besarnya pada jam-jam ini,
pada hari-hari dan malam-malamnya yang penuh berkah ini. Dengan
memperkokoh hubungan batin kita dengan alam spiritual, dengan alam
ghaib, dengan kerendahan hati, dengan kekhusuan di hadapan Allah Swt,
dan dengan memperkokoh hubungan kesetiaan kita dengan Ahlul bait. Ini
adalah pokok semua pekerjaan baik yang dapat dilakukan oleh seorang
manusia mukmin di jalan benar.”
Tentang urgensi suci Ramadhan, filsuf dan mufasir besar Ayatullah
Jawadi Amoli mengatakan, "Bulan Ramadhan adalah bulan jamuan Tuhan.
Pada bulan ini manusia menjadi tamu Allah swt. Dalam jamuan tersebut,
selain rezeki lahiriah yang dianugerahkan Tuhan, manusia dikaruniai
rezeki lain. Salah satu yang terpenting dari hidangan langit yang
dianugerahkan Allah kepada manusia adalah pengenalan terhadap Al-Quran
dan Ahlul Bait as. Menurut Rasulullah saw, al-Quran tidak terpisahkan
dari itrah, maka di bulan ini kita harus mengambil manfaat dari
keduanya. Al-Quran disebut sebagai hablullah atau tali Allah. Dalam
sebuah riwayat disebutkan bahwa di satu sisi al-Quran berada di tangan
Tuhan dan di sisi lain berada di tangan manusia, maka peganglah erat-
erat. Ini bukan tali yang akan putus jika ditarik oleh enam atau tujuh
milyar manusia. Inilah tali yang sangat kuat, yang memenuhi seluruh
keperluan manusia. Barang siapa yang bertanya dan memiliki keperluan,
maka AlQuran akan menjawabnya. Al-Quran adalah kitab kehidupan. Sebuah
ajaran praktis dari Allah swt bagi pembangunan manusia yang di samping
mengatur dan memajukan urusan kehidupan materinya, manusia juga dapat
memberikan warna ilahi kepada hal tersebut. Agar manusia membangun
kehidupannya berdasarkan fitrah dan keinginan Allah. Al-Quran
membimbing kita di jalan yang paling kokoh. Optimalkan kapasitas mu
menjadi tamu kitab ini. Untuk itu bacalah dan tingkatkanlah. Jangan
kalian menjual diri kalian dengan harga yang murah".
Bulan Ramadhan senantiasa mengingatkan keikhlasan dan ketulusan niat
hamba Allah. Ali bin Abi Thalib as adalah manusia sempurna yang syahid
di bulan Ramadhan. Di akhir nasehat kepada putranya, Imam Ali as
menyampaikan beberapa poin penting dan penuh makna. Salah satu di
antaranya adalah perhatian terhadap al-Quran dan mengamalkan
ajarannya. Imam Ali as berkata, "Allah, Allah, tentang al-Quran jangan
sampai orang lain mendahului kalian mengamalkan al-Quran".